Salin Artikel

Kisah Sarimin Buka Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Plastik

SEMARANG.KOMPAS.com - Ada yang mencuri perhatian saat hendak memasuki kawasan kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di sisi kiri, tak jauh dari jalan masuk, terlihat bangunan sederhana berukuran sekitar 4 x 7 meter berdiri berjajar di antara bangunan-bangunan kecil lainnya.

Di balik truk sampah berwarna merah yang sedang parkir di halaman depan, nampak lelaki paruh baya mengenakan kaos dan celana hitam, sepatu bot warna putih yang sudah lusuh serta topi berwarna merah.

Dengan sabar, lelaki bernama Sarimin (59) itu sedang memilah-milah sampah plastik untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung.

Sarimin bersama istrinya Suyatmi (45) adalah penghuni bangunan yang telah dimanfaatkannya sebagai tempat tinggal sekaligus membuka warung makan di kawasan tersebut.

Namun, ada yang berbeda di antara deretan warung-warung lainnya, warung kecil berdinding tripleks dan beratapkan asbes itu mempunyai cara sendiri dalam berjualan yang terbilang unik.

Pembeli yang hendak makan atau minum di warung itu rupanya diwajibkan membayar dengan membawa sampah plastik dengan cara ditukar.

Sarimin bercerita, sejak tahun 2016 ia bersama sang istri telah membuka warung tersebut untuk melayani para pengepul atau pemulung yang memburu sampah plastik di area Kota Semarang.

"Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum. Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang. Seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," kata Sarimin saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/11/2019) sore.

Awalnya, lanjut Sarimin, inisiatif pembelian makanan dengan sampah plastik ini dilakukan bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang untuk mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai. 

Kemudian, Sarimin dan Suyatmi mengelola warung tersebut hingga menjadi berkah bagi mereka tak terkecuali bagi para pemulung yang mengais rezeki dari sampah.

"Sebelum buka warung ini, dulu tahun 2013 saya dan istri saya cuma pemulung. Sehari-harinya cari rosok dan sampah buat sekolahin anak dan kebutuhan hidup. Modal juga gak punya. Lalu ketemu Pak Agus dari UPT, akhirnya tercetus ide buka warung ini," jelas Sarimin.

Setiap harinya, lanjut Sarimin, sampah plastik yang dibawa dari pemulung akan ditimbang kemudian ditukarkan dengan seporsi makan di warung kecil miliknya.

Warungnya pun menyediakan berbagai ragam lauk pauk harian seperti nasi rames, lele, mangut, tahu, tempe, sambal dan lainnya. Dijualnya pun dengan harga yang relatif murah. Tak heran bila banyak pemulung yang saban hari datang ke warungnya.

"Pemulung datang bawa sampah plastik lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram biasanya seharga Rp 20 ribu. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dengan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," kata Sarimin.

Sarimin mengaku pelanggannya kini bukan hanya para pemulung saja melainkan juga para supir truk pengangkut sampah.

Bahkan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga sempat bertandang ke warungnya saat melakukan kunjungan lantaran penasaran ingin membeli makan dengan cara yang unik.

"Pak Wali juga pernah makan di sini tapi enggak bawa plastik, bawanya uang," kata Sarimin sambil tertawa.

Selama menekuni aktivitas tersebut, dalam sehari ia mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100 ribu.

"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulannya. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyupir truk sampah," jelas Sarimin yang memiliki dua putra ini.

Sampah plastik yang ia dapatkan dari pemulung dan warga tersebut bisa mencapai 2 ton.

Setidaknya dua sampai tiga minggu sekali, ia kirim dua ton sampah plastik tersebut ke pabrik di luar kota seperti Rembang, Demak, Pati, Kudus, Solo bahkan Surabaya untuk diolah kembali.

Karena aktivitasnya yang menginspirasi ini Sarimin dan Suyatmi dinobatkan menjadi satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh, yang diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari CNA.

Program tersebut bercerita tentang seseorang yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/04/06022261/kisah-sarimin-buka-warung-makan-dibayar-pakai-sampah-plastik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke