Salin Artikel

Warga Cimanggu Sukabumi Dihantui Longsor Susulan

Hal tersebut menyusul terjadinya bencana tanah longsor setinggi 40 meter dengan lebar 10 meter pada Selasa (26/2/2019) silam. Tanah longsor itu terletak sekitar 10 meter di belakang rumah sejumlah warga.

Data Desa Ciheulang Tonggoh menyebutkan, tanah longsor yang terjadi setelah hujan deras semalaman itu menimbun lahan persawahan yang sudah dipanen sekitar 1.000 meter persegi, kolam seluas 500 meter persegi, saluran irigasi sepanjang 25 meter lebar 3 meter dengan ketebalan tanah sekitar 4 meter.

Selain itu, terdapat pondok penunggu (sawung) kecil yang rusak dan sarana air bersih warga setempat yang berasal dari mata air di sekitar lerengan tebing tanah ikut tergerus hancur. Sehingga, terdapat tiga kepala keluarga (KK) kesulitan mendapatkan air bersih.

Tidak ada korban jiwa dan luka pada peristiwa tersebut. Hanya saja, terdapat dua rumah yang terancam tanah longsor susulan.

"Setelah longsor itu kami memang merasa ketakutan, takut longsor lagi. Karena rumah kami hanya sekitar 10 meter dari tanah yang longsor itu," ungkap Ukat (46), salah satu warga kepada Kompas.com, sambil menunjuk lokasi longsor di belakang rumahnya, Minggu (10/3/2019).

Dia menuturkan, saat tanah longsor itu terjadi dia baru bangun dari tidurnya, lalu mendengar suara gemuruh di belakang rumahnya. Setelah dilihat ke belakang rumahnya, ternyata bagian tebing tanah di pinggiran selokan kecil itu longsor.

"Di lokasi tanah longsor itu sempat ada lubang air dari selokan kecil. Dan sebelum terjadinya longsor, semalaman diguyur hujan," tutur warga yang sudah mendiami rumahnya sejak 2001 itu.

Rumahnya ditempati total 7 jiwa. "Sekarang juga kalau hujan turun, kami selalu ketakutan. Mau mengungsi juga kemana saya enggak tahu," sambung dia.

Warga lainnya yang bertempat tinggal di sekitar lokasi bencana tanah longsor itu mengakui kesulitan air bersih. Karena sumber air bersih yang berasal dari mata air ikut hancur tertimbun tanah longsor.

"Sekarang kalau mengambil air bersih di sumur tetangga, tapi lumayan jaraknya jauh dan jalannya menurun, kalau pulang nanjak. Juga kalau hujan licin," ungkap Ma Jejeh (60), warga lainnya.

Dia juga menceritakan, saat bencana tanah longsor itu terjadi, ia sempat kaget dan menduga ada gempa bumi. Karena, dia merasakan getaran yang lumayan keras.

Namun, lanjut dia, setelah keluar rumah terlihat tanah longsor menimbun persawahan dan kolam yang berlokasi di bawahnya.

"Suara dentuman keras dan terasa getaran, awalnya menduga gempa, setelah keluar ternyata ada tanah longsor di depan rumah," tutur dia sambil menunjuk ke arah lahan sawah yang tertimbun longsor.

"Alhamdulillah pagi itu tidak ada warga yang mengambil air bersih untuk memasak dan minum. Padahal, biasanya ada warga mengambil air bersih di màta air," sambung dia.

Lubang air

Kepala Desa Ciheulang Tonggoh, Endang Junaedi menuturkan, dua hari sebelum kejadian bencana tanah longsor, pihaknya sempat menerima laporan dari Ketua RT mengenai keberadaan lubang di pinggir selokan.

Lokasi mulut lubang tersebut berada di atas lerengan tebing tanah yang akhirnya longsor. Di lokasi tersebut, selain ada selokan, juga terdapat kolam kecil seukuran 2x3 meter untuk tempat mencuci milik warga.

"Sehari sebelum kejadian saya mengecek, dan memang ada lubang seukuran gentong (drum) yang sudah ditutupi sampah. Kami mau mengkaji dan melaporkan ke BPBD, namun keburu kejadian longsor," ungkap Endang, selesai memimpin gotong royong bersama warga di lokasi, Sabtu siang.

Saat ini, pihaknya bersama masyarakat terus menggelar gotong royong memperbaiki selokan yang menjadi aliran air ke persawahan. Karena, air tersebut dimanfaatkan sekitar 15 hektare areal persawahan di Kampung Kebon Kaii.

'Sebenarnya aliran air ke sawah di Kampung Kebon Kai tidak terganggu, karena aliran airnya sementara bergeser melalui kolam dan terus mengalir," kata dia.

"Sekarang kami sudah lima hari bergotong royong memperbaiki kembali aliran selokannya. Lumayan tertimbun tanahnya setinggi empat meter," sambung dia.

Dia menambahkan, sudah mengimbau kepada masyarakat yang berada di daerah rawan bencana agar selalu waspada dan siap siaga. Bila hujan deras atau melihat dan merasakan getaran, segera menyelamatkan diri ke tempat aman atau mengungsi ke rumah tetangga.

"Ada dua rumah di bagian atas tanah longsor yang terancam. Kami sudah mengimbau agar selalu waspada dan siap siaga," pungkas Endang.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/11/06012721/warga-cimanggu-sukabumi-dihantui-longsor-susulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke