Salin Artikel

Jalan Panjang Konflik TNI dan KKB di Papua, Sita Ratusan Amunisi hingga Pengungsi Capai 8.000 Jiwa

KOMPAS.com - Gangguan keamanan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, khususnya di wilayah Nduga, masih jauh dari kata selesai.

Dinas Sosial mencatat, akibat konflik tersebut sekitar 8.000 warga terpaksa mengungsi karena merasa nyawa mereka terancam.

Sementara itu, segala daya upaya Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun tak kunjung berhenti.

Upaya negosiasi juga terus dilakukan, namun KKB pimpinan Egianus Kogoya masih enggan untuk menyerahkan diri.

Berikut ini fakta di balik konflik bersenjata di Papua:

Saat itu, TNI berhasil menguasai markas OPM dan mengamankan 1 pucuk pistol standar militer kaliber 9 mm, 3 buah HT, 1 buah GPS, 3 buah magazen, serta ratusan munisi kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm.

Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebut hasil sitaan tersebut diyakini hanya sebagian kecil logistik persenjataan yang dimiliki OPM pimpinan Egianus Kogoya.

"Pasti banyak karena sumbernya juga banyak. Kita tidak tahu dari mana sumber itu. Contoh beberapa bulan lalu ada seorang warga Polandia yang tertangkap melakukan transaksi, berarti ada pihak-pihak tertentu di luar," ujarnya kepada Kompas.com di Jayapura, Rabu (24/07/2019).

Aidi memastikan, ada seorang anggota kelompok seperatis terluka dalam baku tembak di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua, Selasa (23/7/2019).

Kolonel Inf M Aidi mengungkapkan, kontak senjata itu terjadi ketika kelompok KKB melakukan serangan gangguan tembakan terhadap Pos TNI yang berkedudukan di Distrik Mugi Kabupaten Nduga.

Baku tembak itu terjadi pada pagi buta sekitar pukul 05.40 WIT dan cuaca masih gelap serta berkabut akibat hujan gerimis.

"Namun, karena pasukan dalam keadaan siaga, maka dilaksanakan perlawanan balas tembakan sehingga KSB melarikan diri secara berpencar. Pasukan TNI dibagi dua kekuatan sebagian mengamankan pos, sedangkan satu tim kekuatan 10 orang melaksanakan pengejaran," kata Aidi, Rabu (24/7/2019) pagi.

Aidi menjelaskan, saat pengejaran, anggota TNI menemukan jejak yang mengarah ke suatu tempat.

"Ternyata jejak tersebut mengarah ke sebuah honai dengan jarak sekitar 2,5-3 km dari kedudukan pos TNI. Saat pasukan TNI berusaha mendekati honai tersebut, tiba-tiba sekitar 5 orang KSB berhamburan keluar dan melarikan diri ke arah semak belukar di belakang honai yang ternyata merupakan jurang dan tertutup semak belukar yang rimbun," ujar dia.

Aidi mengatakan, saat itu pasukan TNI melancarkan tembakan secara terbidik dan melanjutkan pengejaran, namun KSB berhasil meloloskan diri dengan cara berhamburan masuk jurang yang tertutup oleh semak belukar.

Kolonel Inf M Aidi mengatakan, kelompok separatis bersenjata di wilayah Nduga, Papua, bisa saja berbaur di tengah masyarakat.

Bahkan, menurut Aidi, anggota kelompok separatis dapat membaur menjadi pejabat daerah, anggota dewan, hingga anggota lembaga swadaya masyarakat.

“Pemberontak ini bisa berperan sebagai rakyat biasa, pejabat daerah, anggota dewan dan LSM. Bisa saja mereka berbaur seperti ini. Walau itu masih bersifat analisis pribadi,” ujar Aidi kepada wartawan, Jumat (26/7/2019).

Menurut Aidi, dugaan itu muncul karena setiap kelompok tersebut akan melakukan pemberontakan atau pasca peristiwa, para tokoh atau beberapa pejabat membuat pernyataan kepada publik yang intinya mendukung kelompok tersebut.

Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua P Sembiring meminta pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Nduga, Egianus Kogoya segera menyerahkan diri.

"Sampaikan sama dia, salam saya untuk Egianus Kogoya, segera bergabung ke NKRI," katanya di Jayapura, Sabtu (27/07/2019).

Yosua menjelaskan, Pasukan TNI di Nduga memiliki dua tugas pokok, yaitu penegakan hukum kepada kelompok bersenjata yang kerap melakukan penembakan dan mengawal pembangunan. Baca

Namun, TNI ia pastikan juga bisa melakukan langkah persuasif bila kelompok Egianus Kogoya memiliki iktikad baik untuk menyerahkan diri dan menyatakan siap bergabung dengan NKRI.

"Bahwa Egianus itu saudara kita semua hanya saja saat ini kita lagi tidak sepaham, untuk itu kita rangkul dan mengajak dia untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi," tuturnya.

6. Dinas sosial mencatat ada 8.000 warga mengungsi 

Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Papua menyebut, jumlah pengungsi konflik sosial di Kabupaten Nduga, Papua, mencapai 8.000 jiwa.

"Kalau jumlah pengungsi korban konflik sosial di Nduga yang kita data itu hampir 8.000 jiwa. Saya tidak tahu kalau versi lain karena banyak pihak lain masuk," ujar Kepala Dinsos Papua, Ribka Haluk, di Jayapura, Kamis (25/7/2019).

Ribka mengatakan, Dinsos sudah menurunkan tim untuk melakukan pendataan. Masyarakat Nduga yang mengungsi tidak terfokus pada satu titik. Mereka sudah bergerak ke kabupaten lain yang berbatasan langsung dengan Nduga.

Wilayah administratif Kabupaten Nduga berbatasan langsung dengan Jayawijaya, Mimika, Asmat, Puncak dan Lanny Jaya.

"Benar pengungsi menyebar kelima kabupaten yang ada di sekitar Nduga, ada yang ke Puncak, Jayawijaya, Lanny Jaya. Lebih banyak di Puncak karena mereka punya hubungan kekeluargaan," katanya.

Sumber: KOMPAS.com (Dhias Suwandi, John Roy Purba)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/28/14020001/jalan-panjang-konflik-tni-dan-kkb-di-papua-sita-ratusan-amunisi-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke