Salin Artikel

Kisah Bocah Nursaka Bolak-balik Indonesia-Malaysia demi Sekolah, Jadi Kesayangan Petugas Imigrasi (4)

Keberadaan dan aktivitas Nursaka pun diketahui masyarakat luas berkat video yang dibuat serta unggah Imigrasi Entikong dan viral. Video tersebut diunggah pada 7 September 2018 dan menuai reaksi positif dari warganet maupun masyarakat Indonesia.

Kepala Sub Seksi Informasi Kantor Imigrasi Entikong, Judi Susilo mengungkapkan, ide pembuatan video ini berawal dari rasa semangat nasionalisme Nursaka yang tinggal di Tebedu, Sarawak, Malaysia dan memilih untuk bolak-balik ke perlintasan batas negara untuk bersekolah di Entikong.

Judi mengatakan, meski baru berusia 8 tahun, Saka terdaftar sebagai pelintas batas resmi. Saka memiliki dua dokumen keimigrasian, yaitu buku paspor internasional dengan sampul berwarna hijau dan buku Pas Lintas Batas (PLB) bersampul warna merah milik ibunya yang memuat foto tiga anaknya termasuk Saka sebagai tanggungan.

Khusus PLB, dokumen tersebut hanya bisa dimiliki oleh warga yang tinggal di perbatasan yang sudah ditentukan sesuai kesepakatan bilateral antara Indonesia dan Malaysia melalui kebijakan Sosek Malindo.

Salah satu kebijakan tersebut adalah kemudahan melintas bagi warga yang memegang kartu namun dibatasi jarak tertentu sesuai dengan aturan dan kebijakan masing-masing negara.

“Awalnya dalam video itu, kami mau menyampaikan pesan melalui anak ini bahwa anak ini (Nursaka) paham aturan dan membawa dokumen resmi untuk melintasi perbatasan,” ungkap Judi saat ditemui Kompas.com di PLBN Entikong, Kamis (13/9/2018).

“Anak ini memiliki semangat kuat untuk sekolah, meski harus bolak-balik setiap hari melintasi dua negara,” tambahnya.

Bersambung ke halaman 2: Jadi kesayangan para petugas Imigrasi

Sejak tahun 2016, Saka panggilan akrabnya sudah mulai sering terlihat di pos imigrasi, terutama saat jam pulang sekolah. Dia mulai terlihat melintas antara pukul 06.00 hingga pukul 06.30 WIB setiap paginya ketika akan berangkat menuju sekolahnya.

Awalnya, dulu Saka sering terlihat berada di pos pemeriksaan perlintasan kendaraan dari PLBN Entikong menuju border Tebedu Sarawak. Di pos itu, Saka menunggu jemputan dari ayahnya. Terkadang, Saka menunggu sambil tertidur di pos tersebut apabila sang ayah belum datang menjemputnya.

Saka sering terlihat di pos tersebut pada jam-jam pulang sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Lama-kelamaan, Saka pun mulai dikenal oleh para petugas yang saban hari bertugas di pos tersebut, baik itu petugas imigrasi maupun anggota kepolisian yang bertugas di pos itu.

Hingga akhirnya, sang ayah tak bisa lagi menjemputnya karena kesibukan bekerja di kebun. Saka kemudian menumpang kendaraan yang disetop oleh petugas-petugas imigrasi yang semuanya dipanggil "Oom".

Tanggung jawab menitipkan Saka di kendaraan yang benar dan tepat seolah sudah menjadi bagian tersendiri bagi para petugas imigrasi di PLBN Entikong.

Mereka sudah menganggap Saka seperti bagian dari keluarga mereka sendiri, terlebih karena Saka adalah pelintas batas resmi sehingga secara tidak tertulis menjadi tanggung jawab para petugas ini.

Kendaraan yang ditumpangi Saka biasanya milik orang Entikong atau orang tempatan yang sudah dikenal dan biasa melintas. Sehingga para petugas ini memastikan betul, bahwa kendaraan yang akan ditumpangi Saka bisa mengantar Saka pulang ke rumahnya.

“Tidak sembarangan kendaraan yang petugas-petugas di sini untuk dititipi Saka, hanya yang sudah benar-benar dikenal dan tahu tempat tinggal Saka. Terkadang juga ada petugas yang kebetulan akan melintas ke sana, mengantar Saka pulang ke rumahnya,” tambah Judi.

Senada dengan Judi, Penelaah Keimigrasian Kanim Entikong, Valentino Manus, mengungkapkan bahwa Saka awalnya terlihat sering berada di pos lantai keberangkatan (drivethru) kendaraan.

Sembari menunggu kendaraan yang akan ditumpangi, Saka kerap diajak bercanda oleh para petugas imigrasi. Terkadang pula, para petugas ini juga mengajari dan membantunya dalam mengerjakan PR.

Bersambung ke halaman 3:  Suka ketiduran menunggu jemputan

 

Sosok Saka, lanjut Valentino, cenderung pendiam. Apabila tak diajak ngobrol atau berinteraksi, Saka biasanya duduk dan diam di pos tersebut hingga tertidur.

Tak jarang pula Saka ketiduran di lantai karena kecapekan bermain dengan temannya di sekolah atau apabila perlintasan sedang sepi sambil menunggu kendaraan yang akan ditumpanginya.

“Bapaknya kadang sampai datang menjemput kalau Saka ketiduran di Pos. ‘Ada lihat Saka, enggak’, tanya bapaknya nyariin Saka. ‘Itu di situ lagi tidur’, jawab petugas sambil nunjukkin Saka yang lagi lelap tertidur,” ungkap Valentino.

Saka juga tak jarang ditraktir para petugas ini makan atau minum. Dia juga sering diberi uang sekedar untuk jajan atau ditabung di rumah. Keberadaan Saka juga menjadi salah satu hiburan tersendiri bagi para petugas.

Saka kerap diminta menyanyi lagu-lagu nasional atau lagu yang diketahui Saka, dengan imbalan usai menyanyi Saka diberi sejumlah uang.

Saka juga tak pernah lupa mengucapkan terima kasih dalam setiap kesempatan. Apakah itu saat sudah dapat tumpangan kendaraan, atau saat ditraktir dan kasih uang oleh petugas.

“Terima kasih Oom, terima kasih Oom,” kata Valentino menirukan ucapan Saka.

Terkait dengan dokumen perlintasan berupa PLB yang digunakan Saka untuk melintas setiap hari, sesuai dengan standard operational procedure, harus selalu dicap ketika akan melintas.

Namun, merujuk pada kebijakan Sosek Malindo, terkadang satu minggu sekali baru melakukan cap PLB karena dokumen PLB yang dimiliki Saka masih menumpang milik ibunya.

“Jadi kesehariannya itu, PLB hanya dibawa sesekali sama Saka untuk dicap, mungkin seminggu sekali. Kecuali mereka mau melakukan perjalanan jauh, misalnya ke Serian atau Kuching, harus cap paspor, karena PLB enggak bisa dan tidak berlaku sampai di sana,” ungkap Valentino.

“Dia tidak setiap hari ngecap PLB di border, tapi minimal seminggu sekali itu ada,” tambahnya.

BERSAMBUNG:

https://regional.kompas.com/read/2018/09/16/11010031/kisah-bocah-nursaka-bolak-balik-indonesia-malaysia-demi-sekolah-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke