Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Tragedi KM 91 Tol Purbaleunyi | Saat Legenda Bola Halau Perusuh

KOMPAS.com - Berita tentang kecelakaan maut di KM 91 Tol Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat, menjadi sorotan pembaca.

Sebanyak 21 kendaraan terlibat dalam kecelakaan beruntun itu dan 8 orang tewas.

Sementara itu, berita tentang seorang siswa SMP asal Palangkaraya bernama Eko, akhirnya terungkap.

Eko tewas ditusuk oleh ayah kandungnya, Mardi (45) sendiri, lantaran korban rebutan makanan dengan adik korban.

Berikut ini berita populer nusantara secara lengkap:

Kecelakaan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan terjadi di kilometer 92 tol Purbaleunyi, Senin (2/9/2019) sekitar pukul 12.30 WIB.

Dirgakkum Korlantas Mabes Polri Brigjen Pol Pujiyono Dulrachman menjelaskan, kecelakaan beruntun tersebut bermula dari kecelakaan tunggal dump truck yang terbalik di kilometer 92.

Kemudian, saat ada empat kendaraan mengantre menunggu evakuasi dump truck yang terbalik, ada dump truck bermuatan tanah yang hilang kendali karena rem blong.

"Dump truck bermuatan tanah itu menabrak empat kendaraan yang tengah mengantre," kata Pujiyono.

Gara-gara rebutan jajanan dengan adiknya, Eko tewas ditusuk oleh ayah kandungnya, Mardi (45).

Sebelumnya, Mardi mengaku bahwa Eko tewas tertusuk pisau yang tak sengaja mengenai tubuhnya di lokasi Eko terjatuh.

“Berdasarkan hasil otopsi serta keterangan dari adik korban, akhirnya ayah korban mengakui semua perbuatannya telah menusuk korban hingga tewas,” kata Kapolres Palangkaraya, AKBP Timbul RK Siregar saat pengungkapan kasus di Mapolres Palangkaraya, Minggu (1/9/2019).

Yafet Sibi, legenda hidup Persipura yang aktif bermain pada era 70-an, menceritakan saat kejadian ia berdiri di Tugu Marthen Indey.

Jaraknya sekitar 50 meter dari SPBU Nagoya dan merupakan persimpangan menuju Jalan irian dan Jalan Koti.

Massa saat itu berada di beberapa ratus meter di depannya sudah melakukan perusakan dengan melempari setiap bangunan yang dilewati.

Ketika itu juga ia berpikir untuk melakukan sesuatu guna mengalihkan rute massa.

Caranya, ia menggunakan pakaian masyarakat pegunungan dan mengucapkan yel-yel yang biasa massa lontarkan.

"Dari tiga grup yang datang, saya sudah di Tugu Marthen Indey, saya pakai atribut masyarakat pegunungan untuk saya mengarahkan massa tidak boleh lewat sini (Jalan Irian). Jadi ketiga rombongan massa itu saya arahkan ke sana (Jalan Koti) semua," ujarnya, Minggu (1/9/2019).

Kantor Gubernur Papua yang menjadi tujuan akhir para peserta aksi di Kota Jayapura, Papua, pada 29 Agustus lalu tidak luput dari aksi perusakan dan penjarahan.

Selain itu, Kantor KPU Papua yang berada satu kompleks di Kantor Gubernur Papua, hangus dibakar massa.

Untuk menghitung kerugian, para aparatur sipil negara diminta untuk melakukan inventarisasi.

"Kondisi kantor ada beberapa bagian yang menjadi dampak dari kejadian kemarin, ada beberapa dibongkar, tetapi semua sudah kita laporkan ke gubernur, wagub dan sekda. Beberapa (OPD) sudah mulai melakukan pembersihan," ujar Asisten II Sekda Papua Muhammad Musa'ad, di Jayapura, Senin (2/9/2019).

Tanaman Kratom secara tradisional sering digunakan sebagai tanaman obat di Kalimantan dan daratan Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Myanmar.

Di Amerika, daun tanaman sejenis kopi ini sangat populer karena dipercaya dapat membantu mengurangi rasa sakit, membuat rileks dan membantu pecandu opium untuk berhenti.

Sayangnya, legalitas kratom saat ini sedang menjadi polemik di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Badan Narkotika Nasional sedang memroses kratom menjadi obat-obatan Golongan I. Lalu, apakah kratom tanaman obat atau obat terlarang?

Sumber: KOMPAS.com (Rachmawati, Dhias Suwandi, Kurnia Tarigan, Farida Farhan)

https://regional.kompas.com/read/2019/09/03/06360041/-populer-nusantara-tragedi-km-91-tol-purbaleunyi-saat-legenda-bola-halau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke