Salin Artikel

Simpati dan Dukungan untuk Komunitas Baca di Mataram yang Dipaksa Tutup

Tetapi ada yang istmewa di Taman Kota, Taman Sangareang, Senin (8/4/2019) malam. Lapak baca Buku Ini Aku Pinjam (BIAP) lebih ramai dari biasanya.

Sejumlah anak-anak muda berdatangan dan saling jabat tangan begantian, tak banyak bicara, mereka memilih milih buku bacaan yang digelar sejak pukul 19.00 Wita. Lalu mereka tenggelam dalam bacaan masing-masing.

"Anak-anak muda ini banyak diam, baca mereka, saya jadi ikut-ikutan pinjam buku kalau parkiran lagi sepi, banyak ilmu selama saya ikut-ikutan mereka," kata Edi, juru parkir di Taman Sangkareang.

Dia sempat terbawa emosi saat menceritakan ketika lapak komunitas ini ditutup petugas. Menurut dia, itu cara yang paling salah, karena aktivitas anak-anak komunitas baca sangat baik dan banyak ditunggu.

"Ini saya hanya tukang parkir saja marah, apalagi yang pekerjaannya lebih baik, marah pasti, saya kira waktu itu memang adik-adik itu yang tutup, saya memang lihat petugas, ternyata mereka yang paksa tutup lapak," kata dia masih menyesali.

Kekesalan juru parkir itu, tak berbeda dengan anak-anak Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman Sangkareang, mengingat mereka adalah pengunjung paling setia di Lapak BIAP.

Lebih dari 50 buku digelar dilapak gratisan atau perpustakaan jalanan itu. Mereka meminjamkannya secara gratis, tapi kalau dibawa pulang harus meninggalkkan kartu identitas seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk).

"Bukan apa-apa sih, kami ada ratusan buku sih, tapi banyak yang tak kembali saat dipinjam, kasihan kan yang tidak kebagian buku bacaan, jadi ya identitasnya kami simpan jika mereka bawa pulang buku bacaannya," kata Dewi Lestariny.

Dewi dan Eka Fitriani, dua orang pengagas Komunitas Baca BIAP ini, bersama anggota komunitasnya, selalu merasa bahagia ketika pengunjung berdatangan, mereka merasa seperti diguyur air segar dipanas yang terik.

"Bagaimana ya, bahagia kalau banyak yang datang, apalagi setelah kami ditutup paksa dan kami memberanikan diri kembali buka lapak, warga masih ada yang datang, bahagia pokoknya, kami merasa ada di saat mereka membutuhkan bacaan," ungkap Dewi.

Pengunjung banyak karena simpati

Senin malam itu, memang pengunjung lebih banyak dari biasanya, hal itu tentu istimewa bagi komunitas yang hampir semua pengurus dan anggotanya anak-anak muda.

Sebagian besar yang datang karena terpanggil setelah membaca berita dan membaca di media sosial soal ditutup paksa lapak baca BIAP.

Mereka hadir mau menghadang jika ada petugas yang akan menutup paksa lapak baca gratis itu.

"Kami kira penutupan Jumat kemarin itu sangat semena-mena ya, jangan sampai terulang lagi. Berita ini begitu cepat menyebar di media sosial, ada yang marah, ada yang sedih karena sikap Pemerintah Kota Mataram ini," kata Dona Nasution, salah seorang pengunjung tetap di lapak baca.

Dia sangat menyayangkan kegiatan positif bisa diperlakukan seperti itu.

Dona mengaku, terbantu dengan adanya lapak baca gratis ini, terutama bagi mereka yang tak bisa beli buku seperti dirinya, dengan meminjam buku di lapak baca, hobi membaca bisa tersalurkan.

"Sangat membantu ya, kami yang kesulitan membeli buku bisa membaca dan meminjam secara gratis di lapak baca ini," kata dia.

Dona menghabiskan malam di lapak baca BIAP dengan membaca novel berjudul Nadira, karya Laila S Chudori.

Beragam jenis dan judul bacaan diperpustakaan jalanan itu, mulai dari buku anak-anak, novel hingga buku-buku ilmu pengetahuan.

Tak hanya Dona, komunitas lain seperti komunitas bartender di Taman Sangkareang mengaku terkejut sekaligus kecewa atas apa yang dialami BIAP. Mereka yang juga berkegiatan rutin di sana tidak diminta membuat surat izin.

"Kok aneh ya, kami tidak ada diminta membuat pengajuan izin. Wah, saya tidak setuju itu, padahal komunitaslah yang meramaikan taman kota ini, dengan kegiatan-kegiatan positif, pemerintah jangan seperti ini dong, saya paling tidak setuju, ini kan area publik yang dibagun untuk masyarakat," kata Binsar, dari komunitas bartender Kota Mataram.

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Kota Mataram, M Kemal Islam tetap bersikukuh bahwa seluruh komunitas wajib mengajukan izin dalam kegiatan mereka.

Nantinya, pihaknya akan menentukan izin tersebut berlaku 6 bulan ataupun satu tahun atau sepanjang tahun 2019 ini.

https://regional.kompas.com/read/2019/04/08/23160481/simpati-dan-dukungan-untuk-komunitas-baca-di-mataram-yang-dipaksa-tutup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke