Salin Artikel

Kisah Pengungsi Gunung Agung, antara Hasrat Pulang dan Suara Gemuruh yang Menakutkan (1)

Dia dan anak-anaknya meninggalkan tempat tinggalnya di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Karangasem, karena khawatir Gunung Agung kembali mengalami erupsi dan melontarkan lava serta batu pijar.

Dia pun belum berencana untuk kembali ke kampung halaman sebelum pemerintah menjamin keselamatan mereka saat berada di kampung halaman.

"Kalau pemerintah suruh pulang kampung, kami sangat senang. Kami tentu sangat senang pulang, daripada di pengungsian seperti saat ini. Tapi apakah pemerintah bisa sigap? Jika saat kami sudah di kampung, tiba-tiba kembali keluar api dari Gunung Agung, bagaimana? Siapa yang jamin keselamatan kami?" ungkap Kadek Wati saat ditemui di Posko Pengungsian UPTD Rendang, Jumat (6/7/2018).

Kadek Wati menuturkan, jarak rumahnya dari kawah Gunung Agung hanya sekitar lima kilometer. Saat erupsi strombolian yang disertai lontaran lava dan batu pijar terjadi Senin (2/7/2018) malam lalu, dia dan kerabatnya segera mengungsi secara mandiri.

Dia ingat benar perasaan ketakutan yang dialaminya saat berlari sembari menggendong anaknya.

Dia kemudian menumpang kendaraan dengan warga lainnya untuk menyelamatkan diri ke pengungsian di Rendang. Yang dibawanya hanya keluarga dan pakaian yang melekat di tubuhnya.

"Saat situasi seperti itu, pemerintah tidak ada koordinir. Kami bingung mencari tempat mengungsi. Kami hanya butuh tempat berteduh yang aman. Kalau makanan, kami masih bisa penuhi kebutuhan kami," ujarnya dengan mimik serius.

Ingin pulang, tetapi...

Hal senada juga diungkapkan pengungsi lainnya, Wayan Sutama.

Dalam lubuk hatinya, dia sangat ingin segera pulang ke kampung halamannya seperti yang diminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan. Namun karena teringat kejadian erupsi Senin malam lalu, dia merasa waswas.

"Tidak perlu tiba-tiba datang, lalu kami diminta pulang. Kami mengungsi bukan cari makanan (logistik) gratis, kami masih bisa beli beras. Tapi kami mengungsi cari tempat berlindung. Kami dengan senang hati pulang, tapi pada saat gunung meletus lagi, apakah pemerintah bisa sigap dan cepat mengevakuasi kami? Tidak seperti Senin malam lalu, tidak ada pemerintah mengkoordinir kami," katanya.

Bersambung ke halaman dua: Pemerintah sebut Gunung Agung aman dan imbau pengungsi untuk pulang

"Kami prediksi ada erupsi terus tapi kecil. Dampaknya masih di dalam radius 4 kilometer. Kami mengimbau, warga di luar radius 4 kilometer kembali ke rumah," kata Jonan di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Kamis (5/7/2018).

Terkait psikologis pengungsi yang masih merasakan ketakutan setelah terjadi letusan strombolian yang disertai lontaran lava dan batu pijar, Jonan mengintruksikan petugas untuk melakukan sosialisasi ke pengungsi agar tak khawatir dengan kondisi Gunung Agung.

"Saat ini juga memang terdengar suara gemuruh, tapi itu sebenarnya tidak terjadi apa-apa," tambah mantan Menteri Perhubungan ini.

Namun Wayan Sutama tak sepakat. Pengungsi asal Banjar Kesimpar ini sementara waktu memilih untuk tetap tinggal di Posko Pengungsian di UPTD Pertanian, Rendang.

Selain itu, lanjut Sutama, sejumlah pengungsi juga sudah berusia uzur. Mereka tidak bisa bangun, apalagi berlari saat situasi genting untuk mengungsi.

"Khawatir juga kalau buru-buru diminta pulang. Nanti seperti kejadian erupsi Senin malam lalu, saya buru-buru mengungsi dalam keadaan panik dengan menggendong orangtua saya yang usianya sudah 106 tahun. Kendaraan besar (mobil) juga kami tidak punya. Saat seperti itu, pemerintah malah tidak ada. Kami khawatir itu terulang lagi," tutur Sutama.

Sementara itu, Ni Nengah Sutiari (39) mengaku bertahan di Posko Pengungsian UPDT Pertanian Rendang karena mengajak seorang anak dan nenek yang lumpuh karena stroke. Sutiari tak ingin sesuatu menimpa keluarganya saat Gunung Agung kembali erupsi.

"Walaupun ada imbauan dari menteri untuk balik, kemungkinan saya tetap di sini. Kasihan anak dan dadong (nenek) saya," ungkap Sutiari.

Wanita satu anak ini bersedia pulang jika kondisi Gunung Agung benar-benar sudah kembali membaik seperti sebelumnya.

Sutiari bersama keluarga mengaku khawatir dan takut dengan suara gemuruh yang selalu terdengar akhir-akhir ini.

"Suaranya keras. Terdengar hingga ke rumah," ujarnya.

Bersambung: Saya Sudah Tua, Saya Mau di Pengungsian sampai Gunung Agung Membaik (2)


Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Pengungsi Gunung Agung: ‘Siapa Jamin Keselamatan Kami?’

https://regional.kompas.com/read/2018/07/08/07592031/kisah-pengungsi-gunung-agung-antara-hasrat-pulang-dan-suara-gemuruh-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke