Salin Artikel

Republik Kongo Belajar Kelola Lahan Gambut di Indonesia

Sejak ditemukannya daerah rawa gambut yang sangat besar dengan luas mencapai 145.000 kilometer persegi di perbatasan antara Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo pada 2017 yang lalu, pemerintah kedua negara sepakat untuk mengelola kawasan tersebut sehingga bermanfaat untuk masyarakat.

"Rawa gambut yang ditemukan di daerah yang disebut dengan Kongo Basin merupakan kawasan penyimpanan air terbesar ke dua di dunia setelah Amazon," ujar Arlette saat mengunjungi DAOPS Manggala Agni di Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu sore.

Rawa gambut di Kongo Basin, sebut Arlette, menyimpan 30 juta giga ton karbon yang setara dengan 15 tahun emisi yang dihasilkan negara Amerika dan setara dengan 3 tahun Co2 untuk di seluruh dunia.

Arlette menambahkan, Indonesia dinilai telah melewati berbagai tahapan dan sudah berhasil menghadapi tantangan selama ini, sehingga dia berharap apa yang dipelajari akan sangat berguna diterapkan di negaranya.

Kedatangan Arlette ke Indonesia merupakan undangan dari Menteri LHK RI Siti Nurbaya untuk belajar dan mengamati pengelolaan Iahan gambut di Kalimantan.

Kunjungan tersebut dirancang agar dapat memberikan pemahaman mengenai kebijakan terkait pengelolaan Iahan gambut di Indonesia.

United Nations on Environment Programme (UNEP) dalam kegiatan the 3rd Partners Meeting of Global Peatland Initiative (GPl-3) di Brazzavilles, juga meminta lndonesia untuk berbagi pengalaman pengelolaan Iahan gambut di Indonesia.

"Pengalaman yang didapatkan tersebut akan diterapkan pada pengelolaan Iahan gambut di Lembah Kongo (Congo Basin)," sebut Arlette.

Indonesia dinilai telah memiliki pengalaman yang panjang dalam pengelolaan Iahan gambut yang luasnya mencakup lebih dari 36 persen Iuasan Iahan gambut tropis di dunia.

Pengelolaan Iahan gambut di Indonesia juga telah dilakukan sejak akhir abad ke-19 di Kalimantan dan menjadi local wisdom yang digunakan oleh pengelola gambut di masa kini untuk menciptakan pengelolaan yang terbaik.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Kementerian LHK, Raffles B Panjaitan mengatakan, Kalimantan Barat menjadi salah satu tujuan studi karena dalam tiga tahun terakhir dinilai berhasil dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

Sebab, kecenderungan terjadinya Karhutla di wilayah Indonesia sebagian besar di kawasan gambut. Peristiwa karhutla itupun bahkan diketahui oleh dunia.

Sehingga dalam tiga tahun terakhir, upaya dalam penanggulangan Karhutla dinilai cukup berhasil dengan menurunnya jumlah karhutla pada tahun 2018 jika dibandingkan tahun 2015 silam.

"Sistem pengelolaan dan kebijakan pemerintah Indonesia yang diterapkan dalam tiga tahun terakhir dinilai berhasil dalam mengurangi karhutla, termasuk salah satunya adalah tidak boleh dikeluarkan izin (moratorium) di lahan gambut," ungkap Raffles.

Negara Kongo, sambung Raffles, baru menemukan kawasan gambut dan akan menerapkan sistem pengelolaan, termasuk dalam penerapan kebijakan.

"Dan, mereka (Kongo) ingin menata, jangan sampai gambutnya rusak. Kita (Indonesia) sudah punya pengalaman, jadi mereka ingin sharing pengalaman itu. Jadi mereka baru menemukan itu," ungkap Raffles.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/29/07522781/republik-kongo-belajar-kelola-lahan-gambut-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke