Salin Artikel

Cerita Petugas TNI Rela Tidur di Kawasan Kebakaran Lahan demi Padamkan Api di Riau

PEKANBARU, KOMPAS.com - Prajurit TNI Angkatan Darat (AD) rela tidur di sekitar lokasi kebakaran hutan dan lahan di Desa Bedagu, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, demi memadamkan api.

Hingga Sabtu (3/8/2019), api tak kunjung padam di lahan gambut itu.

Petugas sengaja mendirikan posko penginapan di dekat lahan terbakar, agar titik api bisa cepat dipadamkan.

Selain itu, jarak tempuh ke lokasi juga sangat jauh. Dari permukiman warga ke lokasi berjarak sekitar 20 kilometer.

Untuk menuju ke lokasi, tak hanyak menempuh jalan darat. Tapi, petugas juga harus melewati kanal selebar lima meter dengan speed boat lebih kurang 20 menit.

Puluhan prajurit TNI AD ini berasal dari jajaran Kodim 0313/Kampar dan ada juga dari Batalyon Arhanudse 13 Pekanbaru.

Mereka dikerahkan untuk berjibaku memadamkan api bersama kepolisian, Manggala, BPBD, masyarakat peduli api (MPA) dan turut dibantu perusahaan swasta setempat.

Komandan Kodim 0313/Kampar Letkol Inf Aidil Amin mengatakan, sudah empat malam anggotanya tidur di posko penginapan yang didirikan di dekat lokasi kebakaran.

"Anggota sudah hari keempat melakukan pemadaman di Desa Bedagu. Di sini ada 70 personel kami tempatkan. Mereka sengaja kami tempatkan tidur di sekitar lokasi lahan terbakar, sebagai bentuk upaya TNI dengan sigap mengatasi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan memberikan kenyamanan kepada masyarakat," ungkap Aidil saat ditemui Kompas.com di lokasi kebakaran lahan di Desa Bedagu, Sabtu.

Aidil mengaku sudah empat hari ikut membantu memadamkan api. Menurut dia, saat ini sebagian titik api sudah bisa diatasi, berkat kesigapan petugas.

Namun, masih ada titik api mengeluarkan asap cukup parah, yang mesti dipadamkan oleh petugas.

"Masih ada asap, karena lahan gambut. Jadi petugas masih melakukan pendinginan. Kita dari tim satgas darat juga dibantu helikopter dan petugas pemadam dari PT RAPP," kata Aidil.

Menurut dia, luas lahan yang terbakar di Desa Bedagu mencapai ratusan hektar. Untuk memadamkan api, banyak kendala yang dihadapi petugas.

"Kendalanya, sulit akses ke lokasi. Kemudian ada titik api yang sangat jauh dari sumber air. Bahkan prajurit harus menggendong air dalam tangki punggung namanya, sejauh dua kilometer. Karena selang mesin pompa air tidak sampai ke titik api," akui Aidil.

Kesulitan lainnya, sambung dia, asap kebakaran lahan cukup pekat di lokasi, karena lahan yang terbakar tanah gambut dengan kedalaman dua hingga tiga meter.

"Ancaman bagi prajurit adalah asap. Kalau asap terlalu pekat di lokasi, prajurit satu sampai dua jam (pemadaman) itu ada yang mual," sebutnya.

Selain di Desa Bedagu, lanjut dia, prajurit TNI juga dikerahkan untuk pemadamam karhutla dilakukan di Desa Penarikan dan Desa Sering. 

"Kita sudah menurunkan 150 personel di tiga titik kebakaran lahan di Pelalawan ini. Ketiga lokasi ini, tingkat kesulitan memadamkan api hampir sama. Sama-sama gambut," sebutnya.

Meski banyak kendala, ungkap Aidil, TNI optimis bahwa karhutla di wilayah kerjanya akan segera teratasi.

Di samping itu, dengan tegas dia meminta masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

"Kami minta kepada masyarakat, jangan membuka atau membersihkan lahan dengan cara dibakar," tutup Aidil.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/04/06304601/cerita-petugas-tni-rela-tidur-di-kawasan-kebakaran-lahan-demi-padamkan-api

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke