Salin Artikel

Purwakarta Bangun Taman Giri Harja, Tempat Baru Pelestarian Budaya Sunda

Ketua DKM Tajug Gede Cilodong Dedi Mulyadi mengatakan, Taman Giri Harja menggunakan areal lahan di belakang masjid Tajug Gede Cilodong seluas 10 hektar.

“Total biayanya lebih dari Rp 50 miliar. Tahap pertama bisa dikunjungi bulan Desember,” kata Dedi saat ditemui seusai ground breaking Taman Giri Harja, Rabu (6/3/2019).

Lebih lanjut Dedi mengatakan, Taman Giri Harja akan memperkenalkan sistem kebudayaan Sunda. Tidak hanya urusan kesenian saja, taman ini juga diproyeksikan menjadi laboratorium pertanian yang mengedepankan sistem pertanian masyarakat Sunda.

“Saya targetkan ada 100.000 jenis tanaman di Jawa Barat, bahkan yang ada di Indonesia. Nanti ada di situ museumnya,” ujarnya.

Selain itu, sebagai langkah untuk mempertahankan kesenian wayang golek, Dedi mengatakan Taman Giri Harja nantinya akan dijadikan tempat belajar wayang golek, mulai dari pengenalan pohon jenis pulai atau lame (alstonia scholaris) sebagai bahan dasar wayang golek, hingga mengajarkan proses pembuatan wayang golek.

“Di sini akan ditanam lebih dari 5.000 pohon lame, bahan-bahan dari pembuatan wayang golek. Kita akan ajarkan mulai dari dipotong, sampai kemudian dibuat kerajinan, kemudian sampai dicat, kemudian sampai ditampilkan. Kemudian juga sampai nanti berlatih gamelan dan berlatih wayang. Anak-anak juga bisa dibikin les privat hingga nanti bisa ditonton oleh orangtuanya,” katanya.

Tidak hanya belajar sistem pertanian dan kesenian saja, lantaran masih dalam satu areal dengan masjid Tajug Gede Cilodong, Taman Giri Harja juga akan menjadi tempat berkegiatan agama Islam untuk anak-anak.

Dedi berharap, dengan menggabungkan kesenian, pertanian dan agama, anak-anak hari ini bisa ikut merasakan bagaimana menjadi anak-anak di pedesaan.

“Kemudian kita akan ajarkan pemahaman anak tentang Islam hingga nanti mereka belajar tentang bagaimana mempelajari huruf alif, ba, ta, tsa sampai dengan teknologi baca Al Quran dengan teknologi yang hari ini sudah bisa diakses lewat berbagai perangkat teknologi,” katanya.

Taman Giri Harja diakui Dedi terinspirasi dari keluarga dalang wayang golek ternama di Jawa Barat, yakni almarhum Asep Sunandar Sunarya.

Asep Sunadar Sunarya berhasil memperkenalkan wayang golek sebagai kebudayaan asli Sunda ke seluruh dunia hingga diakui oleh Unesco sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tahun 2003.

“Abah Asep Sunandar Sunarya dalang yang sangat gemar terhadap domba Garut, dia gemar terhadap pertanian, peternakan, perikanan. Dia dalang tetapi dia juga seorang juru dakwah yang andal. Beliau memaknai filosofi tentang Islam yang rahmatan lil alamin begitu sempurna. Makanya, kita sebut Abah Asep Sunandar Sunarya ini tokoh Islam Sunda yang menerjemahkan Islam dalam konteks lingkungannya,” tuturnya.

Warisan dalang legendaris

Di tempat yang sama, Dadan Sunandar Sunarya, putra dari dalang Asep Sunandar Sunarya, mengatakan sangat bahagia nama Giri Harja yang diwariskan oleh orangtuanya bisa dibuat menjadi taman dengan basis kebudayaan Sunda.

“Terima kasih Pak Dedi yang mau mengangkat nama Giri Harja menjadi nama taman Giri Harja. Jasa beliau sangat besar sekali terhadap pewayangan di tatar Jawa Barat,” ujarnya.

Dadan memastikan seniman-seniman jebolan padepokan seni wayang golek Giri Harja di Jelekong, Kabupaten Bandung, siap untuk menjadi tenaga pengajar kesenian wayang golek di Taman Giri Harja.

“Cita-cita Abah dulu bikin pelatihan dalang dan bagaimana membuat wayang. Di Giri Harja di Kabupaten Bandung sudah ada, tapi alhamdullah di sini ada lagi. Nanti apa yang dilatih di Giri Harja akan dibawa ke sini. Guru-gurunya bisa dibawa ke sini,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/06/18055471/purwakarta-bangun-taman-giri-harja-tempat-baru-pelestarian-budaya-sunda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke