Salin Artikel

Kesibukan Kampung Tusuk Sate Jelang Idul Adha...

Pesanan tusuk sate meningkat. Dalam satu hari, tiap pengrajin dapat membuat 25-30 ikat, meningkat dari hari biasanya, 15 ikat. Satu ikat berisi 100 tusuk berukuran sekitar 20 centimeter.

Aktivitas pembuatan tusuk sate itu nampak sudah ramai sejak Selasa (21/8/2018) pagi. Sejumlah warga menjemur potongan atau irisan bambu tepat di depan rumah masing-masing.

Ribuan tusuk sate itu berjejer di atas alas berupa terpal atau karpet, memenuhi trotoar di sisi kanan kiri jalan blok Kerandon.

Salah satu pengrajin yang ditemui Kompas.com di lokasi adalah Eni. Ibu rumah tangga yang berusia sekitar 45 tahun ini tampak menyelesaikan tugasnya.

Eni mengambil potongan atau bilahan bambu yang sudah tipis. Kemudian ia meruncingkan ujungnya dengan pisau. Sebuah pekerjaan manual yang butuh ketelitian dan kesabaran.

“Sudah lama, berapa tahun ya? Lama lah. Dari kecil. Dari ikut kerja dengan orang lain, dan saat ini kerja sendiri,” kata Eni di tengah aktivitasnya.

Eni menjadi pengrajin tusuk sate tak lain juga berusaha mempertahankan keterampilan yang diturunkan orangtuanya.

Hal itu juga dilakukan oleh sejumlah ibu-ibu rumah tangga lainnya, menjadi pengrajin tusuk sate seperti Eni.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, satu-dua pekan menjelang perayaan hari raya Idul Adha, mereka harus kerja keras.

Aktivitas itu meningkat karena banyaknya pesanan. Selain itu, mereka juga perlu kerja cepat untuk mengejar waktu agar sejumlah pesanan dapat terpenuhi.

“Ya banyak kalau saat ini. Sehari saya bisa menyelesaikan 25 hingga 30 iket tusuk sate, yang biasanya hanya 10–15 iket perhari,” jelas Eni.

Peningkatan pesanan ini terjadi karena budaya Indonesia, kerap membuat sate seusai pelaksanaan Idul Adha.

Ia menjual tusuk sate per ikat. Satu ikat berisi 100 tusuk. Sebelum diikat, tusuk sate yang baru selesai diruncingkan kembali dijemur di sisi kanan kiri jalan agar kualitas bambu semakin kering dan baik saat digunakan.

Kampung Tusuk Sate

Binyo, salah seorang perantara atau pengepul tusuk sate dari pengrajin mengatakan, tusuk sate itu dikirim ke sejumlah pasar di dalam dan luar Cirebon.

Mulai dari Kuningan, Indramayu, hingga Majalengka. Selain murah, kualitas tusuk sate juga baik, sehingga Kampung Karangsari sudah lama dikenal sebagai kampung pembuat tusuk sate.

“Banyak mas, dari ujung sana, sampai ke sana, bahkan di dalam juga banyak,” kata Binyo sambil menunjukkan sejumlah titik lokasi pembuatan tusuk sate.

Pria berbadan gemuk ini mengaku membeli tusuk sate dari Eni, dan pengrajin lainya seharga Rp 2.500 per ikat.

Dia kemudian menjual ke pasar atau warung-warung lain sekitar Rp 3.000. Binyo mendapat upah Rp 500 pada tiap ikat yang dia jual.

“Tiap tahun dan sudah lama mas. Untungnya lumayan saja untuk menari uang tambahan lebaran nanti,” jelas Binyo.

Para ibu rumah tangga di sekitar desa ini tetap melestarikan pekerjaan yang diwariskan orangtua terdahulu.

Mereka memanfaatkan bambu yang berada di sekitar menjadi lebih berharga dengan dibuat tusuk sate.

Meski hasilnya tidak banyak, setidaknya dengan upaya itu, mereka dapat memenuhi sedikit kebutuhan di tiap perayaan Idul Adha.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/21/13581321/kesibukan-kampung-tusuk-sate-jelang-idul-adha

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke