KOMPAS.com - Nur Wahyu bertaruh nyawa untuk menyelamatkan tiga siswa SMA Negeri 1 Mamuju yang tersapu ombak besar di Pantai Manakarra, Mamuju, pada Senin (11/2/2019).
Saat itu, Wahyu yang juga seorang penyandang tuna wicara, sempat dilarang polisi untuk terjun ke laut karena dianggap terlalu berbahaya.
Namun Wahyu tak mengindahkan peringatan tersebut karena ingin segera menyelamatkan ketiga siswa tersebut.
Kisah pemuda warga Jalan Nelayan II, Lingkungan Karema Selatan, tersebut segera menjadi perbincangan warganet.
Berikut ini fakta lengkapnya:
Saat mengetahui ada tiga siswa yang tenggelam di laut, Wahyu segera tancap gas dari rumahnya dan menuju ke pantai Manakarra.
Setibanya di lokasi, Wahyu melihat sudah banyak warga yang berkerumun dan beberapa anggota polisi. Saat itu, warga tidak berani menolong korban karena keterbatasan alat.
Tanpa pikir panjang, Wahyu segera berlari menuju ke pantai dan berenang untuk menyelamatkan tiga siswa, yaitu Faris (17), Rafli Alfandi (18), dan Ivan Tomoto (17).
“Alhamdulillah, saya tak perduli bahaya gelombang tinggi waktu itu. Yang jelas saya senang dan bangga bisa menyelamatkan tiga nyawa siswa,” kata Wahyu kepada Kompas.com saat dihubungi, Jumat sore (15/2/2019).
Polisi sempat melarang Wahyu agar tidak nekat lompat ke laut untuk menyelamatkan korban. Saat itu, Wahyu tak berpikir risiko mempertaruhkan nyawanya sendiri.
“Saya tidak peduli, saya memberanikan diri berenang untuk menyelamatkan tiga anak itu,” kata Wahyu.
Usahanya tak bertepuk sebelah tangan. Saat ia berjuang menyelamatkan korban dengan cara menarik satu per satu korban ke bibir pantai sambil berenang, bantuan kapal nelayan milik Narmin segera tiba untuk memberi bantuan.
Wahyu bercerita, ia sempat kesulitan menyelamatkan korban karena postur tubuhnya lebih kecil dari korban.
Kisah heroik Wahyu viral di media sosial (medsos) setelah diunggah oleh akun “Warung Jurnalis”. Sejumlah fakta dari sosok Wahyu terungkap saat berbincang dengan Kompas.com.
Wahyu adalah putra keenam dari 9 bersaudara dari pasangan Udin dan Nurjannah. Setiap hari dirinya bekerja sebagai buruh cuci motor dan dia adalah penyandang tuna wicara.
Wahyu mengatakan, dirinya terpaksa berhenti sekolah karena sering dilecehkan dan diledek oleh rekan-rekannya.
“Saya malu Pak sering diejek dan dikucilkan teman-teman di sekolah atau tempat bermain. Makanya saya berhenti sekolah,” jelas Wahyu.
Wahyu yang kini berusia 25 tahun mengaku lulus ujian persamaan paket B 2015 lalu. Tahun 2018 lalu rencananya ikut ujian persamaan paket C tapi gagal karena terlambat mengurusnya.
Wahyu berharap tahun ini ia bisa mengikuti ujian paket C agar ijazah tersebut nantinya ia bisa gunakan mencari kerja yang lebih baik agar bisa merubah masa depan diri dan keluarganya lebih baik.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga siswa SMA Negeri 1 Mamuju yang diketahui bernama Faris (17), Rafli Alfandi (18), dan Ivan Tomoto (17) terseret gelombang laut saat tengah mandi di bibir pantai Manakarra, Mamuju, usai bermain bola.
Mulanya hanya satu siswa yang terseret arus ke tengah laut. Namun sejumlah rekannya yang menyaksikan kejadian ini berupaya memberi pertolongan kepada rekannya.
Sayangnya mereka juga malah ikut terseret gelombang hingga hanyut ke tengah laut. Meski berjuang bisa menggapai pantai, namun arus deras malah makin menyeret mereka ke tengah laut hingga nyaris tewas karena kekurangan oksigen.
Sumber: KOMPAS.com (Junaedi)
https://regional.kompas.com/read/2019/02/18/15534151/kisah-wahyu-selamatkan-tiga-siswa-di-pantai-manakarra-tuna-wicara-hingga
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.