Salin Artikel

Kekeringan, Warga Rela Berjalan Bolak balik Menyedot Air dengan Mulut

Warga Dusun Kalidadap memanfaatkan sumber mata air Wonosari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka menggunakan selang dengan jarak ratusan meter, karena sumber air bersih tersebut berada di perbukitan Dusun Kalidadap dan jauh dari pemukiman warga.

Puluhan selang berwarna-warni tampak menuju ke sumber mata air.

Dari pengamatan di lokasi, Kamis (18/7/2019), beberapa warga datang mengecek lokasi sumber air dan memilih selang miliknya. Warga kemudian mencopot sambungan dan menyedot air dengan mulutnya dari sambungan selang, agar air bisa mengalir.

Saat mengalir, selang langsung disambungkan ke selang yang lain, karena warga tidak menggunakan pompa air dan hanya mengandalkan tenaga gravitasi. Hal itu dilakukan secara berulang.

"Sudah empat tahun saya menyedot air bersih dari sini. Itu pun hanya saat musim kemarau seperti saat ini. Kalau musim penghujan bak penampungan banyak airnya," kata Sastro (72) warga Dusun Kalidadap I saat ditemui di sela mengambil air dari sumber Air Wonosari, Kamis.

Warga di sini dengan setia menunggu air di kolam penuh dan kembali menyedot air bersih. Biasanya mereka menyedot air pagi, siang, atau malam.

Kondisinya tidak mudah, sebab mereka harus menunggu air itu penuh di bak penampungan.

"Nanti setelah penuh, baru menyedot air menggunakan mulut," ucap Sastro.

Warga harus mengulangi hal yang sama saat berhadapan dengan kekeringan setiap musim kemarau tiba. Selain harus bijak dalam menggunakan air bersih, warga juga memaksimalkan potensi yang ada seperti sumber air Wonosari.

Biaya yang dikeluarkan untuk memeroleh air bersih tidak murah. Untuk mengalirkan air ke rumah Sastro yang berjarak sekitar 500 meter dari sumber air, Sastro harus merogoh kocek sekitar Rp 2 juta untuk membeli selang.

Selain itu, Sastro harus bolak balik menyedot air dengan berjalan kaki sekitar 20 menit setiap harinya.

Meski begitu, Sastro bersyukur masih bisa menikmati air bersih dengan gratis yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada malam hari, air masih bisa digunakan untuk mengairi ladang.

"Di sini tidak menggunakan pralon (PVC) karena nanti warga ingin airnya terus mengalir, dan yang lain tidak kebagian. Pakai selang bisa menyesuaikan kebutuhan," ujar Sastro.

Hal yang sama juga terjadi di sumber air Padokan, dusun yang berada agak jauh dari sumber Wonosari. Di sana ada sekitar 70 selang milik warga yang berwarna-warni. Warga bisa memanfaatkan gratis  air Padokan karena tidak pernah mengering meski musim kemarau.

"Di sini kebanyakan untuk pertanian, selain untuk rumah tangga," kata Jadin (48) warga Dusun Kalidadap I.

Jadin memasang tiga selang. Dua sepanjang 900 meter untuk pertanian dan satu selang sepanjang 600 meter untuk rumah tangga. Jadin sudah 2 tahun bergantung pada selang air untuk kebutuhan sehari-hari.

Agar tidak bingung saat mencari selang, mereka menandai selang dengan tali. Mereka juga memanfaatkan gravitasi untuk mengaliri air ke rumah dan ladang.

"Jadi dalam sehari warga bisa 6 kali bolak-balik ke sini. Tiga kali dari pagi sampai siang dan tiga kali dari malam sampai pagi,"ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/19/19103461/kekeringan-warga-rela-berjalan-bolak-balik-menyedot-air-dengan-mulut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke