Salin Artikel

Cerita Kantin Salman ITB, Andalan Mahasiswa Berkantong Tipis

Sebagian besar dari jemaah tersebut kemudian memasuki ruangan sebelahnya, Kantin Salman ITB.

Mereka berjejer membentuk antrean terpisah antara ikhwan dan akhwat (laki-laki dan perempuan).

Di antara antrean tersebut, tampak Rizqi Samera (19). Pria yang mengenakan jaket almamater Teknik Dirgantara ITB ini menunggu antrean mengambil nasi.

Setelah 10 menit menunggu, ia kemudian mengambil nasi, tahu, tempe, siomai, sayur, kerupuk, dan sambal. Saat membayar di kasir, ia cukup mengeluarkan Rp 13.500.

“Saya cukup sering makan di sini, karena murah, pas di lidah saya, variannya banyak, dan ada sayur,” ujar Rizqi, kepada Kompas.com, di Kantin Salman ITB, belum lama ini.

Alasan sayur dan murah inilah yang membuat Rizqy kerap datang ke Kantin Salman. Sebab, di tempat lain jarang menyediakan sayur.

Misalnya, ayam geprek di sekitaran ITB, tidak memberikan sayur. Padahal, harganya Rp 15.000.

Sedangkan di Kantin Salman, uang Rp 15.000, sudah mendapat daging, sayur, dan lainnya.

Seperti yang disampaikan Made Yogga Anggara Pangestu (18). Mahasiswa asal Mataram ini mengaku bisa 2-3 kali seminggu makan di Kantin Salman ITB.

Sebagai mahasiswa perantauan, ia harus menjaga asupan gizi makanan. Untuk itu, badannya perlu diberi asupan gizi lengkap dari karbohidrat, protein, hingga vitamin dan serat.

“Saya suka sayurannya. Varian makanan di sini banyak, jadi enggak bikin bosan. Porsi nasi juga bebas dan air minum bisa refill,” tutur dia.

Dengan mengeluarkan uang Rp 10.000, ia sudah bisa mendapatkan nasi, sayur sop, capcay goreng, dan lainnya. Apalagi kalau dibungkus, porsinya bisa lebih banyak.

Baginya, Kantin Salman ITB bukan hanya tempat makan. Lebih dari itu, kantin ini kerap digunakan tempat diskusi ataupun rapat.

Namun, bukan rapat yang membutuhkan waktu berjam-jam. Sebab, Kantin Salman ITB kerap penuh, apalagi pada jam makan siang.

“Sekarang mahasiswa masih libur, jadi antreannya tidak terlalu panjang,” ungkap dia.

Mahasiswa lainnya, Resti W menyampaikan hal serupa. Kantin Salman ITB menjadi solusi bagi mahasiswa berkantong tipis atau sedang mengalami kesulitan keuangan.

Termasuk mahasiswa penerima beasiswa seperti dirinya.

“Kantin ini andalan banget buat saya dan teman-teman yang telat mendapat kiriman (uang) dari orangtuanya,” tutur dia.

Jam buka

Kantin Salman ITB buka Senin-Sabtu pukul 06.00-19.00 WIB, sedangkan Minggu buka pukul 06.00-18.00 WIB.

Jika pengunjung datang saat jam shalat, harap bersabar. Sebab, Kantin Salman tutup 20 menit atau saat shalat berlangsung.

Namun, untuk istirahat pelaksanaan shalat Jumat, kantin tutup lebih lama, dari pukul 11.00 WIB.

Pengumuman tersebut dipasang di beberapa jendela dan sudut kantin, sehingga mudah dibaca orang.

Selain jadwal, terdapat sejumlah tulisan yang mengajak untuk shalat. Seperti, “dimohon untuk menghentikan aktivitas saat masuk waktu shalat/adzan dikumandangkan”.

Begitu shalat bubar, kantin pun dibuka. Begitu masuk, pengunjung tinggal melihat tulisan di bagian atas kantin, yang menunjukkan tempat antrean untuk perempuan dan laki-laki.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/07000051/cerita-kantin-salman-itb-andalan-mahasiswa-berkantong-tipis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke