Salin Artikel

Kembalinya Raja Campursari Didi Kempot, Musisi Jalanan "The Godfather of Broken Heart"

Didi Kempot pernah populer di awal tahun 2000-an. Lagu-lagunya banyak dikenal seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Kalung emas, atau Layang Kangen.

Sedangkan saat ini, lagu yang digandrung oleh anak-anak muda antara lain Pamer Bojo, Cidro, Banyu Langit, Pantai Klayar, dan beberapa lagu lainnya.

Fenomena kembalinya Didi Kempot disambut suka cita oleh para penggemarnya.

Bahkan fans Didi Kempot memberikan julukan The Godfather of Broken Heart kepada pria yang berambut panjang itu.

Berikut perjalanan panjang Didi Prasetyo, Sang Raja Campursari:

1. Bapak dan kakak seorang pelawak

Didi Kempot lahir di Kota Solo Jawa Tengah 31 Desember 1966. Ayahnya adalah pelawak terkenal di Kota Solo yang dikenal Mbah Ranto atau Ranto Edi Gudel.

Selain itu, Didi Kempot adalah adik dari pelawak Srimulat yang terkenal dengan nama Mamiek Prakoso.

Dalam beberapa kesempatan, Didi Kempot mengaku sangat dekat dengan Mamiek Prakoso. Bahkan, Didi bercerita saat khitan dia bersama dengan kakaknya.

Ia kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989 ke dapur rekaman.

Selama di Jakarta dia berjuang keras dengan mengirimkan sendiri kaset rekaman lagu-lagu ciptaannya ke label.

"Tapi dulu tak titipkan di satpam. Mungkin satpamnya lupa. Jadi saya enggak dipanggil-panggil. Waktu itu rekam sendiri, liriknya di tulis tangan. Terus dikaretin titipkan satpam," kata Didi.

3. Nazar potong pendek rambutnya

Selama ini, Didi Kempot selalu tampil dengan rambut panjang. Namun ternyata Didi pernah memotong pendek rambutnya saat pertama kali masuk dapur rekaman pada tahun 1990. Saat itu dia berusia 24 tahun.

Lagu pertama yang masuk dapur rekaman berjudul We Cen Yu singkatan Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik).

4. Ciptakan 800 lagu

Sejak berkarir di dunia musik akhir tahun 1980-an, Didi Kempot mengaku sudah menciptakan paling bamyak 800 lagu.

Lagu-lagu tersebut sebagian besar sudah masuk dapur rekaman.

Untuk menciptakan satu lagu, ia membutuhkan waktu sekitar dua hari, sedangkan paling cepat sekitar satu jam.

"Di lagu Sekonyong-konyong Koder itu kan butuh kata yang berakhiran er. Lemper, super, itu nulisnya agak lama. Bisa dua hari. Kalau yang lain satu hari selesai" ungkapnya.

"Saat ini karena beda kasta. Tapi yaa kudu dilakoni," katanya

Terkait lagu-lagunya yang bertema patah hati dan kehilangan, Didi beralasan sengaja memilih tema tersebut karena dekat dengan masyarakat.

"Saya memilih tema lagu yang deket dengan masyarakat. Patah hati semua pernah mengalami. Kata-kata yang dipilih juga yang mudah dipahami," jelasnya.

6. Lagu asli Sewu Kuto dari penyanyi almarhun Ari wibowo

Salah satu lagu andalan Didi Kempot berjudul Sewu Kuto. Namun tidak banyak yang tahu jika lagu asli dari Sewu Kuto berjudul Hanya Firasat yang dinyanyikan almarhum Ari wibowo pada tahun 1980-an.

Sementara lagu Cidro yang saat ini popular dikalangan anak muda diciptakan Didi Kempot sekitar tahun 1989.

Salah satu lagu Didi Kempot yang fenomal adalah Layang Kangen, yang menceritakan tentang seorang kekasih yang membaca surat cinta dari pasangannya yang terpisah karena jarak.

“Saat nulis Layang Kangen itu pas kangen sama keluarga. Kepikiran jadi mengkhayal. Ya saya kan banyak hidup di jalanan. Di Stasiun Balapan sering liat orang pisahan nangis jadi terinspirasi,” katanya.

Dia bercerita sempat kaget saat mengatahui banyak orang-orang Suriname keturunan Jawa yang hapal lagu-lagunya di luar kepala.

8. Hak cipta yang terabaikan

Walaupun sudah menciptakan hampir 800 lagu, Didi Kempot mengaku mengaku cukup gemas bahwa lagu-lagunya banyak di-cover tanpa izin.

Didi mengatakan, bila ada yang ingin meng-cover lagunya, mereka seharusnya izin dulu kepada pencipta dan penyanyi lagunya.

"Kalau meng-cover lagu-lagu saya, saya bilang alangkah indahnya pakai tata krama atau permisilah. 'Mas Didi boleh enggak kalau saya bikin ini itu blablalah'," kata Didi saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/7/2019).

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (16/7/2019) Didi mengatakan, banyak pemusik yang sudah tidak mengerti bagaimana menghargai hak cipta seseorang.

Dari dulu sampai sekarang, kata dia, yang namanya menyanyikan ulang lagu seseorang dan dikomersikan, seharusnya minta izin.

"Ya, wajarlah. Dari dulu, kan, kita juga gitu aturan mainnya. Mulai zaman dulu juga gitu," kata Didi.

Sebagai pencipta lagu dan penyanyi, kata Didi, ia juga merasa dirugikan. Sebab yang meng-cover untung, sebaliknya yang membuat karya tidak mendapatkan apa-apa.

"Karena kan kami (pencipta lagu) yang bekerja. Membuat lagu adalah pekerjaan kami. Bekerja, kan, perlu mendapatkan hasil juga?" kata Didi.

Julukan itu muncul setelah video yang direkam Jarkiyo saat Didi Kempot manggung di Taman Balekambang Solo beberapa bulan lalu viral di media sosial.

Sejak saat itu, Didi Kempot menjadi idola baru anak muda.

Menanggapi julukan sebagai Bapak Patah Hati Nasional, Didi Kempot menanggapinya dengan santai.

“Tidak apa-apa. Tidak ada masalah. Saya suka dan maturnuwun,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/02/05250001/kembalinya-raja-campursari-didi-kempot-musisi-jalanan-the-godfather-of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke