Salin Artikel

Cerita Pini Sri Olah Buah Naga Jadi Mi, Kini Raup Belasan Juta Rupiah Per Bulan

Pini Sri (54), warga Sragi, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menangkap peluang itu. Sejak tahun 2004, dia memanfaatkan buah naga merah untuk bahan baku mi kering.

Dari bisnis makanan olahan tersebut, Pini meraup keuntungan belasan juta rupiah setiap bulan.

Selain itu, perempuan kelahiran 28 Februari 1965 tersebut digandeng Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Banyuwangi untuk melatih masyarakat untuk mengolah buah naga merah untuk dijadikan makanan olahan seperti kerupuk, jelly, permen, sirup, hingga manisan dari kulit buah naga.

"Setiap bulan selalu ada jadwal keliling pelatihan membuat makanan olahan dari buah naga merah. Kadang ke desa, ke kecamatan, dengan peserta sekitar 20 sampai 30 orang. Kami buat inovasi dari buah naga karena stok buah naga merah di Banyuwangi sangat banyak dan bisa kami manfaatkan sebagai makanan olahan," tutur Pini kepada Kompas.com, Sabtu (2/2/2019).

Tak boleh catat resep

Pini mengatakan, hampir 40 persen peserta pelatihan memanfaatkan hasil pelatihan dengan membuat dan menjual makanan olahan dari buah naga merah.

Saat pelatihan, Pini Sri mengaku melarang peserta mencatat resep namun harus langsung mempraktikkan bagaimana cara membuat produk olahan agar peserta lebih kreatif dan tidak tergantung pada resep.

"Kalau catatan resepnya hilang mereka enggak bisa buat. Selain itu, saya mengajarkan pada mereka untuk berkreasi langsung tidak harus persis resep," katanya.

Pini mengawali bisnis makanan sejak tahun 1996 dengan membuat snack rumahan, lalu sejak tahun 2004, dia mulai mengolah mi dari buah naga merah setelah mengetahui banyaknya buah naga merah di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

"Tahun 2004, buah naga merah belum seramai sekarang dan kebetulan saat itu panen hasilnya tidak maksimal karena kulit buahnya rusak dan ukurannya kecil, tetapi dalamnya masih bagus. Jadi saya bawa pulang untuk diolah jadi mi," ungkap Pini.

Buah naga hingga lidah buaya

Kini, Pini dibantu 12 pegawainya memproduksi mi buah naga merah setiap 3 hari sekali. Sekali produksi dia membutuhkan 25 kilogram buah naga dan menghasilkan 400 kemasan. Setiap kemasan dijual Rp 7.500 dengan berat 250 gram dan berisi 8 keping.

Buah naga yang digunakan diperolehnya dari petani buah naga di sekitar tempat tinggalnya.

"Buah naga merah kami gunakan yang organik karena lebih awet. Biasanya sekali produksi langsung habis, sudah banyak yang pesan karena kami juga melayani pembelian secara online," tutur Pini.

Menurut dia, pembuatannya juga sederhana karena hanya dengan mencampur tepung dan buah naga dengan sedikit garam lalu dicetak kemudian dikeringkan dengan menggunakan matahari atau mesin oven saat musim hujan.

"Tidak ada campuran macam-macam hanya tepung dan garam tanpa pengawet. Kami mengirimkannya sampai keluar Kota Banyuwangi," ujar Pini.

Selain mi dari buah naga merah, Pini juga membuat mi dari lidah buaya dan aneka sayuran. Selain itu, dia juga membuat kerupuk bonggol pisang, kerupuk lidah buaya, peyek pakis, beraneka kue kering dan kue basah serta makanan khas Banyuwangi.

Pada musim liburan, Pini bisa memproduksi 100 jenis makanan olahan. Namun, pada hari normal, hanya sekitar 30 jenis makanan olahan disesuaikan dengan stok bahan yang ada.

"Mungkin kami tidak bisa mengolah buah naga merah secara besar-besaran karena masih industri rumahan, tapi paling tidak kami harus berinovasi dan kreatif dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Insya Allah, hasilnya menguntungkan," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/03/09434751/cerita-pini-sri-olah-buah-naga-jadi-mi-kini-raup-belasan-juta-rupiah-per

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke