Salin Artikel

Pasutri Ini Naik Motor 140 Km, Cari Makam Kakek yang Jadi Korban PKI di Madiun

MADIUN, KOMPAS.com — Siang itu, pasangan suami istri, Yanto Eko Cahyono dan Puji Sartomartuti mendatangi Monumen Kresek (Monumen Kekejaman PKI) yang berada di Desa Kresek, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (0/10/2019).

Bukan tanpa maksud. Pasutri asal Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta datang jauh-jauh ke Monumen Kresek hendak mencari makam dan data tentang kakeknya, Inspektur Polisi Suparbak.

Insp. Pol. Suparbak merupakan satu dari 17 korban kekejaman PKI tahun 1948 yang gugur di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Nama Suparbak terpampang dalam nama-nama korban kekejaman PKI tahun 1948 di Monumen Kresek.

"Saya sengaja datang kesini menumpang sepeda motor menempuh jarak sekitar 140 kilometer dari Yogya untuk mencari sejarah kakek kami yang tewas dibantai PKI," ujar Yanto kepada Kompas.com di Monumen Kresek, Selasa (1 /10 /2019).

Untuk melacak sejarah sang kakek, Yanto bersama istrinya sengaja datang ke Monumen Kresek bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Selasa (1/10/2019).

Bahkan, sehari sebelumnya, pasutri asal Yogya itu sudah tiba di Madiun. 

Tentang riwayat sang kakek, Yanto (52) bercerita, dahulu sebelum menjadi korban pembantaian PKI, Insp Pol Suparbak merupakan salah satu komandan kepolisian di Madiun.

Suparbak berurusan dengan PKI gara-gara saat mengendarai sepeda motor menyerempet pagar rumah seorang tokoh PKI. 

"Cerita dari bapak saya, sebelum dibunuh PKI, kakek menyerempet pagar rumah tokoh PKI saat mengendarai sepeda motor. Pascakejadian itu, kakek saya dicari lalu dibunuh," ungkap Yanto.

Tak hanya itu,  rumah kakeknya juga dibakar. Sedangkan lokasi pembunuhan kakeknya berada di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. 

Menurut Yanto, pasca-kakeknya ditangkap PKI, seluruh keluarga mengungsi di Cepu, Kabupaten Blora Jawa Tengah.

Di tempat pengungsian, keluarga hanya mendapatkan kabar, sang kakek sudah dibunuh orang-orang PKI dan rumahnya sudah dibakar. 

Hanya saja, hingga 71 tahun berlalu, keluarga tidak mengetahui makam tempat dikuburkannya jasad sang kakek Suparbak.

Keluarga hanya mengetahui, Suparbak menjadi korban kekejaman PKI seperti yang terpampang dalam Monumen Kresek. 

Keluarga besar Suparbak sudah berupaya mencari rekam jejak almarhum sebelum dibunuh PKI.

Bahkan, pencarian itu intensif dilakukan sejak tahun 1980. Namun, keluarga belum menemukan makam Suparbak. 

Yanto berharap kedatangannya kali ini ke Madiun bisa mendapatkan petunjuk keberadaan makam kakeknya.

Ia meminta bantuan Bupati Madiun dan Polres Madiun untuk mencarikan berkas-berkas sejarah tentang kakeknya hingga keberadaan makam kakek Suparbak. 

"Kami berharap pemerintah bisa membantu kami mencarikan data-data tentang kakek dan keberadaan makamnya," ungkap Yanto. 

Sebelumnya, keluarga pernah mendapatkan informasi kakeknya dimakamkan di taman makam pahlawan namun tidak jelas keberadaannya. 

Untuk mengenang kakeknya itu, kini Yanto dan keluarga hanya bisa mengunjungi monumen Kresek di Kabupaten Madiun.

Dan, bila merindukan sosok sang kakek, keluarga hanya bisa memandang foto Suparbak saat masih muda peninggalan bapaknya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/10/02/08320211/pasutri-ini-naik-motor-140-km-cari-makam-kakek-yang-jadi-korban-pki-di

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke