Salin Artikel

Imlek di Solo, Ladang Rezeki bagi Pedagang Mainan Asal Cirebon

Selama sebulan, di kawasan Pasar Gede Solo terpasang ribuan lampion untuk memperingati pergantian tahun baru berdasarkan perhitungan bulan ini.

Lampion-lampion yang menyala di malam hari menarik banyak wisatawan, baik dari dalam maupun luar Kota Solo untuk sekadar menikmati meriahnya cahaya merah di tengah gelapnya malam.

Tak hanya di malam hari, rupanya banyak juga wisatawan yang berkunjung saat siang hari untuk berfoto-foto di bawah susunan warna-warni lampion khas Imlek yang ada.

Tahun ini bukan merupakan kali pertama, Pemasangan lampion di kawasan Pecinan Solo ini sudah dilakukan sejak bertahun-tahun lalu. Saat ini, lampion Pasar Gede sudah menjadi ikon wisata tahunan tersendiri bagi Kota Solo.

Banyaknya wisatawan yang datang, tentu menjadi peluang usaha bagi siapa pun yang mau memanfaatkannya. Banyak warga sekitar yang membuka lapak kecil menjual berbagai jajanan juga minuman.

Namun, ternyata bukan hanya masyarakat Solo yang kecipratan rezeki dari adanya lampion Pasar Gede ini, melainkan serombongan penjual pernak-pernik barongsai dari Cirebon, Jawa Barat.

Jika Anda berkunjung ke sekitar Pasar Gede saat lampion terpasang, maka Anda akan banyak menjumpai para pedagang mainan barongsai warna-warni di banyak titik.

Bisa dibilang, jalan lima langkah dari depan Balai Kota Solo, maka kita akan bertemu dengan susunan barongsai yang dijajakan para pedagang asal Cirebon ini.

Kompas.com berkesempatan bertemu dengan beberapa pedagang mainan barongsai, salah satunya adalah Arwanto.

Ditemui di depan kelenteng yang terletak di sebelah selatan Pasar Gede, Arwanto menyebut bahwa semua pedagang mainan barongsai di sana berasal dari Kota Udang, Cirebon.

"Saya dari Cirebon, semuanya (pedagang mainan barongsai) yang ada di sini juga dari Cirebon," kata Arwanto.

Ia mengaku semua mainan yang dijajakannya merupakan hasil produksi sendiri, bukan berasal dari sentra yang kemudian ia ambil untuk dijual.

Momen Imlek, menurut Arwanto, menjadi ladang rezeki tersendiri karena setiap harinya ia bisa menjual setidaknya 60 mainan barongsai.

Ia menjual dua jenis mainan, satu berukuran kecil dan dihargai sekitar Rp 15 ribu-Rp 20 ribu, sementara yang besar adalah topeng barongsai yang ia jual seharga Rp 30 ribu.

"Laku 3 kodi. Kalau lagi ramai bisa sampai 10 kodi," ujar Arwanto, sambil menawarkan dagangan ke pengunjung yang ada.

Ia menggelar dagangannya sejak sepekan lalu, mulai dari pukul 10.00 pagi hingga malam hari sekitar pukul 00.00, tergantung ramai dan sepinya pengunjung.

Tahun ini merupakan tahun ketiga Arwanto ikut rombongan yang lain menjajal peruntungan di momen Imlek di Solo.

Pedagang lain, Nanang, menyebut jumlah rombongan dari Cirebon yang berdagang mainan barongsai di Solo terdapat sekitar 100 orang.

"Kami berangkat bersama-sama dari Cirebon, ada yang naik truk, ada yang naik bus," ujar Nanang.

"Di sini, kami ngontrak rumah di depan keraton sana," kata dia, sambil menunjuk arah selatan.

Menurut Nanang, ia dan teman-temannya berdagang dalam satu waktu di tempat-tempat yang berbeda. Tidak ada pembagian jadwal berdagang. Jadi jangan heran jika dimana pun sudutnya, Anda akan bertemu dengan pedagang mainan barongsai di sekitar Pasar Gede.

Imlek menjadi momen panen rezeki bagi mereka, namun jika momen Imlek sudah berlalu, mainan-mainan berbentuk barongsai pun tidak lagi dijajakan.

"Kalau enggak Imlek, kami jualan balon atau mainan di acara-acara ulang tahun atau yang lainnya," tutur Nanang.

Mainan barongsai ini banyak diminati oleh anak-anak, bahkan orang dewasa untuk memeriahkan suasana Imlek.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/05/11110041/imlek-di-solo-ladang-rezeki-bagi-pedagang-mainan-asal-cirebon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke