Salin Artikel

Kisah "Spiderman" Cantik Asal Grobogan yang Harumkan Nama Indonesia (1)

Ayu berhasil menaklukkan atlet Rusia, Elena Timofeeva, jawara di sejumlah superseries panjat tebing, bahkan nyaris memecahkan rekor dunia balapan di dinding panjat vertikal. 

Dalam video berdurasi pendek yang viral di media sosial, aksi Ayu saat memanjat dinding vertikal setinggi 50 kaki dalam hitungan waktu 7,51 detik memukau. Ayu melesat cepat bak Spiderman.

Dia merayap dinamis melawan efek gravitasi mengungguli lawannya. Kecepatan Ayu mendekati rekor dunia yang pernah ditorehkan atlet Rusia, Iulina Kaplina, dengan catatan waktu 7,46 detik. Kaplina sebenarnya juga tampil dalam kejuaraan ini, tetapi gugur di babak penyisihan.

Untuk sampai ke titik ini tentu bukan perkara mudah. Semuanya bermula saat Ayu duduk di bangku sekolah dasar.

Saat SD, Ayu sebenarnya menekuni cabang olahraga lari. Dia lalu diperkenalkan cabang olahraga panjat tebing oleh guru olahraganya. 

Gadis berparas cantik kelahiran Grobogan, 21 Maret 1995, ini kemudian beradaptasi dengan dunia panjat tebing sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Dari situlah kepiawaian Ayu dalam memanjat dinding vertikal terus terasah.

"Didikan para pelatih, baik pelatih yang mengenalkan saya dengan panjat tebing maupun pelatih pelatnaslah yang membuat saya bisa seperti ini. Dari yang semula berlatih dengan fasilitas seadanya hingga fasilitas yang memadai. Terima kasih semuanya," tutur Ayu saat ditemui, Minggu (20/5/2018).

Putri bungsu pasangan S Sanjaya (55) dan Maryati (48) itu lalu mulai berjaya di beragam pergelaran kejuaraan panjat tebing, khususnya kejuaraan Speed Climbing, baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Namanya selalu masuk peringkat.

Pada kejuaraan Asian Climbing Championship di Iran tahun 2017, misalnya, Ayu meraih peringkat nomor satu beregu dan nomor 3 perorangan untuk kategori speed. Sementara itu, pada ajang World Cup Series panjat tebing kategori speed di China tahun 2017, Ayu meraih peringkat ke-4 dan peringkat ke-2. 

Pada 2018 World Cup Series panjat tebing kategori speed di Moscow, dia meraih juara 4. Lalu pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing-IFSC World Cup 2018 di Chongqing, China, dia meraih juara pertama.

"Sepekan setelah juara satu di China, saya meraih peringkat ke-3 kategori speed World Cup Series di China. Total medali hingga saat ini, 60 medali lebih. Saya lupa jumlahnya," tutur Ayu.

Bersambung ke halaman dua: Hobi panjat pohon sejak kecil

Ayu lahir dari keluarga petani. Cita-citanya hanyalah ingin mengharumkan nama Indonesia dan mengangkat derajat keluarganya dengan berjibaku melawan gravitasi di papan vertikal.

"Sejak kecil, orangtua berharap saya bisa menjadi polisi. Namun, hal itu kandas karena saya lebih memilih panjat tebing. Saat ada pendaftaran polisi, saya lebih berat berlatih dan mengikuti kejuaraan panjat tebing. Kesempatan itu belum tentu datang kedua kali. Saat ini, panjat tebing adalah jalan hidup saya. Dan cita-cita saya, hanya ingin membahagiakan ayah dan ibu," tutur Ayu.

Maryati, ibu Ayu, mengatakan, keluarga sangat bangga dengan prestasi Ayu. Di mata keluarga, sejak kecil pun Ayu sudah dikenal sebagai sosok yang energik.

Menurut Maryati, tak seperti gadis kecil sebayanya waktu itu yang suka bermain boneka, Ayu kecil justru senang berlar hingga memanjat pohon.

"Ayu kecil sering membuat kami waswas dengan kebiasaanya memanjat pohon kelapa dan alpukat hingga ke puncak. Kami tak menyangka, Ayu yang suka berlari dan memanjat pohon itu akhirnya menjadi atlet panjat tebing yang melambungkan nama Indonesia. Selamat Ayu, teruslah berlatih menjadi yang terbaik. Kami bangga padamu," kata Maryati yang merupakan mantan TKI di Arab Saudi ini.

Ramadhan

Dalam beberapa hari ini, Ayu berkesempatan pulang ke kampung halamannya yang berlokasi di kawasan hutan perbukitan karst. Ayu ingin menjalankan ibadah puasa Ramadhan bersama keluarganya di kampung.

Ayu memang baru bisa berkumpul dengan keluarga sejak kejuaraan di Chongqing, 6 Mei lalu.

"Malam ini saya balik ke Yogyakarta, berlatih mempersiapkan untuk Asian Games bersama atlet lainnya. Kami bertekad memborong medali untuk Indonesia. Sebelumnya saya memang jarang pulang karena padat jadwal latihan. Dari mengikuti berbagai kejuaraan, saya perlahan belajar bagaimana mengontrol diri untuk tenang dan fokus," ungkap Ayu.

Di rumah sederhana berukuran 9 x 11 meter, Ayu tinggal bersama kedua orangtuanya. Rumah berdinding tembok dan beralaskan keramik itu sebagian baru saja rampung direnovasi.

"Maaf ya rumahnya seperti ini," tutur gadis berhijab itu.

Namun, dia senang karena jerih payahnya di dunia panjat tebing bisa disisihkannya untuk membantu orangtua memperbaiki rumah.

Selama ini, selain dorongan dari rekan dan pelatih, Ayu mengatakan, dukungan kuat keluarganya telah menjadikannya begitu bersemangat untuk menekuni dunia panjat tebing. Ayu sangat mencintai keluarganya, begitu pula sebaliknya.

"Senang sekali rasanya bisa berkumpul bersama keluarga setelah sekian lama tak bertemu. Saya kangen Ayah dan Ibu. Tanpa mereka, saya bukan apa-apa," tutur gadis berhijab itu.

Lulus sekolah menengah atas (SMA), Ayu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Perempuan yang saat ini memiliki tinggi 159 sentimeter dengan berat 57 kilogram tersebut menempuh Jurusan Manajemen (S-1) Universitas Muhammadiyah Semarang. Hanya saja, karena kesibukannya, Ayu harus cuti ketika memasuki semester III.

"Biaya sendiri dari hasil panjat tebing. Usai Asian Games nanti, insya Allah saya akan fokus kuliah, " tuturnya.

BERSAMBUNG: Kisah "Spiderman" Cantik Asal Grobogan Bikin Bangga Orang Sekampung (2)

https://regional.kompas.com/read/2018/05/21/10410361/kisah-spiderman-cantik-asal-grobogan-yang-harumkan-nama-indonesia-1

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke