Salin Artikel

Kisah Abdussalam, Sarjana Fisika yang Sukses Membangun Desanya Jadi Desa Digital

Begitulah setiap hari Abdussalam Ramli, Kepala Desa Waru Barat, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, mulai menyapa seluruh warganya.

Sapaan itu disiarkan setiap hari melalui mic toa yang terpasang di 32 titik di seluruh desa. Selain mic, dipasang juga kamera pemantau clouse circuit television (CCTV). Melalui layar televisi berukuran 55 inchi, Abdussalam memantau seluruh aktivitas warganya.

Di layar televisi, tampak aktivitas dan kesibukan masyarakat desa Waru Barat. Seperti di pasar, puskesmas, rumah sakit, kantor Polsek dan Koramil Waru, jalan masuk perbatasan desa, kantor perpustakaan desa, masjid dan musala, serta titik keramaian warga lainnya yang dipasangi CCTV.

Paling padat kegiatan warga berada di pasar Waru. Melalui mic siaran, petugas command center meminta warga untuk tidak parkir kendaraannya sembarangan, agar tidak menyebabkan kemacetan. Kemudian di lapangan, petugas parkir desa turut menertibkan kendaraan warga yang lalu lalang.

Di layar handphone, Abdussalam menerima notifikasi permintaan pelayanan surat keterangan tidak mampu dari salah satu warga.

Ia pun mengecek ke bagian command center, apakah pesan itu sudah diproses atau tidak. Dengan sigap, bagian administrasi langsung mencetak permohonan surat dan menyerahkannya kepada kepala desa, untuk ditandatangani.

Selang lima menit kemudian, seorang pria datang menaiki motor ke balai desa. Satu persatu dia menyalami petugas di balai desa.

Ia kemudian mengambil surat permohonan keterangan tidak mampu, yang diajukan tujuh menit sebelumnya melalui ponselnya. Setelah surat diterima, pria itu langsung kembali pulang tanpa harus menunggu.

Begitu cepat dan tepat, dan tanpa pungutan pelayanan di balai desa Waru Barat. Cepat karena masyarakat bisa mengakses sendiri jenis pelayanan administrasi yang diinginkan.

Mereka tinggal mengunduhnya melalui Google Play dengan nama aplikasi e-Desa Same Sae. Same Sae merupakan akronim dari bahasa Madura, Samenit Mare-Sadejena Epalastare (Semenit selesai semuanya selesai).

Warga tinggal memasukkan nomor induk kependudukan (NIK) dan password ke dalam aplikasi tersebut. Warga tinggal memilih jenis pelayanan apapun yang ada di dalam aplikasi tersebut.

Di aplikasi e-Desa Same Sae, terdapat beberapa fitur. Di antaranya, e-surat, darurat Kamtibmas, darurat kesehatan, laporan kamtibmas, domisi warga, surat tidak mampu dan fitur-fitur lainnya, seperti laporan keuangan desa yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD).

Semua pelayanan yang dibutuhkan warga, sudah tersedia di aplikasi tersebut. Termasuk fitur siaga bencana.

“Kalau ada masyarakat sakit mendadak membutuhkan mobil sehat dan tenaga kesehatan desa, tinggal buka aplikasi itu maka petugas akan datang,” kata Abdussalam, Jumat (9/11/2018).

Apresiasi polisi

Aplikasi itu pula, ikut membantu tugas kepolisian dari sektor keamanan dan ketertiban masyarakat.

Polisi cepat menerima laporan warga jika terjadi darurat keamanan, seperti kecelakaan di jalan, pencurian motor atau kejahatan lainnya.

“Saya sangat apresiasi dengan adanya 32 CCTV di desa Waru karena anggota di lapangan, bisa mudah dalam mengontrol situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Kami beri penghargaan beberapa waktu lalu kepala desanya,” ujar Kepala Polres Pamekasan, Ajun Komisaris Besar Polisi, Teguh Wibowo.


Sosok kepala desa

Abdussalam menggagas desa pintar (smart village) sejak dirinya dilantik sebagai kepala desa pada tahun 2015 lalu. Sarjana fisika lulusan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang Jawa Timur ini, langsung menyusung rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes).

Ia juga menetapkan visi dan misi desa, sesuai dengan janji-janjinya kepada masyarakat saat mencalonkan diri. Dalam membangun desa, ia memiliki jargon yang disebut Dasa Warsa (Desa Bersatu Waru Barat Sejahtera dan Amanah).

“Desa kami berada di pelosok wilayah pantai utara Pamekasan. Dalam pembangunan daerah, kami selalu tertinggal jika dibandingkan dengan desa di selatan Pamekasan. Makanya saya langsung menggagas desa pintar dengan basis layanan internet, karena mayoritas masyarakat saat ini sudah menggunakan internet,” ujar Abdus, panggilan akrabnya, kepada Kompas.com.

Untuk memulainya gagasannya, Abdus menggandeng konsultan informasi tekhnologi (IT) dari Universitas Madura (Unira) Pamekasan.

Tahun 2016, internet belum maksimal masuk ke desanya. Namun ia mulai membuat data base desa. Mulai dari data kependudukan, layanan administrasi yang sistematis dan peta lokasi desa serta potensi desa.

“Tahun 2017 pelayanan kami sudah berbasis data meskipun masih offline karena internet belum maksimal. Di 2018 ini, pelayanan semuanya sudah online dan berbasis android. Masyarakat tidak repot menunggu karena cukup semenit semuanya terselesaikan,” ungkapnya.

Bagi warga yang ingin mengetahui seluruh aktivitas desa, cukup bergabung dengan laman facebook desa Waru Barat yang dinamai Dasa Warsa Corporation.

Di laman itu, warga bisa menyampaikan informasi, menyumbangkan ide, mengkritik secara konstruktif dan bisa berbagi aktivitas dengan mengunggah kegiatan warga desa.

“Laporan kegiatan desa secara real time cukup di facebook dan media sosial lainnya. Media lainnya seperti majalah tahunan, televisi, koran dan media online, sifatnya berkala karena butuh anggaran besar,” kilahnya.

Untuk memaksimalkan internet di desanya, lulusan magister manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya ini, tidak lagi hanya mengandalkan provider yang ada.

Tahun depan, ia akan memasang provider sendiri yang bisa menjangkau enam kecamatan di wilayah Pantura Pamekasan dan kecamatan perbatasan Kabupaten Sumenep dan Sampang. Provider milik swasta itu, akan dikelola secara mandiri melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Provider ini akan lebih murah dan lebih bagus dengan tarif internet yang ada saat ini. Tahun 2019 nanti sudah akan dipasang dan investornya sudah ada. Nanti BUMDes yang akan mengelolanya,” ungkap Abdus.


Awalnya ada konflik politik

Masyarakat desa Waru Barat awalnya pesimis desanya bisa jadi desa pintar dengan berbasis internet. Rasa pesimis itu berangkat dari konflik politik desa pasca pemilihan kepada desa.

Namun Abdussalam bisa menjawab rasa pesmis warga dengan kerja keras dan kerja fakta.

Halimatus Sakdiyah, salah satu warga mengatakan, konflik politik desa sudah luntur. Penyebabnya, karena pemerintahan desa telah berubah. Pelayanannya bagus, apalagi sudah online, terbuka dan tidak anti kritik.

“Saya bangga desa kami sekarang sudah maju. Konflik politik sudah hilang. Ini modal besar untuk membangun desa yang ada di pelosok kabupaten,” ujar Halimatus Sakdiyah.

Mat Nasir, warga lainnya yang pernah merantau ke Malaysia mengaku jika pelayanan di desanya sudah modern.

Ia pernah mengalami kehilangan paspor di Malaysia. Melalui pengaduan di aplikasi e-Desa Same Sae, paspornya bisa diurus tanpa dirinya pulang ke Indonesia.

“Pokoknya top desa kami sekarang. Saya juga sering komentar di facebook kalau ada kegiatan desa. Semoga kepala desa sehat terus agar Waru Barat semakin maju,” ungkap Mat Nasir saat ditemui di rumahnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/11/10/10460991/kisah-abdussalam-sarjana-fisika-yang-sukses-membangun-desanya-jadi-desa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke