Salin Artikel

Talkshow tentang Sunda, Begini Watak Orang Sunda Menurut Budayawan Jabar

Dalam Talkshow Sundalineals; melestarikan budaya Sunda di tengah modernisasi yang digelar di Armor Kopi, Jalan Bukit Pakar Utara, Kota Bandung, Selasa (20/8/2019), Dedi mengatakan, orang Sunda selalu memegang teguh pepatah lama yang berbunyi, "Pindah cai, pindah takdir".

“Ketika tinggal di Jawa, maka harus mirip menjadi orang Jawa. Ketika tinggal di Sunda, harus mirip seperti orang Sunda. Ketika tinggal di Papua, harus mirip dengan orang Papua,” kata Dedi, Selasa sore.

Dengan sikap tersebut, Dedi mengatakan orang Sunda cenderung lebih mudah membaur dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Hal tersebut sudah tercipta sejak dahulu dan masih melekat hingga saat ini.

“Kalau sudah seperti itu, maka itu disebut ilmu Siliwangi. Tentara Siliwangi kalau operasi tidak pernah berperang strateginya. Berperang bukan strategi utama, strategi utamanya adalah ‘ngadu bako’. Mereka nyaru dengan lingkungannya, maka tidak ada musuh buat Siliwangi, semua adalah sahabat,” katanya.

Dedi menjelaskan, dia hampir tidak pernah mendengar ada konflik di luar Jawa Barat yang melibatkan orang suku Sunda. Menurut dia, hal tersebut karena suku Sunda paling mudah beradaptasi.

“Bicara pindah cai pindah takdir, orang Sunda itu orang yang paling bisa menyesuaikan dengan lingkungan dengan tempat dia tinggal. Coba cek pernah enggak orang Sunda berkonflik di tempat lain? Enggak pernah,” jelasnya.

Selain itu, Dedi mengatakan, minimnya konflik yang melibatkan orang Sunda lantaran sifat orang Sunda cenderung lebih mengalah.

“Orang Sunda tidak memiliki watak dominasi. Jadi yang tidak memiliki watak dominasi cenderung melebur. Itu yang harus kita bangun. Malah orang Sunda yang terdominasi karena tidak punya watak dominasi, tidak punya watak perlawanan. Mana ada orang Sunda berontak, mereka kebanyakan nerima saja,” katanya.

Namun demikian, Dedi mengatakan perlu ada perlindungan untuk orang Sunda yang cenderung pasrah. Salah satunya adalah tata ruang untuk orang Sunda.

“Perlu payung negara untuk melindungi warganya dari aspek dominatif dan aspek dominatif itu tata ruang,” tandasnya.

Sementara itu, Budi Dalton yang juga budayawan Sunda mengatakan, budaya Sunda tidak perlu dilestarikan.

“Dalam bahasa Sunda ada jargon yang menjadi aksesoris politik bahwa urang kudu ngamumule budaya urang, atau harus melestarikan budaya kita. Saya pikir sudah tidak saatnya bicara seperti itu lagi,” kata Dalton.

Menurut dia, yang perlu dilakukan sekarang adalah menghasilkan sebuah konsep agar budaya Sunda tetap bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Langsung kepada prak-nya (praktik), kepada tatanan teknis. Karena hal-hal yang dilakukan seperti ini, jauh lebih bermanfaat. Minimal menghasilkan konsep yang bisa kita laksanakan besok lusa menjadi sebuah aplikasi pekerjaan, bukan hanya dalam jargon saja,” tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/21/09065321/talkshow-tentang-sunda-begini-watak-orang-sunda-menurut-budayawan-jabar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke