Salin Artikel

Prameks, Dulu dan Kini...

Perkembangan dunia perkeretaapian di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Tak hanya untuk kereta api jarak jauh, tetapi juga kereta api lokal.

Salah satu kereta api lokal yang menjadi andalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah Prambanan Ekspress.

Kereta api lokal yang melayani rute Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dan sebaliknya ini menjadi andalan bagi masyarakat di tiga kota ini.

Prambanan Ekspress alias Prameks menjadi satu-satunya kereta api lokal yang melintasi Solo-Yogyakarta (Jogja)-Kutoarjo.

Jarak yang ditempuh untuk kereta lokal terbagi dua, lokal jarak dekat dan lokal jarak menengah.

Jarak dekat biasanya dengan jarak tempuh 10-60 kilometer. Sementara, untuk jarak menengah 50-100 kilometer.

Bagaimana sejarah Prameks?

Sejarah awal

Kereta lokal rute Solo-Jogja telah beroperasi sejak tahun 1960-an. Saat itu, kereta yang beroperasi sering disebut Kereta Api Kuda Putih.

Dinamakan Kuda Putih karena pada kepala kereta terdapat lambang dua ekor kuda berbentuk hiasan kupu-kupu di atas kabin masinis.

Kereta yang berjuluk Turangga Seta ini merupakan Kereta Rel Diesel (KRD) pertama di Indonesia.

Kereta ni diberikan nomor seri MCDW 300 dan diproduksi sejumlah tujuh buah oleh Pabrikan Jerman. Pada 1963, setiap satu rangkaiannya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis.

Karena KRD ini sekilas mirip seperti bus, banyak juga yang menyebutnya degan rel bus.

Dengan panjang sekitar 18.690 mm, berat 32 ton, dan daya mesin 215 hp kereta ini dapat memacu tenaganya hingga 90 km/jam.

Sebagai kereta yang digunakan untuk jarak dekat dan menengah, eksistensi kereta ini populer ketika dekade 1970-an.

Masyarakat yang bekerja mau pun melakukan perjalanan Jogja-Solo atau sebaliknya menggunakan kereta ini.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada era 1980-an kereta ini sering mengalami kerusakan.

Suku cadang yang sulit didapatkan mengakibatkan armada tak bisa berjalan dengan optimal sehingga kereta ini diistirahatkan.

Berhenti beroperasinya KRD Kuda putih membuat masyarakat yang melakukan perjalanan atau kebutuhan antar Jogja-Solo menjadi terhambat, mengingat saat itu antusiasme penggunaan kereta ini begitu besar.

Lahirnya komuter baru "Prambanan Ekspress"

Setelah beberapa tahun tidak berjalan, pemerintah melalui Daop VI Yogyakarta membuat terobosan baru untuk mengembangkan jalur yang dulunya sempat ramai di Jogja-Solo.

Pada 20 Mei 1994, kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) diluncurkan.

Peluncuran ini menggunakan empat rangkaian ketera kelas bisnis yang ditarik lokomotif diesel.

Melalui ini, terbukalah jalur lokal Jogja-Solo yang sebelumnya beristirahat. Tarif pertamanya adalah Rp 2.000, dengan memakai kereta milik KA Senja Utama Solo.

Berawal dari dua kali sehari untuk pergi dan pulang, pengoperasian Prameks ditambah lagi dengan lima kali pergi pulang sehari.

Selain itu, menanggapi antusiasme padatnya perkembangan jalur di Jogja-Solo, pihak PT KA menambahkan gerbong eksekutif.

Pada 1998, PT KA mengubah lagi rangkaian yang ditarik oleh lokomotif menjadi rangkaian KRD seperti dahulu kala.

Namun, kerusakan sering terjadi karena KRD merupakan rangkaian lama sehingga perjalanan sering mengalami keterlambatan.

Pada 2006, Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) buatan PT Inka Madiun mulai diperkenalkan untuk menunjang Prameks.

Berbekal dari KRL buatan Belanda dan Belgia, PT Inka memodifikasi dengan mengganti mesinnya.

Semakin tingginya antusiasme penumpang yang menggunakan kereta ini, pada 2007 Prameks mulai membuka jalur perjalanan Yogyakarta-Kutoarjo-Solo (PP).

Jadwal keberangkatan menjadi tujuh kali PP dan kemudian bertambah 10 kali PP.

Hingga tahun ini, penumpang Prameks terus berkembang. Bahkan, kereta ini dijadikan transportasi utama orang yang bekerja atau "nglaju" Jogja-Solo dan sebaliknya.

Selain Prameks, kini juga ada kereta lokal lainnya yang menunjang perjalanan jarak dekat dan menengah, antara lain Madiun Jaya, Sriwedari, Madiun jaya, Sidomukti dan lain-lain.

.

.

.

.

https://regional.kompas.com/read/2018/09/28/12193041/prameks-dulu-dan-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke