Salin Artikel

Jerman Bidik Lulusan Pendidikan Vokasi Indonesia

Hal itu disampaikan mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI untuk Jerman, Profesor Agus Rubiyanto seusai mengisi kuliah umum di Politeknik Ilmu Pelayaran, Semarang. 

“Kebutuhan nautikal (pelayaran) ini luar biasa. Perusahaan dari Jerman cari alumni di sini saja kurang, mereka butuh 40 orang, kita bisanya kasih 5 orang,” ujar Agus, Selasa (14/8/2018).

Sebagai negara maritim, Indonesia harus fokus menciptakan lulusan yang mempunyai keterampilan mumpuni.

Hal itu dikuatkan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang memfokuskan pembangunan laut.

“Masa depan Indonesia ada di laut, mulai logistik, transportasi. Kalau bicara tol laut, kita butuh sopir, nah yang nyopir efisien, logistiknya, butuh lulusan vokasi,” ujarnya.

Agus menjelaskan, pemerintah Jerman sangat bersemangat menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam berbagai bidang, salah satunya pendidikan vokasi. Kerja sama itu telah diwujudkan sejak 2012 lalu.

Salah satu alasannya karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim demokratis, namun juga lulusan Indonesia terampil dalam berbagai bidang.

Lantaran kemudahan itu, pihak Jerman dinilai sangat bersemangat.

“Anak-anak kita ketika dididik itu terampil, mereka yang tidak terampil karena tidak ada kesempatan saja. Kalau ada pasti kompetitif. Penting buat anak agar bangga berpendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Dalam implementasinya, Agus mengatakan, pendidikan vokasi harus mampu mengintergrasikan teori dan praktik.

Pendidikan vokasi di Jerman menganut dualisme sistem, yang memadukan teori dan praktik, atau 2 hari teori, 3 hari praktik.

Dalam bidang pelayaran, para anak didik bisa belajar dan praktek mengendalikan kapal, mengatasi di tengah laut.

Kebutuhan seperti itu, sambung dia, tidak hanya teori. Tapi lewat simulasi atau praktik di perusahaan pelayaran yang rill di lapangan.

“Kalau saya lihat di Polimarin itu dilakukan, kerja sama dengan berbagai pihak. Dunia usaha dan industri ikut tanggung jawab, mendidik anak terampil, dan cekatan,” tambahnya.

Jerman, dipilih sebagai rujukan karena pendidikan vokasi di negeri itu paling tertua di dunia, di atas Austria dan Swiss.

“Pendidikan vokasi itu menekankan keterampilan, bukan hapalan dan bukan mendarah daging. 50 persen pemuda Jerman memilih pendidikan vokasi. Mobil mersedes, VW itu dalamnya ditopang tenaga terampil dan terstuktur,” pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/08/15/07293821/jerman-bidik-lulusan-pendidikan-vokasi-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke