Salin Artikel

Warung Legendaris Sasari UI, Sudah Enak Murah Pula, Kelezatan yang Menantang Sejak Orde Baru

Warung khas sunda ini berada di Jalan Sawo No 21D, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, tepatnya di balik rel kereta api Jakarta-Bogor.

Itu sebabnya para mahasiswa acap kali menyebutnya barel (balik rel).

Terlepas dari namanya, warung tersebut tidak pernah sepi pembeli baik dari mahasiswa dan warga sekitar.

Untuk sampai ke warung ini, harus menyeberangi rel kereta api terlebih dahulu dari Universitas Indonesia.

Tak hanya lokasinya yang menantang, warung ini juga menawarkan beragam menu yang lezat dan menggugah selera.

Seperti sayur-sayuran, ayam rica-rica, nasi telur, perkedel, rempeyek, tempe, tahu dan lain sebagainya.

Salah satu menu andalan yang jadi primadona di warung tersebut adalah, telur sarang.

Olahannya sangat sederhana, hanya telur, bumbu ditambah daun bawang lalu dikocok hingga mengembang.

Seporsi nasi telur dan sambal hanya dibanderol Rp 8.000 saja. Apalagi porsi nasi yang disajikan juga sangat banyak, dijamin kenyang.

Sama seperti warung pada umumnya, di tempat ini juga disediakan air minum gratis.

Menariknya, ketika sedang asyik menyantap makanan, kamu akan dikagetkan dengan getaran dan suara kereta api yang sedang melintas.


Sensasi itulah yang terkenang di lidah para penggemarnya secara turun-temurun lantaran lokasi serta harganya yang murah.

Pemilik warung bernama Halimah (54) mengatakan, sudah mulai berjualan sejak zaman orde baru bersama sanak saudaranya.

Kemudian untuk pekerja bergantian empat bulan sekali yang kebanyakan adalah saudara sendiri.

"Ini sudah lama (berdiri) dari tahun 87 an sejak awal UI itulah dan enggak pindah-pindah, hanya saja sering direnovasi kemudian pekerjanya empat bulan sekali ganti sama adik ibu dan karyawannya banyak dari saudara," ujarnya.

Ia menceritakan, warung makan miliknya mulai ramai dikunjungi sejak era orde baru hingga memasuki reformasi.

Bahkan, nama warungnya sudah melanglang buana karena alumni-alumni UI sering kali mengenalkan warung tersebut.

Dirinya meyakini, penyebabnya karena nama Sasari yang berarti sederhana, murah dan memiliki cita rasa yang nikmat.

Selain itu, terdapat sensasi berbeda ketika menyantap makanan lantaran saat itu kondisi bangunan warung berdekatan dengan rel kereta yang masih satu jalur.

Warung yang menyajikan makanan enak dan murah sudah pasti jadi incaran banyak orang kala itu hingga saat ini.


Namun berjalannya waktu harga perlahan naik akan tetapi masih menyesuaikan kantong mahasiswa.

"Dulu yang kuliah bapaknya (alumni), sekarang anaknya yang kuliah. Seperti sekarang ada Maba mereka direkomendasi dari orangtuanya suruh makan di sini karena pengalamannya dulu di sini," ungkapnya.

"Nah, menu nasi telur itu memang terkenal dulu harganya cuma Rp 1.000. Bahkan terkenal ke luar negeri. Jadi alumni UI yang kerja di Amerika, Jerman pasti mampir kalau pulang dan pasti foto-foto sama ibu karena mereka kangen dengan kenang-kenangan di warung ini," sambung dia.

Dijelaskannya bahwa warung tersebut sejak dulu memang beroperasi selama 24 jam.

Untuk menu terpopuler seperti telur sarang akan cepat ludes bahkan nyaris tak pernah sekali pun sepi.

Ia mengaku bersyukur karena dari hasil jualan makanan dan minuman tersebut, anak-anak hingga saudaranya bisa disekolahkan menuju jenjang perguruan tinggi.

Warung Sasari mampu mendapatkan penghasilan kotor Rp 3 juta setiap harinya. Penghasilan tersebut diperolehnya dari berjualan sejak pagi hingga ketemu pagi.

Tak ada kata libur demi memenuhi kebutuhan pangan mahasiswa, terutama yang indekos di seputaran UI.

Untuk kamu calon mahasiswa baru yang masih asing dengan warung tersebut, ada baiknya berkunjung karena UI tak hanya memiliki dan melahirkan banyak tokoh nasional.

Akan tetapi UI juga memiliki salah satu warung yang melegenda.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/15/07300061/warung-legendaris-sasari-ui-sudah-enak-murah-pula-kelezatan-yang-menantang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke