Salin Artikel

Jelajah Literasi, Antologi Kisah 20 Taman Baca Penggerak Mimpi Anak-anak

Bagi Hatta, badan boleh dikekang, tetapi tidak dengan pikiran. Oleh karena itu, selama menjalani masa pengasingan di Digul, Papua, Hatta rajin membaca buku-buku yang diperbolehkan dibawa dari Jakarta.

Membaca merupakan jalan masuk menuju kebebasan, bebas dari belenggu kepicikan dan kebodohan, bebas dari terlalu cepat puas dan rasa tidak berdaya.

Gufran A Ibrahim, Ketua Pokja Literasi Membaca Menulis, Gerakan Literasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam artikel berjudul "PISA dan Daya Baca Bangsa" yang pernah tayang di Harian Kompas, 29 April 2017, menyebutkan bahwa “kebiasaan” dan “kebisaan” membaca untuk anak-anak merupakan pintu masuk untuk memahami “rimba” semantik multiteks.

Masa depan bangsa ditentukan wawasan generasi mudanya yang diperoleh dari kegiatan membaca dan cara mereka menerjemahkannya dalam moral dan etika di tengah masyarakat.

Berdasarkan data penilaian terakhir atas budaya literasi dalam Program for International Students Assessment (PISA) terhadap 72 negara yang digelar tiga tahun sekali ini, indeks literasi membaca Indonesia naik, tetapi hanya satu poin, yaitu dari 396 (2012) ke 397 (2015).

Keluhan tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia merupakan lagu lama. Dari puluhan tahun lalu, lagu itu terus mengalun sendu. Pemerintah terus dituntut soal pemerataan.

Keluhan demi keluhan soal minat baca generasi muda yang rendah terus didengungkan. Padahal, persoalannya tidak semata soal minat membaca buku, tetapi juga akses terhadap buku dan keberadaan orang-orang yang rela memberi diri untuk menumbuhkan minat baca terhadap anak.

Mereka bisa jadi orangtua, guru, kerabat, kakak atau abang atau orang yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal, tetapi merelakan dirinya untuk membangun kesadaran anak-anak tentang penting dan menariknya kegiatan membaca buku.

"Orang-orang tidak dikenal" ini bergerak karena alasan sederhana, ingin anak-anak atau generasi muda di daerahnya bisa bebas dari persoalan yang kerap membelenggu, mulai dari kemiskinan hingga perdagangan orang.

Mereka ini bisa jadi ada di kota, pinggiran, atau di suatu pelosok yang orang dewasa sekalipun belum tahu lokasinya di Indonesia. Tetapi mereka terus bergerak, baik dalam sebuah komunitas atau secara pribadi, memberi kaki pada mimpi-mimpi baru di pelosok Nusantara.

Kolaborasi

Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar menyatakan bahwa pihak pemerintah sangat mengapresiasi setiap kegiatan yang bertujuan meningkatkan minat baca, baik yang dilakukan perorangan maupun komunitas.

Menurut dia, untuk menjawab tantangan meningkatkan budaya literasi di Indonesia, kolaborasi adalah salah satu kunci utama, kolaborasi antara pemerintah, guru atau komunitas penggerak literasi, produsen buku, juga perusahaan yang peduli pada isu ini.

Salah satu bentuk kolaborasi yang dinilai baik oleh Kementerian, lanjut dia, adalah kegiatan Gramedia Reading Community Competition (GRCC) yang digelar oleh PT Gramedia Asri Media.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan yang sudah dilakukan oleh teman-tema. Memang saat ini literasi menjadi sebuah momen tersendiri dalam masyarakat,” katanya seperti dikutip dari situs literasinusantara.com.

“Untuk menunjang keinginan membaca yang tinggi, dibutuhkan fasilitas berupa buku yang menarik serta berkualitas. Selain itu, kolaborasi yang ditawarkan oleh Gramedia pastinya akan memberikan semangat lebih besar kepada mereka. Dalam momen ini, kami (Kemendikbud) berharap agar semua upaya kita dapat menghadirkan lompatan peradaban di Indonesia,” tambahnya kemudian.

Sementara itu, Operation and Property Management Director PT Gramedia Asri Media V Sugiarto menuturkan,  pihaknya berkomitmen untuk mengadakan kegiatan bertema literasi secara rutin dengan tema yang berbeda.

“Kami sudah sama-sama melihat bahwa banyak orang-orang yang sudah bergerak langsung, tidak hanya wacana saja. Oleh karena itu, sudah semestinya kita dapat membuat sebuah kolaborasi bersama untuk menghadapi tantangan literasi di Indonesia,” ungkapnya.

Pada tahun ini, GRCC digelar untuk kedua kalinya. Sudah ada 20 taman atau komunitas baca dari 5 region yang terpilih sebagai pemenang dalam GRCC 2018. Mereka adalah:

1.    Regional Sumatera
•    Rumoh Baca Hasan-Savvas (Aceh)
•    Rumah Belajar Ceria (Palembang)
•    Rumah Baca Lembah Sibayak (Medan)
•    Rumah Baca Bakau (Medan)

2.    Regional Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat
•    Yayasan Cinta Baca Bogor
•    TBM Warabal
•    TBM Kolong Ciputat
•    Saab Shares

3.    Regional Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
•    TBM Sakila Kerti (Tegal)
•    TBM Wadas Kelir (Purwokerto)
•    TBM Limbah Pustaka (Purbalingga)
•    TBM Kuncup Mekar (Yogyakarta)

4.    Regional Jawa Timur, Bali, NTB, dan Kalimantan
•    TBM Rumah Pelangi (Gresik)
•    TBM Gelaran Jambu (Kediri)
•    TBM Kampoeng Batja (Jember)
•    Rumah Literasi Indonesia (Banyuwangi)

5.    Regional NTT, Sulawesi, dan Indonesia Timur
•    TBM Papua Hei (Serui)
•    TBM KOMPOSTifa (Fakfak)
•    Hekaleka
•    JRUK Sumba

Para pemenang ini terpilih karena dinilai memiliki kreativitas dalam setiap kegiatannya, konsisten dalam melakukan program kerja, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Mereka akan hadir dalam Awarding Gramedia Reading Community Competition 2018 dan launching situs literasinusantara.com pada Jumat, 28 September 2018.

KOMPAS.com berkesempatan mengunjungi 20 taman dan komunitas baca ini sejak 16 Agustus hingga 6 September 2018. Sejumlah kontributor dan reporter terlibat dalam perjalanan ini, yaitu Masriadi (Lhokseumawe), Iqbal Fahmi (Purbalingga), Ramdhan Triyadi Bempah (Bogor), Ajeng (Jakarta), Ardita (Jakarta), Puthut Dwi Putranto (Grobogan), Wijaya Kusuma (Yogyakarta), Hamzah Arfah (Gresik), Agus Fauzul Hakim (Kediri), Ira Rachmawati (Banyuwangi), dan Rahmat Rahman Patty (Ambon).

Dari perjalanan ini, kami belajar bahwa gairah membaca, hasrat ingin tahu yang besar, dan mimpi yang melayang tinggi ada di pelosok Nusantara sekali pun.

Dari persuaan ini, kami belajar bahwa anak-anak dari Lhokseumawe sampai Serui pun rindu akan akses terhadap buku-buku yang berkualitas, yang sudah Anda baca dan mungkin saat ini teronggok manis di rak buku.

Kami akan bercerita tentang mereka dalam empat hari ke depan dalam topik khusus “Jelajah Literasi Nusantara 2018”.

Salam literasi....

https://regional.kompas.com/read/2018/09/25/14221111/jelajah-literasi-antologi-kisah-20-taman-baca-penggerak-mimpi-anak-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke