Salin Artikel

Selain Hog Cholera, Babi yang Mati di Sumut Terindikasi Terserang Virus Demam Babi Afrika

Hasilnya, selain mati karena terkena kolera babi, terindikasi babi juga diserang virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika.

Indikasi itu melihat kasus kematian babi yang terus terjadi.

"Begini, kenapa saya katakan indikasi karena selama ini tidak pernah ada dan saya katakan sampai saat ini tidak ada serangan virus ASF, tapi kalau indikasi ASF, iya. Beda antara ada dan indikasi ya," ujar Agustia, saat ditemui di kantornya yang berada satu kompleks dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, di Jalan Jenderal Gatot Subroto Medan, Kamis (7/11/2019).

Untuk membuktikan bahwa benar virus ASf menyerang, harus dlakukan uji lab berkali-kali dan hasilnya disampaikan oleh atasannya.

Dalam hal ini, pihaknya melaporkan hasil uji lab ke Direktur Jenderal Penyakit dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.  

Dijelaskan Agustia, virus ASF ini belum pernah ada di Indonesia. Serangannya cepat dan sistemik.

Babi yang diserang tidak kelihatan sakit, tapi bisa tiba-tiba mati. Virus ASF ini masuk ke dalam tubuh dan mematikan organ-organ.

Dicontohkannya, di hari pertama hingga sepekan serangan, babi tidak terlihat sakit tapi selanjutnya mati. Ada juga yang dalam sepekan serangan, babi tidak langsung mati.


Babi tersebut menjadi sumber penyebar virus.

"Dan ASF ini, di dunia ini belum ada obatnya. Vaksinnya belum ada, jadi itu yang membedakannya dengan hog cholera yang vaksinnya sudah ada," kata dia.

Menurutnya, babi yang terserang virus ASF ini masih bisa dikonsumsi. Namun, harus dimasak dengan suhu 100 derajat celsius.

"Iya, masih bisa dikonsumsi tapi harus dimasak dulu. Kenapa masih bisa dikonsumsi karena tidak zoonosis, tidak menular kepada manusia, tapi pig to pig," ujar Agustia. 

Agustia menambahkan, untuk menghindari penyebaran lebih luas, perlu ada perlakuan di lapangan yang harus mengikuti standar ASF. 

Pertama, masyarakat tidak membeli ternak babi yang harganya murah. Kedua, masyarakat juga harus menerapkan bio sekuriti, yakni tidak saling menjenguk ternak yang sakit. 

Ketiga, bangkai babi tidak dibuang ke sungai atau ke hutan melainkan dikubur. Keempat, perlu dilakukan pengetatan lalu lintas ternak dan menjaga sanitasi kandang.


Kandang harus sesering mungkin dicuci.  

Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap mengatakan, virus hog cholera sudah mewabah di 11 kabupaten dan mematikan 4.682 ekor babi.

Dia juga menduga kuat bahwa bangkai babi yang mengapung di Sungai Bedera maupun Danau Siombak disebabkan hog cholera.  

Namun, Azhar membantah bahwa babi yang mati karena terserang ASF atau virus demam babi Afrika.  

https://regional.kompas.com/read/2019/11/07/19574041/selain-hog-cholera-babi-yang-mati-di-sumut-terindikasi-terserang-virus-demam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke