Salin Artikel

6 Fakta Mantan Pemulung Sukses Bisnis Porang, Omzet Miliaran Rupiah hingga Cita-cita Umrah Satu Desa

KOMPAS.com - Mantan pemulung asal Desa Kepel, Kecamatan Kare, Madiun, meraih sukses usai berbisnis porang.

Porang atau sejenis umbi yang dapat dijadikan bahan maanan, kosmetik, dapat mengubah kehidupan Paidi.

Paidi menjual porang hingga ke luar negeri. Kesuksesannya tak membuat dirinya jumawa. Paidi pun berbagi ilmu dan modal bagi petani di desanya untuk mengembangkan porang.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Paidi menceritakan, awal muasal mengenal porang adalah saat saat bertemu dengan teman di panti asuhan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, sepuluh tahun silam.

Saat itu, Paidi dikenalkan tanaman porang yang dibudidayakan warga setempat.

"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi.

Setelah belajar, Paidi kemudian mencari berbagai informasi tentang porang di internet.

Dari pencariannya di dunia maya, Paidi menyimpulkan porang merupakan kebutuhan dunia. Melihat peluang itu, Paidi mulai memutar otak.

Paidi (37) hanya dikenal sebagai sosok pemulung yang tinggal di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.

Namun, sejak bisnis porangnya sukses, rumah Paidi berubah drastis. Dulu hanya berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah. Namun, sekarang sudah berubah total.

Tak hanya itu, pria berambut gondrong ini kini menjadi sosok yang banyak dicari kalangan petani kareana keberhasilannya membudidayakan porang.

Ia pun membagi ilmu dari cara bertanam hingga memberikan informasi harga porang dengan membuat blog dan channel YouTube yang bisa diakses siapa pun.

"Saya buat tutorial di akun infoasalan atau paidiporang," ungkap Paidi.

Berbekal pencarian di Google, Paidi mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana mengembangkan porang di lahan pertanian terbuka.

Hasil pencarian itu lalu dikumpulkan dalam satu catatan yang dinamai sebagai revolusi tanam baru porang.

"Menanam porang rata-rata harus di bawah naungan. Di sini, menanam tanpa harus naungan. Kami menggunakan revolusi pola tanam baru," kata Paidi.

Paidi mengatakan, dengan revolusi tanam baru hasil panennya berbeda jauh dengan pola tanam konvensional yang mengandalkan di bawah naungan pohon.

"Kalau pakai pola tanam konvensional, panennya paling cepat tiga tahun. Sementara dengan pola tanam baru bisa lebih cepat panen enam bulan hingga dua tahun dan hasilnya lebih banyak lagi," ujar Paidi.

Dia mengatakan, bila menggunakan pola tanam konvensional tidak akan bisa mengejar kebutuhan dunia.

Sementara dengan revolusi pola tanam intensif, satu hektar bisa mencapai panen 70 ton.

Menurut Paidi, ilmu yang dibagikan di media sosial itu dapat menarik petani di manapun untuk mengembangkan porang.

Apalagi, porang memang tergolong mudah untuk dikembangkan dan dipasarkan. Saat ditanya tentanf omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi menebut sudah mencapai miliaran rupiah.

"Sudah di atas satu miliar," kata Paidi.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Desa Kepel Sungkono bahwa banyak warganya saat ini ikut menanam porang karena terinspirasi dengan kisah sukses Paidi.

Dua tahun terakhir, hampir 85 persen warga di Desa Kepel menanam porang.

“Tahun lalu penjualan porang di desa kami tembus hingga Rp 4 miliaran. Warga yang memiliki lahan seluas satu hektar bisa meraih untung hingga Rp 110 juta,” kata Sungkono.

Untuk membantu petani mengembangkan porang, Desa Kepel memiliki Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang akan mengurusi porang mulai pembibitan biar bisa jual sendiri.

Tak hanya itu, bumdes juga siap memberikan pinjaman modal kepada petani yang ingin mengembangkan porang.

"Kalau petani jual sendiri, harganya bisa dimainkan tengkulak," kata Sungkono.

Untuk pengembangan porang, Bupati Madiun Ahmad Dawami yang biasa akrab disapa Kaji Mbing mengharapkan semua petani mengembangkan porang menyusul adanya investasi besar pabrik porang di Madiun.

Dengan demikian, semua petani bisa menanam porang dan bekerja sama pabrik olahan.

"Dan tidak akan terjadi petani menanam, pabrik akan membeli dengan harga yang murah," ujar Kaji Mbing.

Tak hanya ingin menularkan ilmu bertanam porang, Paidi juga menginginkan seluruh petani di desanya bisa berangkat umrah ke Tanah Suci tanpa membebani biaya apa pun.

Untuk mengumrahkan petani yang tidak mampu, Paidi memberikan bibit bubil (katak) sebanyak 30 kilogram gratis kepada petani.

Petani yang mendapatkan bantuan bibit dari Paidi harus menanam dan merawatnya hingga bisa meraih panen dalam jangka waktu dua tahun. Bila dihitung, panen porang dengan bibit bubil 30 kg bisa menghasilkan Rp 72 juta.

“Uang hasil panen itu bisa untuk memberangkatkan umrah pasangan suami istri. Tetapi kalau panen lebih dari itu, sisa uangnya kami berikan kepada petani,” ujar Paidi.

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alawi)

https://regional.kompas.com/read/2019/06/19/13122091/6-fakta-mantan-pemulung-sukses-bisnis-porang-omzet-miliaran-rupiah-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke