Salin Artikel

Penjelasan BMKG soal Gempa Susulan di Laut Maluku

MANADO, KOMPAS.com - Ketika Sulawesi Utara dan Maluku Utara diguncang gempa besar bermagnitudo 7,1 pada Kamis (14/11/2019) lalu, rentetan gempa susulan terus terjadi.

Sebanyak 287 kali gempa susulan terjadi sampai dengan Senin (18/11/2019) pukul 10.50 Wita.

11 di antaranya dirasakan oleh warga. Kisaran gempa susulan antara 2,6 sampai 6,1 magnitudo.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado Edward Henry Mengko menuturkan, gempa dengan kekuatan signifikan atau kuat, hampir selalu diikuti oleh gempa susulan.

"Kenapa seperti itu? Supaya batuan di sekitar pusat gempa itu kembali stabil (kejadian gempa kembali normal). Seperti yang terjadi saat ini pascagempa magnitudo 7,1," kata Edward, saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin siang.

Namun, stabil ini bukan berarti betul-betul berhenti gempanya. Tetapi setidaknya frekuensinya berkurang.

"Gempa tidak akan habis, karena mekanisme pergerakan secara alami lempeng tektonik ini terus bergerak," ujar Edward.

Edward juga menuturkan, gempa bumi terjadi karena adanya pergerakan lempeng.

Jadi, pergerakan lempengan ini menekan batuan antar batuan. Karena lempeng menekan terus sehingga terjadi akumulasi energi tekanan.

"Ketika itu dia patah. Kenapa patah? Karena energi di bantuan itu sudah jenuh. Jadi, harus ada yang patah. Saat patah, kemudian melepaskan energi tekanan tersebut. Energi yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/18/11173531/penjelasan-bmkg-soal-gempa-susulan-di-laut-maluku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke