Salin Artikel

Kata Mahasiswa Unair soal Pemilu 2019 dan Petugas KPPS yang Gugur

Pemilu serentak yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif dinilai mempermurah biaya anggaran negara.

Namun, Pemilu 2019 juga menyisakan polemik hingga duka lantaran hingga Kamis (2/5/2019) tercatat sebanyak 382 anggota KPPS meninggal dunia.

Kompas.com mewawancarai sejumlah mawasiswa Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (2/5/2019), untuk mengetahui pendapat mereka mengenai pelaksanaan Pemilu 2019. Apa pendapat mereka?

Syifa'ul Qulub, mahasiswa semester 8 Jurusan Ilmu Politik, Fisip, mengatakan, Pemilu 2019 dengan upaya awal mempermurah harga elektoral dinilai justru menimbulkan masalah.

Salah satunya, pendistribusian surat suara yang terlambat sampai ke pelosok-pelosok negeri hingga kepulauan.

Kelemahan pemilu serentak

Menurut Qulub, yang menarik pada pelaksanaan Pemilu 2019 hanya dari sistem baru, yakni pilpres dan pileg digelar serentak. Namun, dengan sistem baru itu tidak menggambarkan sistem yang ideal seperti yang diharapkan KPU.

"Tapi malah semerawut. Mungkin untuk ke depan bisa kembali ke sistem awal saja. Karena fokus orang ketika ada pilpres dan pileg dijadikan satu, justru akan fokus ke pilpresnya," kata Qulub.

Sehingga, kata dia, pileg tidak seberapa diperhatikan oleh masyarakat. Bahkan, banyak masyarakat dan ia sendiri bingung untuk memilih calon legislatif.

"Karena tidak banyak mengenal caleg, hanya mengenal di tataran pilpres saja. Secara sistem (Pemilu 2019) menarik, tapi dampaknya malah buruk," ujarnya.

Pendapat serupa disampaikan Satrio Adi, mahasiswa semester 6 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Menurut Satrio, niat KPU sebenarnya bagus menggelar pemilu serentak, namun tahapan demi tahapan Pemilu 2019 dinilai tidak berjalan maksimal.

"Saking banyaknya surat suara, penghitungan suara selesai sampai malam hari. Petugas banyak kelelahan, belum bersihkan TPS, belum kirim suplai surat suara (berjenjang). Kasihan kan anggota KPPS," ucapnya.

Bahkan, sebelum hari H pelaksanaan Pemilu 2019, ia menyebut banyak distribusi surat suara yang terlambat tiba. Terutama di wilayah yang aksesnya sulit dijangkau, sehingga harus diantar menggunakan perahu.

Di beberapa daerah, banyak surat suara yang kurang sehingga dilakukan pemungutan suara susulan.

"Konsepnya (Pemilu 2019) cukup bagus. Tapi pelaksanaannya kurang matang," katanya.

Sementara itu, mengenai banyaknya petugas KPPS yang meninggal, Satrio menyebut tragedi itu merupakan kecelakaan karena KPU juga tidak mengira akan terjadi hal demikian.

Namun, semestinya KPU juga mengetahui adanya potensi itu untuk kemudian melakukan antisipasi agar tidak sampai anggota KPPS meninggal dunia.

"Ini kembali lagi pada persiapan yang kurang matang. Ini juga di luar persiapan KPU sendiri," jelasnya.

Mahasiswi semester 2 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Shofiyyatul Mahrushah berpendapat, Pemilu 2019 cukup menarik karena pilpres dan pileg digelar bersamaan. Sehingga masyarakat menyebutnya pesta demokrasi besar-besaran.

"Menariknya lagi, tahun ini seperti ajang pertarungan ulangan antara Jokowi dan Prabowo, seperti Pemilu 2014. Di tahun ini, kedua paslon tersebut sepertinya membuat strategi untuk menarik massa melalui wakilnya," turur Shofi.

Hal menarik lainnya, menurut Shofi, pada pelaksanaan pileg masih ada beberapa eks koruptor yang tetap mencalonkan diri sebagai caleg dari partai-partai tertentu yang menuai kontroversi.

Megawati Marpaung, mahasiswi semester 8 Jurusan Ilmu Politik, Fisip memiliki pandangan berbeda.

Ia menilai, penyelenggaraan pemilu tidak menarik karena sebuah pesta besar itu justru menjadi duka bagi demokrasi di Indonesia.

"Ada banyak hal yang perlu dievaluasi mengenai UU pemilu," ucapnya.

Fenomena golput

Sementara itu, mahasiswi semester 8 Jurusan Sosiologi, Fisip, Irma Ayu Sofiani menyebut, ada dua hal menarik dalam penyelenggaraan pemilu, yakni pada pra-pemilu dan pasca-pemilu.

Irma mengatakan, pra-pemilu tahun ini yang menarik adalah bahwa pilpres dan pileg digelar bersamaan. Selain itu, wacana golput juga ramai dibicarakan dan menyasar banyak kaum milenial.

Golput mulai ramai diperbincangkan ketika tulisan Romo Magnis Suseno soal golput terbit di Harian Kompas. Tulisan Romo Magnis, menurut Irma, ramai diperbincangkan karena mendiskreditkan golput.

Setelah itu, Watch Documentary merilis film dokumenter "Sexy Klillers" yang membuat banyak orang pada akhirnya memilih golput.

"Golput ini menurut saya bukan parasit yang tidak menjalankan proses pesta demokrasi, tetapi keputusan untuk menjadi golput, ada pertimbangan tertentu. Setelah mengkritisi kedua paslon yang sama saja perihal oligarki tambang," ujarnya.

Sementara untuk pasca-pemilu, yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya petugas KPPS yang meninggal akibat kelelahan.

Kemudian muncul asumsi bahwa uang yang diterima oleh KPPS tidak seimbang dengan beban kinerja yang dijalankan.

"Banyak anggota KPPS yang tidak mendapat uang makan, bahkan jaminan kesehatan," imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/04/08540301/kata-mahasiswa-unair-soal-pemilu-2019-dan-petugas-kpps-yang-gugur

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke