Salin Artikel

Analisis PVMBG Terkait Hembusan Asap Gunung Agung

Kasubid Mitigasi Bencana Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kemal Syahbana menyampaikan analisis terkait fenomena ini.

Devy menjelaskan, pascaerupsi 27 Juni 2018 pukul 22:21 Wita, asap putih tebal dari tadi pagi sekitar 200 meter di atas puncak.

Ketinggian hembusan asap meningkat hingga 1.500 meter di atas puncak sejak sekitar pukul 12:30 WITA dengan disertai abu tipis. Arah sebaran abu ke barat.

Hal ini dikonfirmasi tim lapangan yang menemukan hujan abu tipis di sekitar Desa Puregai (7 km dari puncak).

Hingga pukul 15:30 Wita, sambung Devy, aktivitas hembusan masih berlangsung dengan ketinggian relatif konstan di kisaran 1.500 m di atas puncak.

Status Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) telah dikirimkan pukul 15:01 Wita.

"Secara seismik teramati peningkatan amplitudo seismik secara cepat dalam 24 jam terakhir. Kegempaan didominasi oleh gempa-gempa permukaan berupa hembusan," ujarnya. 

"Gempa-gempa ini kemudian menjadi satu membentuk tremor menerus sejak sekitar pukul 12:30 Wita," papar Devy.

Secara deformasi (penggelembungan), teramati inflasi sejak 13 Mei 2018 hingga kini. Uplift terjadi sekitar 5 mm.

Hal ini mengindikasikan adanya pembangunan tekanan di dalam tubuh Gunung Agung. Hingga kini, inflasi tersebut belum menunjukkan penurunan.

Secara geokimia, gas-gas SO2 terakhir kali terukur dengan fluks pada kisaran 200 ton per hari. Hal ini mengindikasikan masih adanya kontribusi magmatik dari dalam tubuh Gunung Agung.

"Dari satelit teramati hotspot yang mengindikasikan adanya lava panas di permukaan kawah. Lava ini dapat berupa lava lama yang dipanaskan ataupun lava baru yang dikeluarkan dari erupsi tadi malam," ungkapnya.

Berdasarkan analisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, fenomena yang terjadi kemungkinan berupa aliran fluida ke permukaan berdasarkan pengamatan visual dimana kolom asap relatif berwarna putih dan ketinggian relatif konstan.

Aliran fluida bisa berupa gas maupun aliran lava baru ke permukaan. Frekuensi dominan tremor belum berubah (konstan di sekitar 4.7 Hz) mengindikasikan laju aliran fluida ke permukaan relatif konstan.

Jika frekuensi dominan tremor mengalami perubahan (misal menurun), kemungkinan bisa mengindikasikan terjadinya penyumbatan dan erupsi eksplosif bisa terjadi.

Jika aktivitas hembusan ini terus berlangsung tanpa mengalami perubahan laju, kemungkinan yang terjadi adalah pengisian lava baru ke permukaan dan/atau emisi gas magmatik.

Hal ini baru dapat dikonfirmasi dengan melihat citra satelit thermal yang kini belum bisa diakses.

"PVMBG terus memonitor aktivitas Gunung Agung untuk mengevaluasi potensi bahayanya antar waktu. Jika terjadi perubahan signifikan maka status dan/atau rekomendasi aktivitas Gunung Agung akan dievaluasi kembali," pungkas Devy. 

https://regional.kompas.com/read/2018/06/28/16324061/analisis-pvmbg-terkait-hembusan-asap-gunung-agung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke