Salin Artikel

Melihat Prosesi Pengambilan Api Suci Waisak di Wisata Api Abadi Wrapen

Upacara keagamaan ini tidak hanya dihadiri oleh perwakilan umat Buddha Indonesia (Walubi), namun juga diikuti sejumlah umat Buddha dari Thailand. Beberapa umat Buddha dari Thailand itu bahkan tampak senang dengan berkali-kali mengabadikan momen foto di beberapa spot obyek wisata Api Abadi Mrapen.

"Maaf bisa minta tolong fotokan saya menggunakan handphone saya ini. Ini sungguh luar biasa, akhirnya keinginan saya ke Api Abadi Mrapen tercapai juga. Saya sudah baca sejarahnya," kata seorang biksu dari Thailand dalam bahasa Inggris.

Sebelum pengambilan api suci, selama lebih dari satu jam mereka yang mengenakan pakaian khas biksu itu berkumpul dan melantunkan doa di depan altar Buddha yang telah dipersiapkan.

Dalam ritual doa itu, nyala lilin serta bau wewangian memberikan efek ketenangan. Sementara mantra-mantra terus dilantunkan di kawasan Api Abadi Mrapen hingga tiba di puncak acara pengambilan api suci. 

Setelah berdoa, perwakilan umat Buddha serta perwakilan pihak Pemkab Grobogan, DPRD Grobogan, TNI dan Polri berjalan kaki membawa obor beranjak menuju titik lokasi Api Abadi Mrapen. 

Secara bersamaan, mereka menyulutkan obor tersebut ke pusat sumber api yang telah berkobar. Dua perwakilan biksu yang dituakan kemudian berjalan naik ke atas bak mobil pick up untuk menyulutkan obor yang menyala itu ke tungku.

Di atas kendaraan roda empat itu telah disiapkan sebuah tungku yang digunakan untuk menampung api yang diambil dari Api Abadi Mrapen.

Lalu api suci yang telah berkobar di tungku akan disemayamkan di Candi Mendut bersandingan dengan air berkah yang sebelumnya diambil di Umbul Jumprit di Desa Tegalrejo, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019). 

Keesokan harinya, api suci dan air berkah akan diantarkan ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak yang jatuh pada Minggu (19/5/2018) mendatang. 

Rombongan majelis umat Buddha yang kemudian mengawal perjalanan percikan Api Abadi Mrapen itu ke arah Magelang. 

Prosesi pengambilan api secara estafet ini berlangsung setiap perayaan Waisak.

"Dalam perayaan Waisak ini, kami berharap dunia selalu diterangi oleh kedamaian dan kebaikan. Saling menghargai dan menghormati antar sesama. Pahami hati dan tampakkan kesejatian diri. Api adalah simbol kehidupan yang menerangi manusia dari kegelapan," kata Wakil Ketua Walubi Jawa Tengah, Tanto Harsono usai ritual pengambilan api Dharma Tri Suci Waisak.

Api Abadi Mrapen yang Berusia Ratusan Tahun

Api Abadi Mrapen salah satu destinasi wisata api abadi yang tidak pernah padam sejak puluhan tahun lalu. 

Api Abadi Mrapen merupakan fenomena gas alam yang keluar dari perut bumi lalu tersulut oleh api yang hingga saat ini tidak pernah padam. Selain diistimewakan sebagai bagian dari Tri Suci Waisak setiap tahunnya, keberadaan Api Abadi Mrapen juga difungsikan untuk penyulutan api dalam pembukaan agenda olahraga.

Api abadi ini memang kerap jadi sumber api obor beberapa agenda nasional dan internasional. Salah satunya pesta olahraga internasional Ganefo pada 1 November 1963, dengan jumlah peserta 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.

Api untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996 dan Asian Games tahun 2018 juga diambil dari Api Abadi Mrapen.

Sekda Grobogan, Moh Sumarsono, menyampaikan status lokasi objek wisata Api Abadi Mrapen sebelumnya merupakan hak milik warga yang pengelolaannya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Grobogan. 

"Waktu pun berlalu hingga akhirnya tanahnya dibeli oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Tengah pada 2012," kata Sumarsono.

Pengamat budaya, Edy Tegoeh Joelijanto mengatakan, menilik cerita sejarah yang berkembang secara turun-temurun di masyarakat setempat, keberadaan sumber Api Abadi Mrapen terkait dengan sejarah masa akhir Kerajaan Majapahit yang ditaklukkan Kesultanan Demak Bintoro pada tahun 1500-1518 masehi.

Konon api abadi itu muncul setelah Sunan Kalijaga yang memimpin Demak mengalahkan Majapahit. Lalu dia mencari mata air untuk prajuritnya yang kelelahan, dengan menancapkan tongkatnya ke tanah. 

"Namun lubang dari bekas tongkat itu tak lama menyemburkan api yang saat ini dipercaya merupakan titik awal munculnya sumber api abadi Mrapen.

Lalu tancapan tongkat Sunan Kalijaga kedua kalinya di tempat lain mengeluarkan semburan air yang bersih dan bening. Air tersebut dimanfaatkan rombongan prajurit untuk minum.

Sumber mata air itulah yang saat ini berada tidak jauh dari api abadi Mrapen, memiliki diameter tiga meter dan kedalaman sekitar dua meter yang diberi nama Sendang Dudo," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/17/18574991/melihat-prosesi-pengambilan-api-suci-waisak-di-wisata-api-abadi-wrapen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke