Salin Artikel

Gara-gara Kabar Hoaks, Warga "Serbu" Pos Pemantauan Gunung Merapi

Heru Suparwoko, petugas Pos Pemantauan Gunung Merapi Ngepos, tidak lelah menjelaskan hal tersebut kepada setiap warga yang datang sembari memperlihatkan sejumlah monitor pemantau Gunung Merapi.

"Sejak letusan freatik Jumat, 11 Mei 2018, banyak warga yang datang, menanyakan kondisi Merapi. Sebab informasi yang mereka terima bermacam-macam, entah dari mana, isinya juga tidak jelas," ungkap Heru, di sela kegiatannya melayani warga di Pos Pemantauan Gunung Merapi Ngepos, Selasa (22/5/2018).

Puncaknya ketika Badan Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status gunung Merapi dari "aktif normal" menjadi "waspada", Senin (21/5/2018), pukul 23.00 WIB. Kenaikan ini berdasarkan data aktivitas Gunung Merapi yang meningkat signifikan.

"Begitu ada informasi itu banyak sekali warga yang kemari, karena ada kabar kalau warga diminta mengungsi, bahkan ada yang sudah bersiap mengungsi, sudah packing. Warga sampai tidur di halaman pos, berjaga sampai menjelang sahur," jelas Heru.

Namun demikian Heru merasa senang karena warga aktif mencari informasi ke tempat yang benar. Mereka memastikan sendiri kepada ahlinya terkait informasi yang simpang siur bahkan tidak benar (hoaks).

"Kalau saya senang mereka datang ke pos, saya bisa menjelaskan yang sebenarnya langsung tentang situasi Merapi kepada masyarakat agar mereka tenang. Lalu bagaimana menghadapi bencana, daerah mana yang tidak boleh didekati dan sebagainya," tutur Her.

Mujiharto, warga Desa Ngablak, mengaku sengaja datang ke pos pemantau untuk mencari informasi Merapi. Mujiharto yang datang bersama tetangganya mengaku sempat khawatir dengan kenaikan status Merapi menjadi "waspada".

"Banyak beredar informasi dari mulut ke mulut, kalau sudah ada yang ngungsi karena kondisi Merapi waspada. Kami trauma erupsi Merapi 2010 silam. Makanya kami inisiatif datang ke pos," ungkapnya.

Ketika bencana erupsi 2010, dia dan ratusan warga lainnya terpaksa mengungsi berpindah-pindah lokasi, mulai Balaidesa, shelter di Desa Seloboro sampai ke lapangan tembak Kecamatan Salaman yang jaraknya puluhan kilometer.

Kepala Pelaksanan BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, meminta masyarakat untuk tidak menelan mentah-mentah segala informasi tentang Merapi dari berbagai sumber. Pihaknya telah membuat akun media sosial resmi yang menyajikan informasi berdasarkan data dari BPPTKG.

"Masyarakat perlu ketenangan, perlu informasi yang sumbernya jelas, maka kami bangun media sosial yang berisi informasi resmi dari BPPTKG, hanya itu yang kami share. Bantu kami dengan tidak ikut menyebar informasi hoaks dan meresahkan," tandas Edi.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/22/23161211/gara-gara-kabar-hoaks-warga-serbu-pos-pemantauan-gunung-merapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke