Salin Artikel

Ombak 6 Meter Terjang Jateng dan Yogyakarta, Satu Nelayan Hilang

Dilaporkan sejumlah fasilitas umum dan fasilitas milik warga mengalami kerusakan akibat fenomena alam ini.

Kasubbag UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Edi Purwanto ketika dihubungi dari Purwokerto mengatakan, ada dua titik yang mengalami dampak paling parah dari gelombang pasang.

Kedua titik ini yakni di Pantai Sodong dan Pantai Cemara Sewu, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala.

“Gelombang pasang datang secara tiba-tiba sekitar pukul 01.00 WIB sampai 03.00 WIB, rata-rata yang terdampak itu warung dan fasilitas umum seperti WC, tidak masuk ke permukiman sehingga tidak ada korban jiwa,” katanya.

Dari data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, jumlah warung dan kakus umum yang mengalami kerusakan sebanyak 48 unit. Kerugian akibat kejadian ini diperkirakan mencapai Rp 96 juta.

“Semua bangunan yang rusak memang masuk di kawasan sempadan pantai, sedangkan gelombang pasang menyapu semua kawasan sepanjang 50-75 meter dari garis pantai normal,” ujarnya.

Sementara di Kebumen, gelombang tinggi tidak hanya merusak bangunan warung, tetapi juga merusak puluhan perahu nelayan yang diparkir di bibir pantai Desa Pasir, Kecamatan Ayah.

Kepala BPBD Kebumen, Eko Widianto masih mendata kerusakan yang terjadi di wilayah Kebumen.

“Kerusakan perahu nelayan cukup banyak, masih dalam pendataan, kalau obyek wisata yang paling parah di Pantai Suwuk, Desa Tambak Mulyo, karena agak landai,” ujarnya.

Dari pantauan BPBD Kebumen, hingga pukul 10.00 WIB, gelombang pasang masih terus terjadi. Eko telah berkoordinasi dengan dinas pariwisata untuk menutup semua kawasan wisata pantai di Kebumen untuk sementara waktu.

Kapal terbalik

Pada Rabu (18/7/2018), sebuah kapal nelayan dilaporkan terbalik karena terempas gelombang tinggi di lepas Pantai Kemiren, Cilacap, Jawa Tengah. Dua korban berhasil diselamatkan, semantara satu korban masih dalam pencarian.

Kepala Basarnas Pos SAR Cilacap, Mulwahyono melalui pesan tertulis kepada Kompas.com mengatakan, korban selamat masing-masing bernama Nasimin (35), pemilik kapal asal Kelurahan Tegalkamulyan, dan Mas Marta (75), warga Kelurahan Mertasinga.

“Sementara korban yang masih dalam pencarian bernama Sugiono (30), warga Desa Sumingkir, Kecamatan Jeruklegi,” katanya.

Mulwahyono menjelaskan, perahu nelayan bernama Kapal Motor (KM) Yati Putra berangkat melau dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kemiren, Kecamatan Cilacap Selatan dengan tiga anak buah kapal (ABK) pada Rabu (18/7/2018) sekitar pukul 06.00 WIB.

“Namun baru saja berangkat, kapal sudah terbalik karena terhempas gelombang tinggi,” ujarnya.

Pasca-kejadian, Basarnas segera menurunkan satu tim penolong ke lokasi untuk melakukan koordinasi dan operasi SAR sekitar pukul 07.50 WIB. Alat yang diturunkan antara lain satu unit mobil rescue dan peralatan SAR air lengkap.

“Sampai saat ini, korban belum ditemukan, tim dan sejumlah potensi SAR setempat masih melakukan pencarian,” ujarnya.

Terkait fenomena gelombang tinggi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah memberikan peringatan dini. Khusus untuk tanggal 18 Juli 2018 tinggi gelombang maksimum bisa mencapai 4 - 6 meter.

Akibat badai

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, fenomena gelombang pasang ini dipengaruhi oleh badai di sejumlah wilayah. Interaksi kondisi tersebut berdanpak terhadap peningkatan kecepatan angin dan ketinggian gelombang, khususnya di perairan selatan Jateng.

Berdasarkan pantauan satelit cuaca dan gradien angin tanggal 18 juli 2018 pukul 19.00 WIB, pada skala Regional terdapat Pusat Tekanan Tinggi di Samudera Hindia sebelah barat Australia (1023 milibar).

Selain itu, pusat tekanan tinggi juga terjadi di Samudera Pasifik sebelah Timur Australia (1021 milibar), Badai Tropis "SON-TINH" di sekitar perairan Selatan Vietnam (994 milibar) dan Badai Tropis "AMPIL" di Samudera Pasifik Timur Laut Philipina (996 milibar).

“Potensi gelombang tinggi ini diperkirakan masih akan berlansung dalam tiga hari kedepan, dengan gelombang maksimum terjadi pada hari ini (19/7/2018) mencapai 5 - 7 meter,” katanya.

Dia mengimbau khususnya kepada seluruh pengguna jasa kelautan yang ada di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah untuk tetap berhati-hati.

“Kami mengimbau untuk tidak melaut terlebih dalu, karena gelombang tinggi ini sangat berbahaya dan bisa datang sewaktu waktu,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/19/14232481/ombak-6-meter-terjang-jateng-dan-yogyakarta-satu-nelayan-hilang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke