Salin Artikel

Perjuangan Kru Litbang Kompas Cari Data untuk "Quick Count" di TPS Terpencil

Dengan cermat dia amati setiap lipatan kemeja batik yang melekat di badan. Berlembar-lembar berkas kuesioner telah tertata rapi di dalam tas. Rendianto bertekad, di hari yang bersejarah ini, dia ingin tampil sempurna, tanpa cela.

Rabu (27/6/2018) menjadi hari yang tak hanya penting bagi Rendianto, namun juga bagi seluruh masyarakat Jawa Tengah. Sebab, pada hari ini, palagan demokrasi kembali digelar dalam tajuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018.

Lewat perhelatan ini, masyarakat dapat berdiri sama tinggi. Setiap kepala dari latar belakang berbeda memiliki hak yang sama untuk bersuara. Memilih siapa calon gubernur yang akan menjadi pemimpin mereka untuk kurun waktu lima tahun ke depan.

Namun, pada pesta demokrasi tahun ini, pemuda yang akrab disapa Rendi ini mengemban porsi yang lebih besar dari masyarakat pada umumnya.

Dia ditugaskan oleh Litbang Kompas untuk menjadi interviewer (pewawancara) exit poll dan quick count Pilgub Jawa Tengah 2018.

Tak main-main, Rendi dipercaya menjadi ujung tombak Litbang Kompas untuk melakukan pendataan di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) terpencil di Desa Biting, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara.

Perjalanan dari rumah Rendi di Kelurahan Krandegan menuju TPS 2 Desa Biting memakan waktu sekitar 45 menit. Agar bisa tepat waktu sampai di TPS, dia berangkat dari rumah sebelum matahari menyingsing.

Udara subuh di daerah perbukitan seperti Banjarnegara memang terasa menusuk-nusuk tulang. Dengan menggunakan sepeda motor dan jaket tebal, Rendi membelah kabut dan bukit untuk menjangkau lokasi.

Medan yang dilalui oleh Rendi pun bukan berupa jalan mulus, melainkan aspal terjal dan berliku.

Seringkali dia harus melewati ruas jalan yang ambles. Hal ini merupakan tantangan pertama Rendi, mengingat hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara, masuk dalam zona merah bencana tanah longsor yang sulit dijangkau.

“Ya, beginilah tantangan yang harus dihadapi, semua kami lakukan dengan penuh integritas, demi menyajikan data yang akurat dan cepat kepada pembaca Kompas,” katanya.

TPS 2 Desa Biting sendiri berada di RT 6 RW 2. Sebuah rumah yang tidak lain milik Ketua TPS sendiri, Turno, disulap menjadi bilik-bilik pemungutan suara. Total Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS 2 Desa Biting berjumlah 393, dengan pemilih laki-laki sebanyak 202, dan pemilih perempuan 191.

Dari ratusan pemilih yang datang ke TPS, Rendi bertugas untuk mewawancara empat orang laki-laki dan perempuan terkait hak pilihnya.

Namun jangan sangka hal ini mudah. Pada kenyataannya, Rendi harus berkali-kali mencoba bernegosiasi dengan pemilih yang hilir mudik masuk ke TPS hingga akhirnya berhasil mendapat responden.

“Lumayan susah ya, karena kebanyakan responden menganggap suara mereka merupakan privasi, jadi perlu usaha ekstra untuk lobi, biasanya responden akhirnya mau untuk diwawancara setelah diming-iming souvenir minibag Kompas,” ungkapnya.

Aturan asesmen dalam sistem Litbang Kompas sangat baku. Misal saja urutan responden. Seorang interviewer harus melakukan wawancara dengan responden sesuai dengan urutan prosedur yang ditentukan.

“Harus selang-seling, pertama laki-laki, kedua perempuan, dan seterusnya. Tidak boleh berubah urutannya,” ujarnya.

Dalam lembar daftar isian kuesioner, responden diberi 21 pertanyaan tertutup mulai dari latar belakangnya, partai yang dipilih, calon yang dipilih, hingga media dan pihak yang paling banyak mempengaruhi pilihan.

Rendi mengungkapkan, dari semua responden yang diwawancara, dia berhasil menyelesaikan daftar pertanyaan. Namun bagi interviewer, tugas mereka tak berhenti sampai di situ.

Rendi harus sesegera mungkin mengunggah hasil wawancaranya ke aplikasi open data kit (ODK) dari gawai sebagai platform laporan yang disediakan Litbang Kompas kepada interviewer.

“Ini juga tantangan tersendiri bagi saya, karena di TPS terpencil seperti di Desa Biting, sinyal internet susah banget, harus jalan keluar dulu nyari sinyal,” bebernya.

Salah satu responden Litbang Kompas, Sodik (45) warga RT 1 RW 4, mengatakan, untuk hajatan Pilkada Jateng 2018 ini, wilayahnya bebas dari segala unsur money politics. Dia mulai sadar bahwa memilih pemimpin merupakan hak sebagai warga negara yang sayang untuk disia-siakan.

Ikuti terus perkembangan hasil hitung cepat Litbang Kompas hanya di Harian Kompas, Kompas TV dan Kompas.com.

https://regional.kompas.com/read/2018/06/27/12050731/perjuangan-kru-litbang-kompas-cari-data-untuk-quick-count-di-tps-terpencil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke