Acara itu untuk memperingati hari batik nasional.
Mereka membatik motif batik khas kabupaten, yaitu motif Gunung Bromo, daun tembakau, irisan bawang merah dan mangga.
Setelah itu, mereka membagikan 2.009 buah suvenir bercorak batik tulis karya pembatik difabel secara gratis kepada warga dan pengendara jalur Pantura.
Yulis, salah satu peserta, mengaku membatik itu menyenangkan. Setelah mendapatkan ilmu singkat, dia langsung membatik dengan motif sesuai selera.
"Membatik menimbulkan kesenangan dan sensasi sendiri. Apalagi batik dipakai secara nasional dan menjadi ciri budaya negara," ujarnya.
Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Kabupaten Probolinggo Yulius Christian mengatakan, kegiatan membatik bersama bertujuan untuk mengenalkan batik khas kepada publik.
Sejauh ini, sudah ada 18 pembatik yang terdaftar dalam Asosiasi Perajin Batik, Bordir dan Assesoris (APBBA) Kabupaten Probolinggo tahun 2019.
"Batik produksi lokal sudah berhasil dipasarkan ke luar daerah. Ini sebenarnya membantu usaha pengrajin batik lokal," tukasnya.
Ada makna tersendiri atas kegiatan membatik kain sepanjang 10 meter dan suvenir 2.009 buah itu.
Angka 10 merupakan 10 tahun Hari Batik Nasional. Sedangkan 2009 adalah tahun ketika batik ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
https://regional.kompas.com/read/2019/10/02/15224631/hari-batik-nasional-anak-paud-dan-kaum-disabilitas-membatik-di-atas-kain-10
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan