Salin Artikel

Fakta Lengkap Kerusuhan di Wamena, 21 Warga Tewas hingga 1.500 Mengungsi

KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) dipicu adanya kabar hoaks soal ujaran rasial guru ke siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Adanya informasi tersebut, langsung menyebar luas dan memicu kemarahan massa yang akhirnya berujung kericuhan.

Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, melaporkan, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Akibat kejadian itu 21 warga tewas, saat ini proses evakuasi terhadap bangunan yang dirusak dan dibakar tengah berjalan dan 1.500 warga mengungsi ke markas Kodim 1702 Jayawijaya.

Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja mengatakan, pihaknya sudah menelusuri dugaan ujaran rasial itu dan kenyataannya tidak ada.

Sementara itu, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya, disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).

Pasca-kerusuhan yang terjadi, situasi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin malam sudah mulai kondusif.

Namun, untuk mengantisipasi adanya aksi susulan, aparat gabungan TNI-Polri terus bersiaga.

Berikut fakta selengkapnya:

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo yang dilakukan para pelajar SMA ini bermula adanya informasi yang viral di tengah-tengah masyarakat tentang dugaan ujaran rasisme diduga dilakukan seorang guru. Akan tetapi, setelah dilakukan pengecekan hal itu tak benar terjadi.

Dikatakan Chandra, sebenarnya kemarin (Senin) sama sekali tidak ada rencana aksi unjuk rasa di Kota Wamena. Untuk unjuk rasa sendiri direncanakan akan berlangsung tanggal 26-27 September 2019.

Candra menjelaskan, aksi anarkis bermula ketika para pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis untuk ikut turun ke jalan namun tak diindahkan, sehingga mereka merusak sekolah Yapis.

“Jadi anarkis bermula ketika mereka merusak sekolah SMA Yapis, yang saat itu juga para pelajarnya dibuat ketakutan,” jelasnya Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua.

Dari sinilah, lanjut Chandra, kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka mengajak seluruh pelajar SMA di Kota Wamena untuk ikut turun ke jalan.

“Kita sudah coba redam bersama Bupati Jayawijaya, namun ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut-ikutan turun ke jalan. Padahal, kemarin itu merupakan jadwal para pelajar melangsungkan ujian,” katanya.

Masih dikatakan Chandra, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).

“Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkapnya Senin.

Setelah peristiwa itu, tambah Chandra, para pelajar yang melakukan aksi unjuk rasa memaksa sekolah-sekolah lain untuk ikut turun ke jalan.

“Ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut turun ke jalan. Jadi aksi ini murni dilakukan para pelajar. Namun aksi pembakaran ini sudah terencana dilakukan pihak ketiga, di mana hal ini kelompok KNPB,” ujarnya.

Adapun titik-titik yang direncanakan dibakar, sambung Chandra, yakni kantor pemerintahan dan tempat-tempat perekonomian.

“Seperti kita ketahui kantor bupati hangus terbakar, kantor PLN sebagai pusat penerangan dibakar dan tempat usaha serta rumah-rumah warga,” ujarnya.

3. Dipicu kabar hoaks

Rudolf memastikan bahwa alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks).

"Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujarnya di Jayapura.

Rudolf mengklaim kepolisian sudah mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya tidak benar.

"Guru tersebut sudah kita tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kita pastikan. Jadi kami berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.

4. Kantor bupati, PLN, rumah dan pertokoan dibakar massa

Rumah yang ada di sepanjang jalan di Kota Wamena hangus dibakar dalam kerusuhan. Namun, belum dipastikan berapa puluh rumah yang terbakar.

Seorang warga di Kota Wamena menjelaskan, rumahnya yang berbentuk ruko hangus terbakar dalam kerusuhan itu.

"Kami hanya bawa badan. Sepanjang jalan, rumah-rumah hangus" kata pria bernama Siregar.

Seorang warga di Jalan Putikelek juga mengaku rumah mereka hangus dibakar.

"Kami salah apa. Kenapa rumah kami dibakar," kata Mama Silvi.

Selain rumah, Supermarket Yuda dengan investasi ratusan juta rupiah juga dibakar. Beruntung, seluruh pegawainya selamat.

"Kami pegawai Yuda selamat. Tapi banyak di antara kami terluka karena lompat dari lantai 2," kata salah seorang pegawai Yuda.

Dari laporan kontributor Kompas.com di Kota Wamena, John Roy Purba, melaporkan, kantor bupati Jayawijaya yang berada di Jalan Yos Sudarso juag dibakar oleh massa demonstran yang bertindak anarkistis.

"Dalam pantauan kami, seluruh bangunan kantor bupati Jayawijaya hangus dibakar massa," kata John.

Pasca-kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019), korban jiwa terus bertambah karena saat ini proses evakuasi terhadap bangunan yang dirusak dan dibakar tengah berjalan.

Kabid Humas Polda Papua Kombes AM. Kamal mengkonfirmasi bila telah ditemukan beberapa jenazah lagi di Wamena yang diduga adalah korban kerusuhan.

"Pagi ini sudah ditemukan 4 jenazah di antara puing-puing bangunan yang terbakar, jadi total 21 tewas," ujarnya di Jayapura, Selasa (24/9/2019).

6. 1.500 warga Wamena mengungsi

Candra mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, menyebabkan banyak warga memilih mengungsi.

Salah satu titik pengungsian terbanyak adalah di Markas Kodim 1702 Jayawijaya.

"Saat ini ada 1.500 orang. Kondisi pengungsi sehat, mereka mengamankan diri," ujarnya, ketika dihubungi Kompas.com, Senin.

 7. Situasi sudah kondusif

Pasca-kerusuhan yang terjadi, situasi di Kota Wamena, Kabupatem Jayawijaya, Papua, Senin malam sudah mulai kondusif.

Namun, untuk mengantuisipasi adanya aksi susulan, aparat gabungan TNI-Polri terus bersiaga.

"Aparat standby 24 jam, semua objek vital kita amankan," ujarnya.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan sekelompok massa yang berujung anarkis dinilai Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua sebagai aksi anarkis.

"Ini bukan demonstrasi lagi, ini aksi anarkis dan terjadi di mana-mana terjadi pembakaran, pelemparan," kata Jhon, Senin (23/9/2019).

Jhon mengimbau masyarakat tidak terpancing kabar hoaks tersebut. Warga diminta bekerja sama untuk menjaga keamanan, agar situasi di Wamena dapat kembali pulih.

"Polres dan kodim sudah banyak orang, kami berupaya dengan keamanan untuk menjaga situasi yang terjadi ini supaya kondusif kembali lagi," ujarnya.

"Kami mengimbau masyarakat jangan terpengaruh dengan kejadian hari ini, jangan terpancing isu, supaya kita menjaga situasi agar secepat mungkin bisa aman," katanya.

Pasca-kerusuhan yang terjadi di Wamena, pemerintah membatasi akses internet.

Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan Kementerian Kominfo telah meminta operator seluler yang ada di Wamena untuk melakukan pembatasan alias throttling akses data internet di Wamena.

"Pak Menteri sudah meminta operator untuk membatasi layanan data di Wamena dan sudah dilakukan oleh operator," kata Ferdinandus melalui pesan singkat kepada KompasTekno, Senin (23/9/2019) sore.

Sumber: KOMPAS.com (Jhon Roy Purba, Dhias Suwandi, Rachmawati).

https://regional.kompas.com/read/2019/09/24/07104611/fakta-lengkap-kerusuhan-di-wamena-21-warga-tewas-hingga-1500-mengungsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke