Salin Artikel

Cegah Kecanduan Game, Orangtua Diminta Perhatikan Bakat Sang Anak

BANDUNG, KOMPAS.com - Peran orangtua atau keluarga terdekat sangat penting agar anak terhindar dari kecanduan game.

Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa dan Remaja Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat Lina Budianti mengatakan, orangtua harus menjadi role model dalam penggunaan gawai.

"Orangtua harus menjadi role model, jadi contoh untuk anaknya. Jadi orangtua ketika memberikan gadget harus tahu dulu seberapa penting anak itu membutuhkan gadget," kata Lina kepada Kompas.com, Kamis (28/11/2019).

Orangtua, kata Lina, sebisa mungkin harus mengarahkan anak untuk menyukai aktivitas fisik untuk menghindarkan anak tertarik dengan gawai.

"Orangtua juga harus mendorong anaknya melakukan aktivitas fisik. Karena kasus-kasus di kita awalnya seperti itu serba dilarang, dan akhirnya keterusan bermain game," ungkapnya.

Selain itu, orangtua mesti tegas dalam membatasi anak bermain gawai.

Salah satu sebab utama anak kecanduan game, kata Lina, bermula dari pola asuh orangtua yang permisif dan cenderung melakukan pembiaran.

"Karena ada beberapa pasien usia balita yang terlambat bicara bukan masalah lain tapi kurang simulasi keseringan ditaruh di depan komputer. Rekomendasi para ahli terpapar layar untuk anak-anak kurang dari dua jam masih sehat, kalau lebih bisa menimbulkan masalah secara kesehatan fisik dan psikologis," tuturnya.

Lina menghimbau kepada orangtua agar tak segan berkonsultasi dengan dokter, jika mendapati anak mengalami gejala kecanduan game.

"Jika ada perubahan emosi, perilaku dan itu tidak bisa diobati, ditangani oleh orangtua, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi. Jadi kalau ada gejala itu segera dikonsultasikan. Kami punya layanan untuk kesehatan jiwa anak, remaja dan dewasa," jelasnya.

Sementara itu, Psikiater RSJ Provinsi Jawa Barat Ade Kurnia Surawijaya menuturkan, orangtua harus jeli dalam melihat potensi diri anak serta harus membuka komunikasi untuk mengetahui bakat dari dalam diri anak.


"Harusnya orangtua mencari potensi bakat hanya bermain gawai. Atau kalau mereka jago jadi pro player saja sekalian. Kalau mereka senang menulis ya arahakan. Tanya ke anak semakin kita buka komunikasi ke anak, kita semakin tahu, apakah game itu sebagai pelarian, atau memang mereka jago di bidang itu," jelas Ade.

Diberitakan sebelumnya, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mencatat, dari kurun waktu Januari hingga Oktober 2019 terdapat 81 pasien dengan kasus kecanduan game.

Lina Budianti, Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa dan Remaja RSJ Provinsi Jabar mengatakan, tiap pekan ia menerima 2-3 pasien dari rentang umur 7-18 tahun dengan masalah kencanduan game.

Lina menjelaskan, merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser (DSM) fifth edition yang dirilis American Psychiatric Association sedikitnya ada sembila gejala orang dikategorikan kecanduan game di antaranya permainan game dilakukan terus menerus dalam jangka waktu minimal setahun. Gara-gara hal tersebut, menimbulkan gangguan fungsi personal, pekerjaan, maupun sosial. 

https://regional.kompas.com/read/2019/11/29/11580081/cegah-kecanduan-game-orangtua-diminta-perhatikan-bakat-sang-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke