Salin Artikel

Kisah Penyintas Bunuh Diri yang Berhasil Bangkit dan Memulai Usaha


YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Aksi bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, termasuk tinggi. Dari sekian banyak orang yang melakukan aksi bunuh diri, ada beberapa orang yang berhasil diselamatkan.

Salah satunya, Marsudi (41) warga Karangsari, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari.

"Saya sekali mau melakukan bunuh diri, dengan minum racun tikus pada bulan Agustus 2017 lalu,"katanya.

Marsudi ditemui usai memberikan kesaksian dalam Workshop Tematik dengan tema “Meningkatkan Partisipasi dalam Pencegahan Bunuh Diri di Lingkungan Sekitar” oleh Yakkum di Wonosari, Selasa (16/10/2018)

Dia menceritakan, aksi nekat itu dilakukannya karena dirinya menderita penyakit yang mengharuskannya kehilangan kaki kanan.

Biaya berobat yang cukup mahal, dalam 1 minggu ia harus mengeluarkan uang dari Rp Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta untuk kontrol, membuatnya harus kehilangan seluruh hartanya.

"Obat saya paling murah Rp 120 ribu, sekali kontrol harus mengeluarkan uang sebesar Rp 1,5-3 juta rupiah, bayangkan jika saya harus kontrol 2 kali seminggu, bahkan ada obat yang belum saya tebus seharga Rp 2,5 juta,"ucapnya.

"Sebelum terkena penyakit itu saya bekerja sebagai tukang las, entah itu las listrik maupun las karbit. Setelah terkena penyakit, saya jual alat-alat las saya untuk mengobati penyakit," katanya.

Keadaan seperti itulah yang membuat dirinya berada di titik terbawah hingga terbersit niatan untuk mengakhiri hidupnya.

"Dulu mikirnya dari pada seminggu habis jutaan mending saya mati, bermodal Rp 50 ribu untuk beli racun tikus kemudian saya minum. Tapi Tuhan berkehendak lain, saat saya sudah menenggak racun itu berhasil digagalkan bapak saya," katanya.

Marsudi mengatakan, saat ini dirinya menatap masa depan bersama istri dan dua orang anaknya. Ia membuka usaha dari nol kembali yaitu membuat jasa cuci pakaian di rumahnya yang beralamat di Karangrejek, Kecamatan Wonosari.

Dia mendapatkan pendampingan dari Yakkum dan modal usaha.

Penghasilan yang semula terpuruk, sekarang berangsur membaik meski belum terlalu stabil.

"Namanya Rizky Laundry, saat ini sedang merintis usaha dari nol. Kalau untuk usaha las, dibutuhkan banyak modal paling tidak Rp 30 juta. Ke depan, saya akan mencoba membagikan brosur dan juga diskon harga, mungkin bisa membantu meningkatkan pelanggan," katanya.



Dengan pengalaman yang dialami itu, ia ingin memberi motivasi pada semua orang yang berada di posisi terbawah, jangan sampai kondisi yang menyetir pola pikir.

Sebab, jika seseorang dalam kondisi terpuruk, cenderung melakukan aksi-aksi nekat seperti yang pernah ia alami.

Dukungan dan pengawasan sangatlah perlu diberikan pada mereka yang memiliki indikasi depresi.

Project manager kesehatan jiwa Yakkum, Siswaningtyas mengatakan, bunuh diri bukan permasalahan individu maupun keluarga. Pencegahannya melibatkan masyarakat sekitar.

Permasalahan Orang Dengan Disabilitas Psikososial (ODDP) merupakan tanggung jawab masyarakat, sehingga dengan pengetahuan tersebut, dapat mengurangi angka bunuh diri.

"Memberikan peluang-peluang bagi ODDP untuk kembali ke masyarakat, jangan sampai ODDP yang sudah sembuh dalam perawatan medis dikucilkan dimasyarakat," katanya.

Pihaknya menangani kurang lebih 63 orang yang terdaftar perlu mendapat pendampingan. Namun, sejauh ini, lantaran sejumlah keterbatasan, baru ada 40 orang yang mendapatkan penanganan.

"Selain itu kami juga memberikan bantuan modal untuk mereka membuka usaha sesuai dengan potensi mereka lain," katanya.

Ketua Satgas Berani Hidup Gunungkidul, yang juga Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, gantung diri merupakan permasalahan yang sejauh ini masih menjadi fokus untuk diselesaikan,

Ia mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam menanggulangi angka bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul.

"Forum workshop seperti ini merupakan sarana pengayaan baik yang bersifat normatif karena bersifat ceramah terkait dengan nilai-nilai kehidupan," katanya.

"Kami selalu komunikasi dengan ustad maupun agamawan, budayawan untuk masalah penanggulangan bunuh diri," katanya lagi.

Hingga Oktober 2018 ini, sedikitnya 20 warga Gunungkidul telah melakukan bunuh diri.

"Dorongan pemberian semangat sangatlah perlu dilakukan. Mulai dari pemberian semangat oleh keluarga, tokoh agama, serta masyarakat," ujarnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/10/16/19433061/kisah-penyintas-bunuh-diri-yang-berhasil-bangkit-dan-memulai-usaha

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke