Salin Artikel

Mimpi Panen Bawang Putih Melimpah di Kaki Gunung Ciremai

KOMPAS.com - Lewat kerjasama antara importir bawang putih dan petani, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berniat mengejar target swasembada bawang putih pada 2019-2020.

Ia telah meminta anggaran kementeriannya ditambah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2017 sebesar Rp 1 triliun untuk perluasan lahan.

Di lapangan, target menggusur impor bawang putih yang sudah mencapai lebih dari 90 persen dari pasar konsumen di Tanah Air ini, tampaknya bakal molor sampai sekitar tahun 2025.

Itu pun dengan sejumlah catatan.
___________________________________________________  

Mpud (49), petani sayur mayur di Blok Cirahayu, Desa Arga Mukti, Kecamatan Argapura, Majalengka, tergopoh-gopoh mengantar Kompas.com ke sebidang tanah uji coba penanaman bawang putih. 

Beriringan kami naik sepeda motor. Sepanjang jalan, hamparan “permadani” sayur mayur yang didominasi tanaman bawang, mengepung sampai ke balik bukit dan lembah  Panyaweuyan, nan elok. Tetapi hari itu kami tidak ke Panyaweuyan walau hati tergoda.

Sesampainya di satu ruas jalan kecil, dua sepeda motor kami parkir. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pematang di antara kebun sayur. Cabe, sawi putih, kentang, daun bawang, bawang merah, menyapa ramah kami di sela angin gunung yang melintas.

“Usia tanaman ini baru 25 hari. Saya tanam awal Oktober lalu di lahan seluas 500 meter persegi ini. Saya mendapat bibit dari importir bawang putih. Para petani lain masih enggan mau menanam sebelum uji coba yang saya buat, berhasil,” kata Mpud sambil membelai daun tanaman bawang beberapa waktu lalu.

Mpud antusias menanam varietas bawang putih yang relatif baru di Majalengka.

“Orangtua kami dulu menanam bawang putih jenis lain yang lebih kecil umbinya dengan masa panen setelah enam bulan tanam. Jenis ini katanya maksimal tiga setengah bulan tanam sudah bisa panen,” ujarnya.

Itu artinya, masa panen bawang putih varietas ini bakal sama dengan masa panen bawang merah, daun bawang, sawi putih, dan kentang.

Studi banding

Toni Mulyanto (32), Kepala Seksi Pemerintahan Desa Arga Mukti yang ditemui terpisah hari itu di kantor desanya mengatakan, apa yang dilakukan Mpud diawali dengan studi banding para petani Arga Mukti ke petani bawang putih yang sudah lebih dulu menanam bawang putih jenis varietas baru ini di Guci, Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Tegal, Jawa Tengah Agustus lalu.

Ia menjelaskan, Desa Tuwel memiliki ketinggian yang sama dengan Desa Arga Mukti yakni 800-1200 di atas permukaan air laut.

“Menurut petani di sana, jenis bawang ini harga per kilogramnya bisa di atas Rp 20.000. Lebih menguntungkan dibanding harga sayur mayur lainnya,” ujar Toni.

Studi banding dibiayai Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka dan satu importir yang ditunjuk pemerintah.

Sepekan setelah studi banding, lanjut Toni, importir datang menyerahkan lima kuintal bibit bawang putih dari Guci kepada petani.

“Bibitnya gratis. Petani yang menyewa lahan dan merawat tanamannya. Hasil panen untuk pasar konsumsi dibeli importir, sedang sebagian panen untuk pembibitan, ditanam kembali oleh petani,” ucap Toni.

Dari delapan petani yang menguji coba menanam bawang putih, tinggal Mpud dan petani Ndin yang masih bertahan.

“Kendalanya pada ketersediaan air dan kualitas bibit. Bibit yang seharusnya siap ditanam pada bulan keempat, ditanam di bulan ke-10,” ungkap Toni.

Warga di desanya 95 persen petani. Sebanyak 40 persen menanam kentang, cabe keriting 30 persen, bawang daun 30 persen dan selebihnya menanam kubis, tomat, sawi putih, dan wortel.

“Ada 2.539 jiwa dari 758 kepala keluarga di sini,” tuturnya.

Penghasilan rata-rata petani perbulan sudah mencapai Rp 1,7 juta.

“Sudah di atas upah minimum regional yang Rp 1,4 juta,” ucap Toni bangga.

Tak memiliki lahan

Tidak demikian dengan warga tetangga di Desa Arga Lingga, Kecamatan Argapura.

“Sebagian besar petani di sini tidak punya lahan pertanian. Mereka menyewa. Berbeda dengan warga Desa Arga Mukti yang rata-rata mempunyai lahan pertanian sendiri,” kata Kepala Desa Arga Lingga, Jajang Nurjaman (32), Selasa (23/10/2018).

Di antara 14 desa di Argapura, hanya Desa Arga Lingga dan Arga Mukti yang tidak memiliki sawah. Mereka melulu menanam bermacam sayur mayur.

Ditanya soal uji coba penanaman bawang putih, Jajang menjelaskan, Juni lalu beberapa kelompok tani sudah mencoba, tetapi gagal.

Dinas Pertanian Majalengka meminta petani menguji coba tanaman bawang putih varietas baru di atas lahan seluas 70 hektar, tetapi ditolak petani.

“Yang cocok ditanam di sini itu kentang, cabe kriting, tomat, kubis, bawang merah, dan bawang daun. Produk kami sampai Lampung, Kuningan, Cirebon, dan pasar lokal saja. Panen raya biasanya jatuh di bulan kelima,” ucap Jajang.

Ia mengakui, karena tekanan kemiskinan, warga sulit menerima ajakan menanam tanaman baru yang belum jelas hasilnya. “Mereka takut gagal,” tegasnya.

Cece (37) petani Arga Lingga yang ditemui di rumahnya, Senin (29/10/2018), mengaku terpukul karena gagal menanam bawang putih yang ditawarkan importir.


“Saya sudah dua kali menanam. Pertama pada bulan Februari di atas lahan sewa seluas 4,5 hektar di Desa Payung, Sadarahe, tetapi gagal karena benih tidak cocok. Penanaman kedua, Agustus lalu di atas lahan seluas 1,5 hektar di Desa Cikaracak,” keluh Cece.

Menurut dia, kegagalannya menanam bawang putih tidak luput dari tanggung jawab petugas penyuluh pertanian.

“Coba tanya petani lain, kenal enggak dia sama petugas penyuluh dari dinas,” tandasnya.

Ia kemudian menduga banyak kelompok tani fiktif yang dibuat sejumlah petugas penyuluh untuk mendapat dana gelap.

“Kelompok tani cuma namanya. Anggotanya enggak ada,” tuduh Cece.

Camat Argapura, Ateng D Suherman yang ditemui di kantornya, Selasa

Selasa (4/12/2018) menjelaskan, para petani yang sudah menanam bawang putih di Desa Heubeulisuk baru di atas lahan seluas lima hektar. Lima hektar lainnya sedang disiapkan.

“Kelompok Tani Batu Numpang di Desa Mekarwangi baru menanam di atas lahan seluas enam hektar dari 15 hektar yang disiapkan. Petani Desa Gunung Wangi baru menanam di atas lahan enam hektar dari 15 hektar yang disiapkan, sedang petani di Desa Haurseah baru menanam di atas lahan seluas 10 hektar,” papar Ateng.

Empat kecamatan

Kepala Seksi Hortikultura dan Sarana Prasarana Dinas Pertanian Majalengka, Wawan Gunawan yang dihubungi, Kamis (6/12/2018) mengatakan, ada tiga kecamatan lain yang juga sedang mengadakan uji coba penanaman bawang putih untuk benih.

“Untuk Kecamatan Rajagaluh ada di Desa Payung di kawasan Sadarahe. Untuk Kecamatan Argapura di Desa Arga Lingga, Arga Mukti, dan Kecamatan Cikaracak. Untuk Kecamatan Cikijing ada di Desa Cipulus, dan Desa Cilancang. Untuk Kecamatan Sindang Wangi ada di kawasan Sadarahe bersebelahan dengan Desa Cipayung, tetapi cuma sedikit,” papar Wawan Gunawan.

Varietas bawang putih yang ditanam adalah varietas lumbu hijau, lumbu putih, dan sangga sembalun. Ketiga varietas berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Bagi petani Majalengka, varietas ini memang baru. Dipanen hanya 3,5 bulan setelah ditanam. Jauh lebih cepat dibanding varietas bawang putih yang umumnya ditanam di Majalengka. Enam bulan setelah ditanam, baru bisa panen,” tutur Wawan Gunawan.

Ia mengatakan, di Desa Payung sedang dan akan dibudidaya bawang putih seluas 50 hektar. Bibit berasal dari importir bawang PT Garuda Indonesia Perkasa.

“Umur tanaman baru sebulan,” ucap Wawan Gunawan.

Di Desa Arga Lingga akan dan sedang dibudidaya bawang putih di atas lahan seluas tiga hektar, di Desa Arga Mukti satu hektar, sedang di Desa Cikarak tiga hektar.

Bibit berasal dari importir PT Lentera Agung Pratama. Penanaman baru dilakukan pada pertengahan November lalu.

Di Desa Cipulus akan dan sedang dibudidaya bawang putih di atas lahan 20 hektar. Sebanyak 10 hektar di antaranya sudah tanam. Bibit berasal dari PT Pertani.

“Memang kendala utamanya ada dua, air dan kondisi umbi bawangnya. Kawasan kaki gunung Ciremai ini nyaris tanpa mata air. Oleh karena itu penanaman bawang harus saat musim hujan tiba. Sementara itu kualitas umbi bawang kadang merosot karena usianya menjadi lebih tua karena menunggu musim hujan tiba,” ungkap Wawan Gunawan.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Majalengka, Wawan Suwandi, sudah ada lima investor, yakni importir bawang putih yang mau bekerjasama dengan para petani di keempat kecamatan. Ada tiga pola kerjasama di antara mereka.

Pertama, importir membantu penyediaan benih dan mulsa (plastik penutup lahan) sedangkan petani memenuhi kebutuhan pupuk, pengolahan tanah, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Semua hasil produksi diberikan kepada petani. Importir membantu pemasaran hasil produksi bawang putih.

Kedua, importir menyewa lahan petani dan berbudi daya swakelola. Tenaga kerja dari petani yang dibayar. Semua hasil produksi diambil oleh perusahaan.

Ketiga, importir memberi benih, petani menyediakan pupuk, mengolah tanah, menanam, dan memelihara tanaman. Hasil panen diberikan kepada petani tiga perempat bagian, sedang seperempat bagian lainnya diserahkan importir sebagai benih.

Swasembada

Penanaman bibit bawang putih di empat kecamatan di Majalengka ini adalah bagian dari program nasional swasembada bawang putih.

Sejumlah daerah lain yang dipilih, kata Sekretaris Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti, Selasa (20/6/2017), ada di Sembalun Lombok Timur NTB di kaki Gunung Rinjani; Temanggung, Wonosobo, Magelang, Jawa Tengah (Jateng) di kaki gunung Sindoro-Sumbing; Solok Sumatera Barat, dan Tegal Jateng.

Daerah lain yang juga berpotensi ditanami bawang putih adalah, Karang Anyar dan Magetan Jawa Timur (Jatim) di kaki Gunung Lawu; Kota Batu Malang Jatim di kaki Gunung Arjuna; Lumajang Jatim di kaki Gunung Wilis; Probolinggo Jateng di Kaki Gunung Bromo; dataran tinggi Dieng Jateng; dan Banyuwangi Jatim di kaki Gunung Ijen.

Menurut Amran, sebelum tahun 2019, Indonesia bakal berswasembada bawang putih. Kini, Indonesia baru mampu memroduksi 20.000 ton bawang putih setahun di atas lahan seluas 2000 hektar. Padahal, konsumsi bawang putih di Tanah Air sekarang sudah sekitar 500.000 ton.

Rendahnya produksi bawang putih ini terkait dengan menyusutnya lahan secara nasional dari 28.000 hektar di tahun 1998, menjadi tinggal 2.000 hektar saaat ini.

Wawan Gunawan pesimis, target swasembada bawang putih bakal bisa diraih tahun depan.

“Maret 2019 saja kalau lancar, keempat kecamatan di Majalengka baru memanen bibit bawang putih yang sudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Bibit disortir dan disimpan empat bulan, baru ditanam lagi pada sekitar Juli atau Agustus. Desember pertengahan 2019 baru panen bawang putih yang sebagian untuk pasar konsumsi, sebagian lagi untuk benih dengan rasio 6:4,” paparnya.

Kalau kebutuhan pasar konsumsi bawang putih sekarang 500.000 ton, maka di akhir Desember 2019, Empat kecamatan yang mengolah lahan bawang putih seluas 500 hektar di Majalengka, akan menghasilkan 5000 ton bawang putih. Dengan demikian bawang putih untuk pasar konsumsi hanya 3000 ton, sedang sisanya untuk benih.

“Kalau 5000 ton bawang putih dibuang ke pasar konsumsi semua, nanti petani kehabisan benih bawang putih lagi dong? Itulah yang terjadi tahun 90-an saat Indonesia masih berswasembada bawang putih. Terjadi kelangkaan bibit bawang putih karena seluruh hasil panen dilempar ke pasar konsumsi sehingga akhirnya Indonesia harus mengimpor bawang putih  bagi pasar konsumsi,” tegas Wawan Gunawan.

Ia memperkirakan, target kementerian pertanian berswasembada bawang putih baru bisa terlaksana paling cepat tujuh tahun, atau pada tahun 2025. Itu pun dengan sejumlah catatan.

Catatan pertama, perluasan lahan bawang putih sesuai dengan perhitungan produk bawang putih yang dikendaki.

Berikutnya, “Tidak semua petani sayur mau mengubah jenis tanaman yang mereka tanam dengan bawang putih. Mereka lebih suka menunggu hasil akhir uji coba penanaman bawang putih sampai ke hasil penjualan bawang putih di pasar,” jelas Wawan Gunawan.

Syarat ketiga adalah kondisi benih. Syarat keempat adalah relasi dan perilaku importir, petani, dan penyuluh pertanian di lapangan. Syarat keempat adalah soal cuaca. “Jadi ini soal soal perilaku, cuaca, lahan, bibit bawang putih, dan tentu saja konsistensi, dan jaminan usaha,” ucap Wawan Gunawan.

Meski demikian Wawan tetap berharap, impian akan panen melimpah di kaki Gunung Ciremai bisa diraih. Entah kapan tepatnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/12/19/09322101/mimpi-panen-bawang-putih-melimpah-di-kaki-gunung-ciremai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke