Salin Artikel

7 Kisah Pengemudi Ojek Online, Sumbangkan Makanan hingga Buka Lapak Buku Gratis

Perempuan yang juga kader PDI-P itu naik ojek online karena kendaraan yang ditumpanginya terjebak kemacetan dalam perjalanan menuju lokasi kongres.

Transportasi ojek online memang praktis dan sering menjadi solusi untuk menembus kemacetan.

Namun tidak jarang, banyak cerita menarik, mengharukan, dan menyedihkan yang dialami oleh para pengemudi ojek online.

Kompas.com merangkum kisah-kisah ojek online yang menjadi perhatian masyarakat.

Usut punya usut, tagihan itu berawal saat Irma dan rekan-rekannya sesama pengemudi ojek online menyerahkan KTP kepada Rudi Hardanto (36) yang telah ditetapkan sebagai tersangka penipuan.

Menurutnya, ada informasi yang beredar di grup-grup WhatsApp ojek online sekitar Maret 2019. Informasi itu menyebutkan, jika menyerahkan foto KTP dan foto diri bersama KTP,  mereka akan mendapat uang Rp 100.000. Informasi itu menyebutkan, pengumpulan KTP ini untuk menarik poin di Traveloka.

Mereka kemudian menyerahkan KTP untuk mendapat uang dan lebih dulu didata di Hotel Star Pontianak.

"Kami yang ojek online ini tentu mau. Cuma menyerahkan KTP dapat uang Rp 100.000. Bahkan ada teman yang dapat Rp 300.000 karena bawa banyak kawan," kata Irma.

Oleh tersangka Rudi, KTP Irma dan rekan-rekannya digunakan untuk membuat akun di Traveloka dan mengajukan pembelian tiket pesawat serta hotel secara kredit.

"Tiket-tiket pesawat dan hotel itu kemudian dia jual kepada warga melalui Facebook dengan harga yang lebih murah," kata Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono.

 

Dari percakapan itu, sang penumpang, Dika, meminta kesediaan pengemudi, Robertus Fernanda, untuk dibayar dengan satu kilogram beras sebagai pengganti jasa transportasi.

Saat dihubungi Kompas.com, Dika mengungkapkan alasannya membayar pengemudi ojek online dengan satu kilogram beras.

"Saya enggak pegang uang cukup dan ATM saya masih tertelan, jadi saya bayar pakai beras saja," ujar Dika, Selasa (2/7/2019).

Dika mengatakan, saat itu ia tengah terburu-buru karena mendapat panggilan wawancara kerja dari sebuah perusahaan.

Ia tak punya pilihan, karena temannya tak bisa mengantarkannya ke lokasi wawancara di Kalan Maulana Yusuf, Bandar Lampung, Lampung.

Akhirnya, Dika memesan ojek online Go-Jek dan tertera tarif sebesar Rp 6.000 untuk mengantarkannya ke lokasi wawancara.

"Jarak dari lokasi saya ke tempat interview kurang lebih 4 kilometer, tarifnya Rp 6.000. Saya cuma punya uang Rp 2.000. Rencananya, saya pinjam kawan saya Rp 12.000 untuk pergi-pulang, ternyata teman saya juga lagi enggak ada uang," ujar Dika.

Saat menyampaikan kondisi ini kepada pengemudi, menurut Dika, pengemudi bernama Robertus itu tak keberatan.

"Saya ambil beras di kos, beras stok sehari-hari yang saya bawa dari kampung," ujar Dika.

 

Dari alamat yang tercantum di KTP, Suhendra berasal dari Jalan Parang Sarpo, RT 01 RW 12, Tlogosari Kulon, Pedurungan, Semarang Timur.

Saat ditemukan, Suhendra tengkurap di atas sepeda motor matiknya.

Kepala Sub Bagian Humas Polres Magelang Kota, AKP Nur Saja'ah, saat dikonfirmasi Kompas.com membenarkan kejadian tersebut.

"Korban ditemukan oleh saksi masih mengenakan jaket ojol Grab warna hijau, dalam keadaan tengkurap di atas stang motor, di depan Hotel Pringgading, sekitar pukul 14.30 WIB," jelas Nur, dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (25/6/2019).

Tidak ada tanda-tanda penganiayaan di tubuh Suhendra. Menurut keluarga, Suhendra memiliki riwayat sakit jantung dan baru menjalani pengobatan di Rumah Sakit Kota Magelang.

 

Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Indratmoko menyebut, bentrokan terjadi karena kesalahpahaman kedua belah pihak.

Bermula ketika RN (22) salah seorang warga sedang mengendarai motor ke arah timur Jalan Abdullah Dg Sirua.

Saat hendak melewati traffic light di jalan itu, tiba-tiba sebuah motor dari arah yang berlawanan yang dikendarai oleh YSH (22), pengemudi Grab muncul.

Hingga pada akhirnya keduanya hampir saling bertabrakan dan berdebat tentang siapa yang salah.

Tak terima dimaki, YSH memanggil teman-temannya sesama pengemudi ojek online lalu menyerang RN yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.

Karena puluhan pengemudi ojek online itu menggunakan senjata tajam berupa busur, parang dan batu, RN dan teman-temannya berhamburan memasuki perumahan CP The Residence yang letaknya tepat di samping sebuah kampus swasta di Makassar.

Serangan puluhan pengemudi Grab ini merusak dan memecahkan kaca depan pos sekuriti perumahan tersebut.

 

Ketua Grab Bike Klaten Jackal Zaglul Ahmad (39) mengatakan, order fiktif telah merugikan para driver.

Korban order fiktif dialami 30-40 driver Grab di Klaten. Teror pemesanan order fiktif telah meresahkan para driver Grab di Klaten sejak dua bulan terakhir.

Dijelaskan, order fiktif tersebut berupa pemesanan makanan dengan alamat tertentu. Namun, pada saat makanan tersebut diantar justru pemesan tidak merasa memesan.

"Kerugiannya berbeda-beda, ada Rp 100.000, Rp 200.000. Ini sangat merugikan kami," ujarnya.

Agar tidak mubazir, sebagian driver memberikan makanan itu ke panti asuhan. Makanan yang telah diserahkan ke panti asuhan disertai dengan nota pembelian bisa diserahkan ke kantor Grab untuk mendapatkan ganti rugi.

 

Ada puluhan buku yang digelar agar bisa dibaca secara gratis oleh masyarakat Banyuwangi.

Kepada Kompas.com, Minggu (10/2/2019), Agus mengatakan sengaja memilih Taman Blambangan karena banyak masyarakat Banyuwangi yang berolahraga atau sekedar berjalan-jalan di sekitar Taman Blambangan di hari Minggu.

Agus menggelar lapak tidak sendirian tapi bekerja sama dengan komunitas literasi Semenjana yang dia dirikan 2 tahun lalu dan juga komunitas Mitra Literasi Banyuwangi serta Street Library Banyuwangi.

Laki-laki kelahiran 11 Agustus 1994 tersebut menjelaskan, sengaja bergabung dengan pegiat literasi di Banyuwangi agar jumlah buku yang digelar semakin banyak dan kegiatannya juga lebih variatif.

"Kalau saya setiap Minggu bawa 30-an buku, nanti kalau digabungkan dengan buku milik pegiat lain kan lebih banyak referensi buku yang bisa dibaca oleh masyarakat Banyuwangi yang datang ke sini," jelasnya.

Ditemui di rumahnya di Jalan Maju Raya, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Senin (13/5/2019), Erwin menceritakan perjuangannya hingga akhirnya terpilih menjadi wakil rakyat.

Erwin sempat menyinggung keinginannya menjadi caleg karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan istrinya, Iriana Jokowi, mendatangi mimpi istrinya.

Erwin menceritakan, mengikuti pileg melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Awalnya dia berencana ikut pileg melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, tak kesampaian karena terkendala beberapa hal.

"Modal saya punya Rp 10 juta, itu pun tak ada saat itu. Lalu soal suara, saya punya lima suara lah, orangtuaku, istriku, dan saudaraku," katanya

Erwin memperoleh 2.038 suara dan menjadi satu dari dua caleg dari PSI yang lolos dari keseluruhan 12 caleg di Medan.

 

Sumber (Ardito Ramadhan, Hendra Cipta, Retia Kartika Dewi, Ika Fitriana, Himawan, Labib Zamani, Ira Rachmawati, Dewantoro)

https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/06560091/7-kisah-pengemudi-ojek-online-sumbangkan-makanan-hingga-buka-lapak-buku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke