Salin Artikel

Sulitnya Mendapat Air Bersih di Kota Bandung...

Suara deru mesin truk sayup-sayup terdengar dari balik tembok rumah warga. Kemudian suara teriakan seseorang terdengar.

Salah seorang pria kemudian mengintip dari balik lubang tembok yang memisahkan permukiman warga dengan salah satu pabrik di daerah itu. Orang itu lantas memanggil dua orang yang tengah terduduk di pelataran masjid.

"Kumaha Pak? (gimana Pak?)," kata pria di balik tembok tersebut.

"Siap Pak Mamat," sahut pria yang duduk itu sambil kemudian bangun dan menghampiri pria di balik tembok.

Kedua pria yang duduk di pelataran itu diketahui bernama Tedy (46) dan Abah Nana (67).

Pria di balik tembok itu kemudian memberikan sebuah selang kanvas berukuran besar ke Abah Nana melalui lubang yang sepertinya sengaja dibuat di tembok tersebut.

Sementara itu, Tedy mengambil sebuah karet bekas ban untuk digunakan untuk mengikat selang besar yang diberikan pria di balik tembok untuk disambungkan ke selang lainnya yang mengarah langsung pada penampungan air di masjid.

Selang kanvas itu kemudian menggembung terisi air dari sebuah truk di balik tembok. Air mengalir mengisi penampungan air yang tertanam di pinggir Masjid Al Hidayah. Selama 15 menit, pengisian pun selesai.

"Air bersih tersebut merupakan suplai dari PDAM," kata Tedy di sela pengisian air.

Truk tersebut memasok air untuk kebutuhan warga. Truk itu tidak dapat masuk ke permukiman padat penduduk lantaran akses yang sempit.

Truk itu lalu mencari akses terdekat yakni masuk melalui pabrik yang berada tepat di balik permukiman warga. Tembok yang membatasi pabrik dan permukiman kemudian dilubangi sebagai akses selang kanvas.

Sudah berbulan-bulan

Pasokan air tersebut sengaja dikirim Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung untuk kebutuhan warga RW 05 Kelurahan Husein, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Sudah beberapa bulan ini, warga mengeluh kesulitan air.

"Iya buat warga sini, sulit air. Sudah lama ada mungkin sejak bulan puasa kemarin, sekitar 4-5 bulanan," ujar Teddy.

Tedy dan Abah Nana merupakan warga yang sukarela setiap harinya menunggu pasokan air tersebut. Keduanya pun menunggu bergiliran dengan warga lainnya lantaran waktu datang pasokan air yang tidak menentu.

Ketika truk air tiba, maka keduanya harus siap menyambungkan selang ke selang lainnya yang terhubung dengan penampungan air di Masjid Al Hidayah.

Tedy menceritakan, sebelumnya warga banyak yang memanfaatkan sumur untuk kebutuhan air sehari-hari, namun itu pun bisa dimanfaatkan ketika musim hujan saja. Pada musim kemarau, air sumur kerap surut.

Kini semua warga sudah berlangganan air ke PDAM, tetapi sejak bulan puasa lalu, air PDAM mulai berkurang. Kebutuhan air warga pun terganggu.

Bersambung ke halaman dua

 

 

"Sudah menginformasikan hanya di PDAM airnya juga kurang. Kalau misalkan kapasitas PDAM normal mungkin tidak akan seperti ini," tuturnya.

Pasokan air pun lantas dikirim tiga sampai lima jam sekali dengan menggunakan truk, air dari PDAM disimpan di penampungan air Masjid Al Hidayah, lantaran hanya penampungan itu saja yang bisa menyimpan pasokan air kiriman tersebut.

"Setiap hari PDAM mengirimkan air hingga 4-5 tangki air, semua itu disimpan di penampungan ini karena kapasitas penyimpanannya bisa nyampe 5.500 liter," tuturnya.

Setiap hari, warga RW 05 kerap mengantre menyimpan jerikennya hanya untuk mengambil air bersih. Setiap warga bisa membawa 5-10 jeriken setiap harinya tergantung kebutuhan sehari-hari mereka.

"Warga yang butuh air pasti datang ke sini untuk mengisi. Kalau pagi, pasti mengantre panjang," tuturnya.

Warga lainnya, Reny (45) mengaku terganggu dengan kurangnya air bersih di pemukiman itu. Tidak hanya untuk kebutuhan air minum, tetapi juga mengganggu aktivitas lainnya.

"Iya tentu mengganggu aktivitas. Kan kami juga harus mencuci, mandi dan lainnya," tuturnya.

Reny merupakan salah satu warga yang menggantungkan air bersih pada PDAM sebagai pelanggan PDAM. Awalnya, air mengalir normal seperti biasa, namun sejak bulan puasa lalu (Juni), air mulai berkurang.

Beruntung masih ada warga yang membantu menyediakan airnya untuk kebutuhan warga.

"Seperti air yang dikasih dari Pak RW ini, ya kami minta dari beliau. Tapi ya ngambilnya bergiliran harus antre hingga berjam-jam," tuturnya.

Selama berbulan-bulan itu, setiap hari, warga mengantre menunggu mengisi air ke jeriken. Mereka saling membantu memberikan air untuk warga lainnya yang membutuhkan.

"Iya gitu, saling bantu saja karena kan yang air yang dipasok PDAM kadang tidak semua kebagian," katanya seraya berharap ketersediaan air ini kembali normal sediakala.

Kata PDAM

Sementara itu, sebelumnya, Direktur Utama PDAM Tirtawening Sonny Salimi mengingatkan bahwa PDAM bukanlah pembuat air, tapi pengelola dan pendistribusian. Jadi kalau tidak ada air yang diolah, jangan salahkan PDAM, melainkan harus berdoa turun hujan di sini dan di pusat air baku.

"Krisis air saat ini bukan terparah tetapi sama dengan tahun 2015 krisis air berlangsung sampai akhir Desember. Tapi mudah-mudahan tahun ini tidak terjadi," ujar Sonny seperti dikutip dari Tribun Jabar.

Menurut Sonny, PDAM memiliki 28 titik sumur artesis tapi kini kondisinya sebagian besar sudah mati dan hanya beberapa masih aktif itu pun debit airnya terus menurun.

Karena kondisi sumur artesis tidak berfungsi di beberapa titik, lanjut dia, PDAM akan membuat sumur artesis baru di dua titik, yakni di kawasan Jalan Industri dan Jalan Sudirman.

"Alhamdulilah proses izin sudah keluar, tinggal dilelang. Sedangkan di titik lain izinnya masih dalam proses," ujar Sonny.

Sonny mengatakan, satu titik artesis bisa melayani 500-700 Kepala Keluarga (KK). Bahkan tergantung debit airnya jika bisa menghasilkan 2 liter air per detik bisa sampai 1000 lebih KK.

Sonny meminta maaf karena selain sumur artesis kering, pelanggan yang dilayani sumber air dari Cikalong sudah menyusut cukup signifikan dari 1.800 liter per detik kini tinggal 500 liter per detik, sehingga air ke pelanggan terganggu.

"Untuk melayani pelanggan yang terganggu airnya, PDAM mengerahkan 29 tangki setiap harinya, 7 tangki kapasitas 5.000 liter dan 12 mobil pick-up kapasitas 2.000 liter," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/12/18090841/sulitnya-mendapat-air-bersih-di-kota-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke