Salin Artikel

Melihat Monumen Kebulatan Tekad, Peringatan Sejarah Bangsa yang Dibangun dengan Biaya Rp 17.500

KARAWANG, KOMPAS.com - Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2019 mendatang, tidak ada salahnya kita kembali menapaktilas sejarah perjuangan bangsa ini.

Salah satunya dengan menengok Monumen Kebulatan Tekad yang berada di sisi Sungai Citarum, Rengasdengklok, Karawang. Konon, tempat itu dulunya markas tentara PETA.

Lokasi monumen ini sekitar 20 kilometer dari pusat kota Karawang.

Lokasinya dekat dengan Tugu Proklamasi Rengasdengklok dan Rumah Djiauw Kie Siong, tempat singgah Soekarno-Hatta saat diamankan kaum muda di Rengsdebgklok.

Empat bulatan seperti telur di samping bulatan besar itu mewakili empat penjuru mata angin.

Sementara tangan kiri mengepal itu melambangkan tekad para pejuang untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Di bagian depan penyangga bulatan bertuliskan 17 Aug 1945 itu juga bertuliskan Naskah Proklamasi.

Di sisi belakang monumen terdapat relief yang menggambarkan perjalanan Proklamasi.

Misal relief yang menggambarkan dibawanya Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, gejolak 16 Agustus 1945 di Rengsdengklok. 

Hingga Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.

"Monumen ini dibangun pada 1950 dengan biaya Rp 17.500 di atas tanah seluas 1.500 meter persegi. Uang itu merupakan sumbangan masyarakat dan bantuan pemerintah," ujar Idris, penjaga Monumen Kebulatan Tekad ditemui Kompas.com, Selasa (13/8/2019).

Setiap 16 Agustus malam, kata Idris, tempat itu kerap diadakan renungan malam. Banyak orang yang datang, mulai dari pejabat hingga kaum muda.

Setia Menjaga

Idris merupakan keturunan ketiga yang menjaga Monumen Kebulatan Tekad, setelah ayah dan kakeknya yang merupakan veteran PETA.

Ia pun mengaku bangga bisa menjaga dan merawat monumen itu.

"Tugu ini sebagai pengingat perjuangan. Kita harus bangga. Tanpa perjuangan itu kita tidak punya apa-apa," katanya.

Menurut Idris menjaga monumen itu bukan beban, melainkan kewajiban sebagai generasi penerus.

Sedangkan kunci dari kesetiaan menjaga tugu itu adalah kejujuran. Itu adalah hal yang diajarkan leluhurnya.

"Misalnya ada barang atau dompet pengunjung yang ketinggalan harus dikembalikan," tambahnya.

Ia juga berharap para pengunjung senantiasa menjaga kesopanan dan mengucapkan salam saat memasuki area tugu.

Idris yang menjaga tugu itu selama 19 tahun itu pun mengaku bersyukur telah diangkat menjadi tenaga honorer dan mendapat honor tetap.

Meski demikian ia juga tidak menampik jika ada pengunjung yang memberikan uang tip.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/13/11464171/melihat-monumen-kebulatan-tekad-peringatan-sejarah-bangsa-yang-dibangun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke