Salin Artikel

Pemilihan Rektor ITB dan Suara Nadiem Makarim yang Menentukan...

“Ini (pilrek) pertama yang dipilih (Menteri Nadiem),” ujar Ketua Senat Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Hermawan Kresno Dipojono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/10/2019).

Menurut sepengetahuan dirinya, ada 11 PTNBH yang mewajibkan menteri memberikan suara dalam pemilihan rektor. Dari 11 PTNBH itu yang paling dekat akan melaksanakan pilrek adalah ITB.

“Seingat saya, yang lainnya sudah selesai. Kaya UI (Universitas Indonesia), IPB (Institut Pertanian Bogor), Unpad (Universitas Padjadajaran), ITS (Institut Teknologi Sepuluh November),” tuturnya.

Hermawan menjelaskan, Pilrek ITB diikuti 30 kandidat yang sudah dikerucutkan menjadi 10 kandidat.

Mereka adalah Benyamin Sapiie, Bramantyo Djohanputro, Dwi Larso, Edy Tri Baskoro, Gusti Ayu Putri Saptawati Soekidjo, Jaka Sembiring, Kadarsah Suryadi, Reini D Wirahadikusumah, Togar Mangihut Simatupang, Widjaja Martokusumo.

Setelah melalui tahapan debat terbuka dan pemaparan ide gagasan, ke-10 kandidat ini akan disaring menjadi 6 hingga 3 lewat sidang tertutup Senat Akademik.

Kriteria penilaiannya beragam mulai dari rekam jejak, kemampuan leadership, hingga pengalaman memimpin.

3 nama calon rektor dan senat

Ketua Majelis Wali Amanat ITB, Prof Yani Panigoro mengatakan, bila tidak ada halangan dan sesuai rencana, MWA akan menerima 3 nama calon rektor dari senat ITB awal November ini.

Setelah itu, pihaknya akan melakukan rapat dengan Mendikbud Nadiem pada 8 November untuk membahas Pilrek ITB.

"Tanggal 8 (Novémber) ini akan dipilih rektor dari calon rektor. Nanti kita rapat dengan Mas Menteri," tuturnya.

Seperti diketahui, Pilrek PTNBH dilakukan oleh MWA kampus tersebut. Anggota MWA terdiri dari berbagai unsur yakni kementerian yang menaungi perguruan tinggi (dulu Kemenristekdikti kini Kemendikbud), gubernur Jawa Barat, perwakilan dosen, masyarakat, alumni, mahasiswa, dan tenaga kependidikan.

Suara Menteri Nadiem menjadi salah satu penentu. Sebab Kemendikbud memiliki hak pilih dengan komposisi hak suara 35 persen.

Debat terbuka

Salah satu tahapan yang harus dilalui para calon rektor adalah debat terbuka.

Dalam debat terbuka kemarin, berbagai persoalan diperdebatkan. Salah satunya terkait isu radikalisme, intoleransi yang ramai mengiringi Pilrek ITB.

Salah satu bakal calon rektor Reini D Wirahadikusumah mengatakan, isu ini harus disikapi dengan bijaksana.

Pihaknya akan berkonsultasi dengan pihak yang paham dan memiliki kajian akademis terhadap isu tersebut.

"Mendengarkan dulu bagaimana cara yang tepat. Tidak grasak-grusuk. Tapi yang memang betul-betul sudah dilarang, kita harus bertindak tegas," tuturnya.

Pada intinya, sambung Reini, sifat intoleransi ada karena tidak saling mengenal. Padahal kalau mahasiswa saling mengenal baik, yang ada justru berkolaborasi.

Untuk itu, langkah pertama bisa dimulai dengan saling mengenal. Salah satunya, saat awal mahasiswa kuliah, dosen mengatur agar mahasiswa bergabung dalam kelompok yang beragam.

Bakal calon rektor lainnya, Bramantyo menawarkan konsep Sakti, yakni mata kuliah spiritualitas akhlak kepemimpinan berbasis toleran dan inklusif. Pelajaran ini diberikan pada tahun pertama dan terakhir.

Intinya, Sakti diberikan untuk membangun jiwa kepemimpinan yang toleran dan inklusif.

Jadi, saat akan membuat keputusan, memilih orang, mahasiswa mempertimbangkan faktor keberagaman.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/27/12112421/pemilihan-rektor-itb-dan-suara-nadiem-makarim-yang-menentukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke