Salin Artikel

Cerita Korban Longsor Cidadap: Saya Mau Bangunin Bapak, tapi Tiba-tiba Rumah Roboh...

Lilis Sulastri, anak pertama Syamsudin tampak terduduk lemas di depan mulut pintu rumah kerabatnya yang tak jauh dari rumah terdampak longsor tersebut. Matanya tampak merah memendam duka mendalam kehilangan ayah tercinta.

Sejak siang usai pemakaman, kerabat dan tetangga berdatangan untuk berbela sungkawa atas peristiwa yang telah merenggut ayahnya itu. Lilis salah satu saksi yang melihat jelas peristiwa naas itu. Betapa terpukulnya ia melihat sang ayah yang ikut jatuh bersamaan dengan robohnya rumah dan material longsoran itu.

Kejadian itu bermula, saat Syamsudin usai melaksanakan sahur, ia kemudian beranjak wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Masih terlalu pagi bagi korban saat itu untuk melakukan aktivitas, lantas Syamsudin kembali ke kamarnya melanjutkan istirahatnya sambil menunggu pagi.

Rumah Syamsudin berada diatas lereng dengan ketinggian kurang lebih 15 meter, dibawah rumah itu mengalir sebuah kali Cikalintuh yang menjadi tempat pembuangan air warga sekitar termasuk warga komplek Budi sari.

Rumah yang dihuni empat keluarga itu dibangun sedikit menjorok kelereng, dengan bermodal beton sebagai penahan. Ruangan yang dibangun menjorok ini lah kamar Syamsudin.

Matahari pun menunjukan sinarnya, saatnya bagi penghuni rumah untuk memulai aktivitasnya pagi itu. Sebagian penghuni ada yang berangkat bekerja, dan menyisakan korban, Lilis, anaknya Lilis dan adiknya yang saat itu masih menghuni.

Sekitar pukul 07.30 WIB, Lilis hendak membangunkan ayahnya yang masih tertidur di kamarnya, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja sebagian ruangan di rumahnya itu rubuh.

“Saya mau bangunin bapak saya, mau dibawa ke dapur, tapi tiba-tiba roboh,” kata Lilis yang ditemui di lokasi Sabtu (18/5/2019).

Ayahnya yang tengah tertidur itu pun ikut terjatuh bersamaan dengan ruang kamarnya yang tiba-tiba rubuh, Sontak ia berteriak histeris memanggil ayahnya berharap ada jawaban. “Saya jerit-jerit pangil bapak..bapak..,” tutur Lilis.

Sang ayah pun hilang seketika tertimbun material longsoran dan bongkahan rumah. Lilis bahkan hampir saja ikut terjatuh, beruntung sang adik langsung menariknya. “Saya langsung ditarik adik saya saat itu,” ucapnya.

Sebagian ruangan terbelah dan ambruk menyisakan ruang tamu yang terlihat masih utuh. Ruang kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi rusak dan menganga. Lilis dan adiknya langsung berlarian keluar mengevakuasi dirinya sendiri ke tempat yang lebih aman.

Selama 30 tahun lebih tinggal d rumah tersebut, baru kali ini ia rasakan peristiwa mengerikan yang merenggut ayahnya tersebut. Menurut Lilis, sebagian ruangan yang dibangun menjorok itu tertopang beton yang nampaknya bergeser karena sering tergerus air dibawahnya.

“Memang enggak ada tanda-tanda, langsung roboh saja,” katanya.

Saat ini kondisi rumah rusak berat, sehingga tidak bisa dihuni untuk sementara waktu. bahkan beberapa sisa bahan material rumah roboh itu masih menggantung hendak jatuh. Saat ini penghuni rumah mengevakuasi diri ke rumah kerabatnya.

Suara gemuruh itu pun membuat geger, warga yang mendengar langsung berdatangan, mereka kemudian memanggil petugas setempat untuk membantu melakukan evakuasi korban yang saat itu masih tertimbun material longsoran.

Evakuasi korban

Salah seorang petugas Satpol PP Kecamatan Cidadap, Nanang Hidayat yang ikut mengevakuasi menjelaskan bahwa saat itu kondisi korban tertelungkup tertutup material longsoran dan bongkahan.

Petugas dibantu warga sekitar melakukan penggalian dengan alat seadanya secara manual, pasalnya akses ke lokasi longsor pun cukup sulit lantaran masuk gang kecil ataupun harus turun dari lereng setinggi 15 meter.

Kurang lebih hampir satu jam penggalian, akhirnya petugas dan warga melihat tangan korban menyembul diatas timbunan longsoran. Setelah mengetahui titik lokasi korban mereka pun langsung melakukan penggalian hingga akhirnya berhasil mengevakuasi korban.

“Kondisi korban ini telungkup tertimbun bongkahan, ketemunya gara-gara tangan. Kemungkinan yang membuat korban meninggal karena material beton rumah yang menimpanya. Setelah ditemukan, korban kemudian diangkat, diikat dengan kasur lalu ditarik ke atas,” kata Nanang.

Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Salamun dengan menggunakan Ambulance, namun nyawa Syamsudin tak tertolong, secara medis dokter pun telah menyatakannya meninggal.

Bersihkan puing sisa longsor

Staff Bidang Kedaruratan BPBD Provinsi Jabar Yadi Rusmayadi yang datang kelokasi langsung melakukan assesment. Menurutnya, longsor tersebut terjadi karena curah hujan yang cukup deras malam itu.

“Kondisi lahan dan kemiringan pun cukup curam. Dibawahnya ada kali, kemungkinan tergerus air yang debitnya tinggi melebihi batas kirmir dan akhirnya tergerus,” ujar Yadi.

Saat proses evakuasi korban, sebetulnya warga dan petugas awalnya berencana membersihkan puing dan material longsoran yang dinilai menyumbat kali tersebut.

Namun hal tersebut urung dilakukan mengingat masih adanya material rumah bekas longsoran yang masih menggantung, dikhawatirkan kembali rubuh.

Untuk itu, pihaknya menunggu petugas Dinas Kebakaran Kota Bandung untuk membersihkan puing bangunan rumah yang masih menggantung, agar proses pembersihan puing yang menyumbat kali bisa dilakukan dengan aman.

“Tadinya material longsoran di kali mau langsung di bersihkan petugas DPMP, namun ditahan karena masih ada bangunan yang menggantung. nanti tunnggu petugas Damkar, supaya pembersihan di bawah aman,” jelas Yadi.

Camat Cidadap Iyasah Hanafiah, mengatakan jika dilihat secara geografis, memang daerahnya ini masuk dalam wilayah Kawasan Bandung Utara (KBU). “Tentunya geografisnya naik turun seperti disni agak turun,” katanya.

Namun pihaknya tidak bisa mengontrol secara keseluruhan warganya. Meski begitu setelah adanya laporan dari warga pihaknya langsung menerjunkan petugas untuk langsung membantu evakuasi korban.

Sementara itu, warga sekitar Anjar yang tinggal tepat di lereng tersebut meminta petugas untuk segera membersihkan puing dan material longsoran yang menyumbat kali Cikalintuh. Sebab, jika dibiarkan lebih lama dikhawatirkan hujan, sehingga air akan meluap dan bisa menggerus wilayah lainnya.

“Kalau hujan debit airnya ini naik bahkan bisa mencapai 2-3 meter, apalagi ini bongkahan materialnya menutup kali, ditakutkan debit lebih tinggi kalo dibiarkan,” katanya.

Meski begitu, petugas sebagian telah melakukan pengerjaan pembongkaran sisa bangunan yang rubuh. namun belum ada informasi apakah material longsoran yang menutup kali sudah dibersihkan atau belum.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/20/05350031/cerita-korban-longsor-cidadap--saya-mau-bangunin-bapak-tapi-tiba-tiba-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke