Salin Artikel

Kebakaran Hutan Gunung Panderman, Rusak Habitat Elang Jawa hingga Sekat Titik Api

MALANG, KOMPAS.com - Hutan lindung di Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur terbakar sejak Minggu (21/7/2019) malam. Kobaran api mulai terlihat pada pukul 19.45 WIB dan terus meluas.

Pendaki selamat

Tidak ada pendaki yang terjebak akibat kebakaran itu. Meskipun kebakaran terjadi di tiga titik secara bersamaan, yakni di kawasan puncak, Curah Banteng dan Parang Putih atau petak 227.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menyatakan, dua pendaki terkahir sudah berhasil turun dengan selamat. Keduanya yakni M Adnan Fanani dan Firgiawan Listanto, pendaki asal Kabupaten Mojokerto.

200 personel dikerahkan

Setelah dipastikan tidak ada pendaki yang terjebak, petugas pelakukan pemadaman sejak Senin (22/7/2019) pagi keesokan harinya.

Lebih dari 200 personel gabungan dikerahkan untuk memadamkan api. Mereka terbagi dalam tiga kelompok.

"Yang diterjunkan 200 lebih personel. Terdiri dari BPBD, TNI-Polri, Pehutani, LMDH dan relawan lainnya," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Penanggulangan Bencana (Penanggulangan Bencana) pada BPBD Kota Batu, Suhartono.

Mereka melakukan pemadaman dengan cara manual. Yaitu, dengan memukul api pakai ranting dan menyekatnya supaya tidak terus menjalar.

Lahan terbakar capai 60 hektare

Berhasil mengendalikan api di puncak, petugas kesulitan di lereng. Tebing yang curam dengan kemiringan lebih dari 60 derajat membuat petugas kesulitan untuk menjangkau api.

Terhitung sampai pukul 14.00 WIB pada Senin (22/7/2019), perkiraan lahan yang sudah terbakar mencapai 60 hektare.

"Sekitar 60 hektare yang terbakar," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, Achmad Choirur Rochim.

Karena faktor alam

Belum ada kepastian terkait penyebab terjadinya kebakaran hutan itu. Dugaan sementara, kebakaran itu disebabkan oleh faktor alam. Sebab, ada sejumlah titik api yang muncul bersamaan.

"Dugaan awal faktor alam. Karena memang titik awal yang terbakar di lereng yang sulit terjangkau oleh manusia. Juga ada tiga titik api yang bersamaan," ungkapnya.

Kepala Adm Perhutani KPH Malang Hengki Herwanto juga mengungkapkan hal yang sama. Penyebab kebakaran diduga karena faktor alam.

"Faktor alam. Karena penebaran dalam waktu bersamaan," jelasnya.

Rusak habitat elang jawa dan hutan produksi

Kepala Adm Perhutani KPH Malang Hengki Herwanto mengatakan, hutan di Gunung Panderman yang memiliki ketinggian 2.045 mdpl merupakan habitat elang jawa. Sebagian habitat burung endemik di Pulau Jawa itu dipastikan rusak akibat kebakaran.

Meski tidak ada data terkait populasi elang jawa di hutan tersebut, Hengki yang baru menjabat mengatakan bahwa elang jawa kerap ditemui berterbangan di kawasan itu.

Selain elang jawa, satwa lain yang menghuni kawasan hutan itu adalah monyet, ayam hutan, babi hutan dan ular. Monyet terdengar turun saat pertama kali terjadi kebakaran.

Kebakaran juga mengancam hutan produksi yang ada di bawahnya. Tebing yang curam membuat api sulit dikendalikan dan berpotensi menjalar ke hutan produksi yang terdiri dari tanaman pinus.

Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, Achmad Choirur Rochim akan mengubah pola pemadaman dengan membuat sekat selebar tiga meter di area perbatasan hutan lindung yang terbakar dan hutan produksi yang ada di bawahnya. Hal itu untuk mencegah api masuk ke hutan produksi.

"Besok kami akan ubah skenario. Kalau hari ini membuat sekat di titik api. Besok kami membuat sekat di antara hutan lindung dan hutan produksi dengan lebar tiga meter," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/23/08531511/kebakaran-hutan-gunung-panderman-rusak-habitat-elang-jawa-hingga-sekat-titik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke