Salin Artikel

Susahnya Hidup Nenek Paulina: Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot, Jual Kelapa untuk Beli Beras

Nenek Paulina diketahui memang hidup selibat atau membujang. Ia memilih tidak bersuami sejak usia muda hingga hari tuanya. 

Yah, hidup membujang tidak selalu manis. Tatkala di usia senja, tidak pasti bisa hidup bersama keluarga dan mendapat perhatian dan kasih sayang seutuhnya dari orang-orang terdekat.

Itulah yang dialami Nenek Paulina. Di usianya yang sudah renta, di gubuk tuanya yang sudah reyot, ia hidup menyendiri.

Menahan lapar saat kelapa tak laku

Di usia senja itu, ia tetap harus bekerja dengan memungut buah kelapa yang jatuh di halaman rumahnya.

Buah kelapa tersebut yang kemudian dijual kepada warga sekitar yang membutuhkan.

Dari situlah ia bisa membeli beras dan kebutuhan rumah tangga lainnya. 

"Setiap hari saya jual kelapa untuk beli beras dan minyak goreng. Kalau kelapa tidak laku, kadang saya tidak makan," tutur nenek Paulina kepada sejumlah awak media, Selasa (15/10/2019).

"Kadang ada tetangga dan keluarga yang kasih beras. Kalau tidak, tahan saja rasa laparnya," kata Nenek Paulina. 

Nenek Paulina mengaku, dirinya memilih tinggal di gubuk tua dan reyot itu karena sudah betah.


Gubuk peninggalan orang tua

Gubuk tua itu peninggalan orang tua dan banyak menyimpan kenangan.

Memang, sejak kecil, dirinya sudah tinggal di gubuk tersebut.

Rumah itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratap seng.

Kondisinya sudah sungguh memprihatinkan. Sebagian dinding sudah lama rusak.

Atapnya juga banyak berlubang. Akibatnya saat musim hujan, nenek Paulina terpaksa mengungsi ke rumah keluarganya yang terdekat.  

"Kalau hujan rumah ini bocor. Terpaksa saat hujan saya lari ke rumah keluarga terdekat," kata Nenek Paulina. 

"Mau perbaiki rumah ini, uang dari mana. Mau beli beras saja saya susah." 

Sementara itu, Margareta Maria Nita, keponakan Paulina Poing, menuturkan dirinya selalu mengajak nenek Paulina agar tinggal bersama mereka.

Tetapi, nenek Paulina tetap memilih menetap di gubuk reyotnya itu. 

“Saya hanya kasih beras, dia sendiri yang masak. Saya ajak dia tinggal dengan saya tapi dia tidak mau," kata Maria.

"Kalaupun mau, itu pun satu dua hari saja. Setelah itu pulang lagi tinggal ke sini. Kalau beras habis, kadang saya yang beli dan antar.” 


Bantuan PKH mandeg

Maria menambahkan, nenek Paulina Poing pernah menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) dari pemerintah.

Uang itu ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan membeli obat ketika sakit. 

Kala itu memang nenek Paulina sangat terbantu. Tetapi sekarang, bantuan itu sudah tidak diterimanya lagi. Entah apa alasnnya. 

Sebagai keluarga, Maria pun berharap, kepada pemerintah, baik desa maupun pemerintah melalui dinas terkait, agar bisa membuka mata dengan kondisi nenek Paulina.

"Harapannya rumah nenek Paulina direhab . Begitu pula dengan bantuan sosial. Mungkin yang paling dibutuhkan juga adalah bantuan beras sejahtera (Rastra) dari pemerintah," ujar Maria.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/16/07192741/susahnya-hidup-nenek-paulina-tinggal-sendiri-di-gubuk-reyot-jual-kelapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke