Salin Artikel

Ribuan Perempuan Berseragam "Kompeni" Menari Angguk di Alun-alun Wates

Sewu Angguk, begitu dinamai, merupakan salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 yang berlangsung 7-27 Oktober 2018. Festival merupakan ajang pertunjukan seni dan budaya asli Kulon Progo untuk memeriahkan Hari Jadinya yang ke-67.

Tari Angguk dipentaskan karena tari ini kebanggaan masyarakat Kulon Progo. Pemerintah berniat tidak berhenti menggelorakan tari ini demi semakin mengakar di masyarakat. Tari ini pula yang menjadi puncak perayaan HUT Kulon Progo pada 15 Oktober 2018 ini.

“Kita ingin angguk bisa semakin dicintai masyarakat dan bagaimana masyarakat bisa melakukannya. Angguk ini juga sudah menjadi salah satu anugerah pesona Indonesia yang harus terus dipromosikan,”  kata Joko Mursito, Sekretaris Dinas Kebudayaan, Senin (15/10/2018).

Para penari dikumpulkan dari berbagai sanggar tari dan pelajar-pelajar sekolah menengah atas dan pertama seluruh Kulon Progo. Bagi para pemilik sanggar tidak sulit mengumpulkan penari sebanyak itu di Kulon Progo.

Tari Angguk produk budaya paling popular di kabupaten ini. Tercatat lebih dari 40 kelompok tari atau sanggar muncul di 12 kecamatan. “Girimulyo saja sampai 8 sanggar. Kokap 4. Satu sanggar bisa 30 orang baik penari dan pemusik. Tidak sulit mengumpulkan mereka,” kata Istinah, pelatih Angguk di Girimulyo.

Pemerintah menjadikan Tari Angguk sebagai unggulan. Bahkan, pemerintah memberi perhatian besar pada tari ini melalui sekolah-sekolah.

“Tari ini mudah diikuti. Bahkan sekarang menjadi ekstrakulikuler di  semua sekolah semua tingkatan, SD, SMP, dan SMA,” kata Ari Hargiatmi, pemiik Sanggar Singlon di Kecamatan Pengasih.

Melatih mereka yang berasal dari latar belakang berbeda, rupanya tidak rumit. Para penari itu terbiasa dan cukup jam terbang terjun ke berbagai pertunjukan Angguk. Dalam dua pekan, mereka berlatih 5 kali berdasar masing-masing kelompoknya, kemudian berlatih 3 kali dalam gabungan seluruh kelompok.

Alhasil, para penari itu mampu beraksi massal sepanjang 15 menit di bawah tatap mata ribuan warga yang juga baru saja selesai mengikuti upacara Hari Jadi di alun-alun.

Meski pertunjukan itu hanya singkat, mereka berhasil membius penonton. “Musiknya ceria, gerakannya gampang diikuti. Tarian kali ini sudah digarap sedemikian rupa dan lebih kreatif,” kata Istinah.

Kostum khusus

Tari Angguk tari khas Kulon Progo. Kostum tari yang mirip 'serdadu Belanda zaman kolonial' semakin memikat untuk ditonton. Angguk semakin digandrungi dan menyebar ke berbagai kecamatan di Kulon Progo.

Tariannya memiliki gerak yang unik yang mengandalkan goyangan bahu, geyol pinggul, dan lentik jari. Perkembangan dari waktu ke waktu juga sampai soal musik yang mengiringi.

Kalau semula beduk, rebana, hingga kecrek, kini ditambah alat musik organ dan drum. Semua demi menghasilkan musik yang lebih variatif dan lebih disukai penonton.

Musik pengiring tarian kali ini lebih variatif namun membuat para penonton tidak mampu mengalihkan pandangannya barang sekejap pada para penari.

Bupati, Wakil Bupati Kulon Progo, Wakil Gubernur DIY, hingga forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda) Kulon Progo, serta sejumlah pejabat lain turut menyaksikan tari massal ini.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/16/06163771/ribuan-perempuan-berseragam-kompeni-menari-angguk-di-alun-alun-wates

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke