Salin Artikel

Ketika Menteri Jonan Jadi Pengemudi Becak Listrik untuk Rektor UGM

Jonan sebelumya mengisi kuliah umum di Balai Senat, UGM. Dia langsung menuju ke stan becak listrik yang ada di ruang aula Balairung untuk peluncuran becak listrik.

Setelah melihat sebentar, Jonan langsung menuju halaman. Saat itu dirinya langsung menghampiri salah satu becak berwarna merah.

Mantan direktur PT KAI ini mendapatkan penjelasan dari salah satu pengemudi becak, lalu naik ke tempat duduk. Dia mengajak Rektor UGM Panut untuk menjadi penumpang. Jonan langsung memutar gas dan seketika becak meluncur. "Gimana aman ya, Pak?" tanya Jonan kepada Panut.

Dalam rilis, becak hasil karya Fakultas Teknik UGM melalui Innovation Center for Automotive (ICA) UGM adalah modifikasi becak konvensional menjadi becak dengan penggerak listrik.

Tanpa menghilangkan keaslian bentuk becak, konversi dilakukan dengan menambahkan komponen penggerak berupa motor listrik 1.500 Watt 48 V dan baterai VRLA 48 V dengan kapasitas arus 12 Ah.

Dengan baterai 12 Ah ini, becak dapat digunakan secara penuh dengan listrik untuk menempuh perjalanan 30 kilometer untuk setiap pengisian baterai. Jarak tempuh ini dapat ditingkatkan dengan mengganti atau menambahkan sistem baterai menjadi 24 Ah dengan jarak tempuh sekitar 50-60 kilometer setiap pengisian baterai.

Berbeda dengan becak motor yang menghasilkan polusi udara dan suara, becak listrik ini bebas dari polusi sehingga lebih ramah lingkungan.

Dalam kesempatan itu, Jonan mengapresiasi langkah UGM dan PLN membuat becak listrik. Sebab, kini becak bisa lebih manusiawi karena sudah tidak dikayuh lagi, karena menggunakan sistem penggerak listrik.

"Satu yang paling penting yang mengoperasikan becak tidak dikayuh lagi. Masa zaman segini masih ada yang ngayuh becak. Kalau pikiran saya pakai becak listrik lah. Jadi orangnya lebih manusiawi," katanya.

"Polusinya bisa ditekan karena dia nge-charge di rumah. Memang listrik sebagian dihasilkan dari pembangkit batu bara. Tetapi tidak akan polusinya melebihi semua combustion engine, atau mesin kendaraan yang biasa digunakan. Kalau pakai becak listrik lebih tenang, suaranya juga gak ada," ucapnya.

Jonan mendorong agar pengembangan becak listrik bekerja sama dengan industri sehingga bisa diproduksi banyak.

"Kedua saya yakin bapak gubernur DIY atau bapak gubernur lain itu akan membuat atau kalau belum ada supaya membuat regulasi supaya becak listrik ini berjalan," katanya.

Dia yakin becak listrik bisa ikut membantu mengembangan pariwisata, mengurangi pengangguran dan ramah lingkungan.

Bukan lagi pengayuh

Rektor UGM Panut Mulyono berharap, dengan adanya becak listrik, pengendaranya bukan lagi disebut pengayuh, melainkan pengemudi.

"Dari sisi tenaga tentu kita lebih menghargai pengemudi ini, dan tentu dari produktivitas akan semakin besar karena tenaganya itu digantikan oleh listrik tadi dengan jarak tempuh sehari bisa 30 kilometer, dan itu sesuatu hal yang membantu tukang becak karena tenaganya tergantikan oleh listrik, kemudian daya jelajah lebih besar lagi dan nggak perlu banyak istirahat," ucapnya.

Disinggung mengenai perbedaan dengan becak listrik lainnya, Panut mengatakan tidak ada. Nantinya, jika sudah ada regulasi, maka becak listrik bisa dibuat secara masal.

"Pergub becak listrik baru dibuat, dan untuk becak listrik kan belum ada, kalau sudah terbit bisa dibuat masal dan dimanfaatkan untuk wisatawan. Tukang becak lebih nyaman mengantar, dan sisi lingkungan lebih bersahabat dibanding bentor," katanya.

Salah seorang pengemudi becak, Sutaryo senang dengan becak listrik ini. Ia mengaku sudah mencoba becak listrik selama sebulan terakhir.

"Semoga penghasilan bisa bertambah, karena lebih efektif," harapnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/18/19063591/ketika-menteri-jonan-jadi-pengemudi-becak-listrik-untuk-rektor-ugm

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke