Salin Artikel

Catatan Bersama Demonstran...

Ingatan saya tiba-tiba saja meluncur ke akhir 1980-an. Itulah untuk kali pertama saya diajak, kemudian ikut demo. Ada rasa deg-degan kala itu, namun kemudian hilang karena semangat uji nyali plus rasa solidaritas.

Demo kemarin rupanya terjadi di beberapa kota di Indonesia. Saya ikuti berita lewat media mainstream dan medsos. Ada yang luka, ada fasilitas yang rusak, ada yang bagi-bagi makanan, dan ada pula yang bukan mahasiswa ikut aksi di sana.

Di Semarang, berita rencana demo sudah saya ketahui beberapa hari sebelumnya. Saya minta disiapkan ruang untuk menerima pendemo agar saluran aspirasi punya jalan dan ruang yang baik.

Saat demo benar-benar terjadi pada Selasa pagi di depan kantor Gubernuran, saya lihat mahasiswa sangat banyak. Saya ikuti orasi demi orasi sembari menerima tamu. Salah satunya Kepala BNN pusat Komjen Pol Heru Winarko dan jajarannya.

BNN ini tengah menyiapkan program kampung Bersinar-Bersih Narkoba! Program bagus saya kira dan harus menjadi perhatian banyak pihak. Para pemangku kepentingan harus memiliki persepsi yang sama untuk mengelola isu pemberantasan narkoba ini.

Di tengah ngobrolin program itulah tiba-tiba staf saya nyelonong masuk. Dia berbisik, "Pak, demo ricuh dan pagar jebol. Mereka hanya mau ketemu dengan Pak Gub saja."

Spontan rapat dengan BNN saya hentikan. Saya bilang ke Kepala BNN, "Pak Heru, saya kira rapat harus diakhiri karena situasi di depan kantor harus saya respons".

Saya bergegas jalan menuju ke kawan-kawan mahasiswa berdemo. Sempat saya lihat pihak keamanan cukup sigap dan berhati-hati dalam menangani demo ini. Ada yang membagikan air minum, ada juga yang terus bernegosiasi meskipun akhirnya pagar besi gerbang DPRD Jateng tetap roboh.

Saat saya keluar halaman, terdengar teriakan mahasiswa memanggil-manggil nama saya. Saya sambut dengan lambaian tangan dan acungan jempol. Mereka membalas dengan tepuk tangan.

Di halaman gubernuran, aparat menawarkan saya naik mobil keamanan. Saya bilang pilih jalan kaki saja. Dalam hati saya, ini demo murni dan damai, kok.

Begitu masuk barikade demonstran, mereka langsung membuka jalan sambal teriak "aman... aman..."

Bahkan ada yg teriak, "Pak de, kasih jalan!"

Lalu mereka mengulurkan tangan untuk bersalaman. Bahkan di antara beberapa mahasiswa mencium tangan saya. Suasana boleh ramai tapi unggah-ungguh mahasiswa itu ternyata sangat terjaga. Saya sangat hormat!

Agar terlihat oleh massa yang katanya berjumlah 10 ribu itu (saya sendiri tidak menghitung, tapi memang luar biasa banyak), saya diminta naik ke mobil komando mahasiswa. Salah satu orator meminta saya menyampaikan sepatah dua patah kata. Pilihan kalimat sepatah dua patah kata itu saya artikan sebagai sambutan yang bersahabat.

Ada sesuatu yg menarik ketika saya bicara. Mereka tenang dan mendengarkan. Lagi-lagi saya respek. Tidak ada satupun kata-kata kotor yang keluar dari mereka. Maka saya merasa ini seperti rapat akbar yang nalar meskipun di bawah terik matahari yang membakar.

Terasa begitu sejuk demo ini. Dan ketika saya singgung soal kesiapan membersihkan sampah dan memperbaiki taman yang rusak, mereka teriak serentak: Siap!

Nyatanya, usai demo, sebagian mahasiswa langsung membersihkan area aksi, termasuk taman. Mengagumkan.

Mereka sangat peduli pada isu hak-hak individu terkait dengan tenaga kerja, tanah, isu perempuan dan pekerja domestik, lingkungan, anti-korupsi, Papua dan satu lagi kesadaran gerakan sebagai alat kontrol.

Sebagai catatan reformasi mereka sampaikan bahwa Orde Baru cuma terpenggal kepalanya tetapi badannya masih utuh! Maka mereka tuntut agar reformasi dituntaskan.

Sampai di sini, saya lihat demonstrasi mahasiswa di Jateng, clear! Saya tidak melihat agenda lain yang subversif! Hasil dari proses demokrasi tetap dijaga.

Semoga pemerintahan baru Pak Jokowi-KH Maruf Amin segera bisa menuntaskan agenda reformasi dengan baik.

Dan soal pagar kantor yang rusak, saya ikhlaskan saja, segera kita perbaiki. Itu jauh lebih murah daripada kerusakan akibat chaos yang tentu siapapun tidak menginginkan terjadi.

Terima kasih untuk aksi yang beradab. Hidup mahasiswa!

Tol Solo-Kertosono, 25 September 2019

https://regional.kompas.com/read/2019/09/25/16151351/catatan-bersama-demonstran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke