Dari pantauan Kompas.com, antar-peserta adu mulut, beberapa peserta lainnya terdengar berteriak.
Menurut Hadi, salah satu saksi dari paslon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, hal tersebut terjadi karena ada kubu yang menginginkan draf DA1 hasil pleno di tingkat kecamatan dibagikan.
Alasannya agar bisa melihat hasil perolehan suara. Mereka khawatir jika tidak diberikan, terjadi manipulasi
Namun, ada kubu lain yang hanya ingin dibacakan tanpa dibagikan hardcopy pada peserta
"Ada dua kubu yang berselisih, satunya ingin draf DA1 hasil pleno di kecamatan dibagikan, dan ada yang ingin hanya dibacakan saja," kata Hadi.
Kericuhan tersebut akhirnya dilerai oleh peserta lainnya.
Menurut Hadi, sidang pleno ini sangat molor tidak sesuai jadwal.
"Kemarin jadwal mulainya jam 9.00, tapi malah molor sampai jam 11.00," ujarnya
Karena tidak menemukan kesepakatan, sidang pleno ditunda usai sholat Jum'at.
Sebelumnya, kericuhan sempat terjadi saat sidang pleno di KPU Lombok Tengah, Rabu (8/5/2019).
Lebih dari 200 orang mendatangi kantor eks gedung DPRD Lombok Tengah yang menjadi lokasi pleno rekapitulasi penghitungan suara pada Rabu malam.
Massa kemudian menjadi ricuh dan melakukan tindakan anarkistis lantaran merasa kesal sidang pleno ditunda akibat jumlah komisioner belum lengkap.
Massa bahkan melemparkan bom molotov ke gedung tersebut.
https://regional.kompas.com/read/2019/05/10/12443481/adu-mulut-antar-peserta-terjadi-saat-rapat-pleno-kpu-lombok-tengah